Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi
A
A
A
Proyek pembangunan infrastruktur yang menelan biaya besar dalam lima tahun mendatang dipastikan membawa efek domino terhadap bergeraknya perekonomian masyarakat sekitar.
Selain bisa menyerap tenaga kerja cukup banyak, pertumbuhan ekonomi juga akan terdongkrak.
Harapan besar itu tentu bukanlah omong kosong belaka. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan turun langsung agar penyerapan anggaran infrastruktur bisa terserap. Hal ini dilatarbelakangi masih minimnya serapan belanja modal hingga semester II/2015.
”Spending belanja infrastruktur memang masih 12% hingga Juni, tapi lihat nanti semester kedua kita habiskan lagi 88%-nya. Saya tiap hari mengadakan rapat dengan kementerian terkait untuk mendorong serapan anggaran infrastruktur,” kata Jokowi dalam sambutan di HUT ke-38 Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia belum lama ini. Menurut dia, dibutuhkan dukungan dari segala pihak untuk bisa memaksimalkan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Mantan Wali Kota Solo ini juga meminta masyarakat mengubah paradigma agar bisa lebih positif memandangkondisiekonomidiTanah Air. ”Jangan merasa hanya Indonesia yang melambat pertumbuhan ekonominya. Kalau ada yang merasa pesimistis itu keliru. Pertumbuhan ekonomi kita masih lima besar di Asia, negara lain ada yang minus 1,5- 2%,” ujar dia. Masih minimnya penyerapan belanja modal negara, kata Jokowi, disebabkan proses birokrasi.
Dia juga menerangkan bahwa pembangunan infrastruktur di Tanah Air membutuhkan waktu untuk bisa melihat hasilnya. Jokowi memastikan hingga saat ini belum ada proyek yang berhenti ataupun lambat pengerjaannya. ”Serapan belanja hingga akhir tahun saya targetkan bisa mencapai 93%, nanti bulan Oktober dan November serapannya akan meroket yang tentu saja akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi kita,” sebut dia.
Untuk itu, katanya, seluruh pemangku kepentingan diharapkan bisa menggenjot pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dia juga terus mendorong pihak swasta agar bisa ikut serta dalam proyek pengerjaan pembangunan infrastruktur. Jika tidak sanggup, menurutnya, pemerintah akan memandatkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
”Saya dorong swasta untuk bisa bekerja sama membangun infrastruktur. Tahapan kedua saya dorong BUMN dengan harapan agar yang lain bisa ikut. Kita butuh percepatan untuk ekonomi kita, baik dari hilirisasi maupun pembangunan infrastrukturnya,” tegas dia.
Tekan Biaya Logistik
Pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur di Indonesia. Diharapkan hal tersebut memberi dampak berantai hingga bisa memangkas biaya logistik yang dinilai masih tinggi. Sejumlah pihak mengakui biaya logistik di Tanah Air termasuk yang terbesar di kawasan ASEAN. Hal ini disebabkan belum meratanya pembangunan infrastruktur di segala wilayah.
Pembangunan segala bidang diharapkan bisa menekan tingginya biaya logistik. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengatakan tingginya biaya logistik akibat lamanya waktu bongkar muat dan keluar barang di Pelabuhan Tanjung PriokJakarta. Biaya logistik pelabuhan sangat terkait dengan keberlangsungan investasi, terutama kalangan industri jasa.
”Biaya logistik kita tertinggi di kawasan ASEAN sekitar 27%. Akibat dwelling time ini, output -nya sudah kelihatan, semua menjadi mahal,” ujar Hariyadi. Pembangunan infrastruktur lain yang juga turut didorong adalah pembangunan jalan bebas hambatan atau jalan tol. Tidak hanya BUMN, swasta pun diminta untuk berperan serta dalam pembangunannya. Misalnya PT MNC Tol Investama melalui anak usahanya PT Trans Jabar Toll optimistis pembangunan jalan tol Ciawi-Sukabumi mampu menekan biaya logistik pengiriman barang hingga ke daerah.
Corporate Secretarty MNC Group Syafril Nasution mengatakan waktu tempuh yang dilalui pada jalur Ciawi-Sukabumi lewat jalan nasional saat ini mencapai 6-7 jam. Adapun jika jalan tol tersebut sudah beroperasi, waktu tempuhnya bisa ditekan hingga hanya sekitar 30 menit. ”Dengan kecepatan 100 km/jam, rute Ciawi hingga Sukabumi sepanjang 54 km hanya membutuhkan waktu 30 menit,” kata Syafril kepada KORAN SINDO .
Dengan makin cepatnya waktu tempuh tersebut, lanjut dia, biaya operasional pengiriman bahan logistik bisa ikut dipangkas. Pasalnya, bahan bakar minyak (BBM) yang sebelumnya digunakan untuk waktu hingga 7 jam, dengan adanya tol ini hanya sekitar 30 menit hingga 1 jam. Lebih lanjut dia menjelaskan, beroperasinya jalan tol Ciawi-Sukabumi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah baru.
Misalnya Pelabuhan Ratu yang mempunyai potensi besar di bidang pariwisata, tetapi karena akses jalan yang kurang memadai saat ini masih minim pengunjung. Dihubungi terpisah, pengamat perkotaan Nirwono Joga menjelaskan, melalui pembangunan jalan tol, distribusi barangdari satutempat ketempat lain akan menjadi tepat waktu. Hal ini menyebabkan kepastian pengiriman barang logistik ke sejumlah daerah.
”Meski demikian, pembangunan jalan tol harus memiliki akses keluar jalan yang banyak sehingga bisa menggerakkan ekonomi di wilayah baru,” tandasnya.
