Gudang di Tianjin Tidak Miliki Lisensi
A
A
A
BEIJING - Gudang perusahaan China di Tianjin yang meledak pekan lalu tidak memiliki lisensi untuk menangani bahan kimia berbahaya hingga dua bulan lalu.
Kantor berita Xinhua melaporkan hal itu kemarin. Menurut Xinhua, selama delapan bulan sebelum Juni, Tianjin International Ruihai Logistics menangani bahan kimia berbahaya tanpa dokumen yang lengkap. Ledakan di Tianjin menewaskan sedikitnya 114 orang dan melukai 700 orang. Sebanyak 70 orang masih hilang, sebagian besar adalah petugas pemadam kebakaran.
Dan, sekitar 17.000 rumah hancur akibat ledakan dan gelombang kejut. Sejumlah keluarga korban menggelar peringatan untuk mengenang korban tewas di kota itu kemarin. Kapal-kapal kargo membunyikan klaksonnya dan keluarga korban berkumpul sambil mengheningkan cipta mengenang tragedi tersebut. Proses penyelidikan menemukan bahwa gudang itu menyimpan ratusan ton sodium cyanide (sianida). Jumlah tersebut jauh melebihi yang diizinkan otoritas.
Ada juga pelanggaran undang-undang karena perumahan dibangun dalam radius 500 meter. Undang-undang mengizinkan perumahan harus dibangun dalam radius 1 kilometer dari fasilitas berbahaya tersebut. ”Perusahaan menangani bahan kimia berbahaya selama periode itu tanpa lisensi,” ungkap seorang eksekutif dari perusahaan tersebut pada Xinhua .
Xinhua melaporkan, sejumlah dokumen menunjukkan bahwa perusahaan itu diizinkan menangani bahan kimia berbahaya antara April dan Oktober tahun lalu. ”Ruihai memperoleh lisensi operasional pelabuhan dua bulan lalu yang mengizinkan penanganan bahan kimia beracun,” ungkap laporan Xinhua, dikutip BBC.
Di sisi lain, total klaim asuransi akibat ledakan di Tianjin bisa melebihi perkiraan saat ini. Credit Suisse memperkirakan, total kerugian asuransi dapat mencapai USD1-1,5 miliar (sekitar Rp14-21 triliun). Adapun, badan rating kredit Fitch menyatakan, total tagihan klaim asuransi bisa lebih besar dari nilai perkiraan tersebut.
Syarifudin
Kantor berita Xinhua melaporkan hal itu kemarin. Menurut Xinhua, selama delapan bulan sebelum Juni, Tianjin International Ruihai Logistics menangani bahan kimia berbahaya tanpa dokumen yang lengkap. Ledakan di Tianjin menewaskan sedikitnya 114 orang dan melukai 700 orang. Sebanyak 70 orang masih hilang, sebagian besar adalah petugas pemadam kebakaran.
Dan, sekitar 17.000 rumah hancur akibat ledakan dan gelombang kejut. Sejumlah keluarga korban menggelar peringatan untuk mengenang korban tewas di kota itu kemarin. Kapal-kapal kargo membunyikan klaksonnya dan keluarga korban berkumpul sambil mengheningkan cipta mengenang tragedi tersebut. Proses penyelidikan menemukan bahwa gudang itu menyimpan ratusan ton sodium cyanide (sianida). Jumlah tersebut jauh melebihi yang diizinkan otoritas.
Ada juga pelanggaran undang-undang karena perumahan dibangun dalam radius 500 meter. Undang-undang mengizinkan perumahan harus dibangun dalam radius 1 kilometer dari fasilitas berbahaya tersebut. ”Perusahaan menangani bahan kimia berbahaya selama periode itu tanpa lisensi,” ungkap seorang eksekutif dari perusahaan tersebut pada Xinhua .
Xinhua melaporkan, sejumlah dokumen menunjukkan bahwa perusahaan itu diizinkan menangani bahan kimia berbahaya antara April dan Oktober tahun lalu. ”Ruihai memperoleh lisensi operasional pelabuhan dua bulan lalu yang mengizinkan penanganan bahan kimia beracun,” ungkap laporan Xinhua, dikutip BBC.
Di sisi lain, total klaim asuransi akibat ledakan di Tianjin bisa melebihi perkiraan saat ini. Credit Suisse memperkirakan, total kerugian asuransi dapat mencapai USD1-1,5 miliar (sekitar Rp14-21 triliun). Adapun, badan rating kredit Fitch menyatakan, total tagihan klaim asuransi bisa lebih besar dari nilai perkiraan tersebut.
Syarifudin
(ars)