Heru febrianto
Selain bisa menyerap tenaga kerja cukup banyak, pertumbuhan ekonomi juga akan terdongkrak.
Harapan besar itu tentu bukanlah omong kosong belaka. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan turun langsung agar penyerapan anggaran infrastruktur bisa terserap. Hal ini dilatarbelakangi masih minimnya serapan belanja modal hingga semester II/2015.
”Spending belanja infrastruktur memang masih 12% hingga Juni, tapi lihat nanti semester kedua kita habiskan lagi 88%-nya. Saya tiap hari mengadakan rapat dengan kementerian terkait untuk mendorong serapan anggaran infrastruktur,” kata Jokowi dalam sambutan di HUT ke-38 Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia belum lama ini. Menurut dia, dibutuhkan dukungan dari segala pihak untuk bisa memaksimalkan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Mantan Wali Kota Solo ini juga meminta masyarakat mengubah paradigma agar bisa lebih positif memandangkondisiekonomidiTanah Air. ”Jangan merasa hanya Indonesia yang melambat pertumbuhan ekonominya. Kalau ada yang merasa pesimistis itu keliru. Pertumbuhan ekonomi kita masih lima besar di Asia, negara lain ada yang minus 1,5- 2%,” ujar dia. Masih minimnya penyerapan belanja modal negara, kata Jokowi, disebabkan proses birokrasi.
Dia juga menerangkan bahwa pembangunan infrastruktur di Tanah Air membutuhkan waktu untuk bisa melihat hasilnya. Jokowi memastikan hingga saat ini belum ada proyek yang berhenti ataupun lambat pengerjaannya. ”Serapan belanja hingga akhir tahun saya targetkan bisa mencapai 93%, nanti bulan Oktober dan November serapannya akan meroket yang tentu saja akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi kita,” sebut dia.
Untuk itu, katanya, seluruh pemangku kepentingan diharapkan bisa menggenjot pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dia juga terus mendorong pihak swasta agar bisa ikut serta dalam proyek pengerjaan pembangunan infrastruktur. Jika tidak sanggup, menurutnya, pemerintah akan memandatkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
”Saya dorong swasta untuk bisa bekerja sama membangun infrastruktur. Tahapan kedua saya dorong BUMN dengan harapan agar yang lain bisa ikut. Kita butuh percepatan untuk ekonomi kita, baik dari hilirisasi maupun pembangunan infrastrukturnya,” tegas dia.
Tekan Biaya Logistik
Pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur di Indonesia. Diharapkan hal tersebut memberi dampak berantai hingga bisa memangkas biaya logistik yang dinilai masih tinggi. Sejumlah pihak mengakui biaya logistik di Tanah Air termasuk yang terbesar di kawasan ASEAN. Hal ini disebabkan belum meratanya pembangunan infrastruktur di segala wilayah.
Pembangunan segala bidang diharapkan bisa menekan tingginya biaya logistik. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengatakan tingginya biaya logistik akibat lamanya waktu bongkar muat dan keluar barang di Pelabuhan Tanjung PriokJakarta. Biaya logistik pelabuhan sangat terkait dengan keberlangsungan investasi, terutama kalangan industri jasa.
”Biaya logistik kita tertinggi di kawasan ASEAN sekitar 27%. Akibat dwelling time ini, output -nya sudah kelihatan, semua menjadi mahal,” ujar Hariyadi. Pembangunan infrastruktur lain yang juga turut didorong adalah pembangunan jalan bebas hambatan atau jalan tol. Tidak hanya BUMN, swasta pun diminta untuk berperan serta dalam pembangunannya. Misalnya PT MNC Tol Investama melalui anak usahanya PT Trans Jabar Toll optimistis pembangunan jalan tol Ciawi-Sukabumi mampu menekan biaya logistik pengiriman barang hingga ke daerah.
Corporate Secretarty MNC Group Syafril Nasution mengatakan waktu tempuh yang dilalui pada jalur Ciawi-Sukabumi lewat jalan nasional saat ini mencapai 6-7 jam. Adapun jika jalan tol tersebut sudah beroperasi, waktu tempuhnya bisa ditekan hingga hanya sekitar 30 menit. ”Dengan kecepatan 100 km/jam, rute Ciawi hingga Sukabumi sepanjang 54 km hanya membutuhkan waktu 30 menit,” kata Syafril kepada KORAN SINDO .
Dengan makin cepatnya waktu tempuh tersebut, lanjut dia, biaya operasional pengiriman bahan logistik bisa ikut dipangkas. Pasalnya, bahan bakar minyak (BBM) yang sebelumnya digunakan untuk waktu hingga 7 jam, dengan adanya tol ini hanya sekitar 30 menit hingga 1 jam. Lebih lanjut dia menjelaskan, beroperasinya jalan tol Ciawi-Sukabumi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah baru.
Misalnya Pelabuhan Ratu yang mempunyai potensi besar di bidang pariwisata, tetapi karena akses jalan yang kurang memadai saat ini masih minim pengunjung. Dihubungi terpisah, pengamat perkotaan Nirwono Joga menjelaskan, melalui pembangunan jalan tol, distribusi barangdari satutempat ketempat lain akan menjadi tepat waktu. Hal ini menyebabkan kepastian pengiriman barang logistik ke sejumlah daerah.
”Meski demikian, pembangunan jalan tol harus memiliki akses keluar jalan yang banyak sehingga bisa menggerakkan ekonomi di wilayah baru,” tandasnya.
Heru febrianto
(ars)