Momentum Lomba Agustusan
A
A
A
Raut muka peserta lomba 17 Agustusan atau histeria penonton di sekeliling arena lomba tak akan terlihat ekspresif dalam foto jika eksekusi saat memotret tidak tepat waktu.
17 Agustus, tanggal yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, 70 tahun lalu para pendiri bangsa memproklamasikan kemerdekaan dan membebaskan negeri ini dari penjajahan.
Untuk mengenang jasa para pahlawan pendiri bangsa, setiap tahunnya upacara penaikan bendera dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia. Tak hanya pengibaran bendera, perayaan kemerdekaan setiap tahunnya juga dimeriahkan dengan beragam perlombaan.
Sejumlah nomor perlombaan unik seperti adu panjat pinang, balap karung, hingga makan kerupuk disambut dengan antusias oleh warga. Lomba-lomba ini akan menyuguhkan ratusan momen berharga, momen yang sangat dinanti penggemar fotografi. Banyak sekali momen penuh ekspresi dari peserta lomba dan para penonton yang menyemangati di sekeliling arena untuk diabadikan.
Mendapatkan foto menarik dari momen besar seperti perlombaan 17 Agustusan memang tak sulit, datang ke lokasi dan mulailah memotret. Hampir semua sisi dari arena mempunyai nilai fotografi yang bagus. Namun, untuk mendapatkan foto yang berbicara dan bukan sekadar dokumentasi peristiwa, momentum sangatlah penting untuk diperhatikan. Contohnya bisa kita lihat pada foto lomba adu pukul bantal di atas.
Foto itu memperlihatkan semangat para peserta memeriahkan kemerdekaan serta menunjukkan sulitnya berlaga pada titian bambu di atas sungai dengan risiko jatuh jika kalah. Semua terekam apik pada foto tersebut, berikut emosi yang dipancarkan saat kita melihatnya. Foto penuh emosi dan mampu bercerita seperti di atas mutlak memerlukan waktu eksekusi yang tepat.
Momen yang hanya berlangsung sepersekian detik dan disebut sebagai “The Decisive Moment” oleh seorang jurnalis foto legendaris, Henri Cartier Bresson, tak boleh terlewatkan oleh kita. Kesabaran menunggu waktu eksekusi menjadi kuncinya. Ada beberapa cara untuk berlatih agar kita bisa memahami kapan waktu yang tepat untuk mengeksekusi sebuah momen.
Pertama, biasakanlah tidak melihat hasil foto sesaat setelah memotret, dan nonaktifkan fungsi review foto pada LCD kamera. Terkadang momen paling bagus terjadi justru saat kita tengah melihat hasil foto di LCD saat kegiatan masih berlangsung dan tidak berkonsentrasi memotret. Kedua, jika menggunakan DSLR atau kamera tipe lain yang mempunyai fungsi continuous shoot , janganlah digunakan, gunakan hanya single shoot saat memotret.
Kita akan melatih diri menunggu momen yang tepat, serta menghindari memotret objek atau momen yang kurang menarik. Selain itu, penggunaan single shoot juga memperpanjang usia pakai kamera. Ketiga, teruslah menunggu dan menunggu sampai momen tersebut didapat. Janganlah melepaskan pandangan dari objek melalui viewfinder atau LCD pada kamera mirrorless dan smartphone .
Memang sedikit melelahkan, namun jika sering dilakukan, pasti tak lagi menjadi masalah. Keempat, pahamilah peristiwa yang terjadi agar mampu memprediksi kapan dan di mana momen terbaik akan terjadi. Contoh, jika memotret lomba pukul bantal, mencari tahu peraturan lomba akan sangat membantu kita menempatkan posisi memotret dan mengetahui momen terbaik dalam perlombaan tersebut.
Arie yudhistira
17 Agustus, tanggal yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, 70 tahun lalu para pendiri bangsa memproklamasikan kemerdekaan dan membebaskan negeri ini dari penjajahan.
Untuk mengenang jasa para pahlawan pendiri bangsa, setiap tahunnya upacara penaikan bendera dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia. Tak hanya pengibaran bendera, perayaan kemerdekaan setiap tahunnya juga dimeriahkan dengan beragam perlombaan.
Sejumlah nomor perlombaan unik seperti adu panjat pinang, balap karung, hingga makan kerupuk disambut dengan antusias oleh warga. Lomba-lomba ini akan menyuguhkan ratusan momen berharga, momen yang sangat dinanti penggemar fotografi. Banyak sekali momen penuh ekspresi dari peserta lomba dan para penonton yang menyemangati di sekeliling arena untuk diabadikan.
Mendapatkan foto menarik dari momen besar seperti perlombaan 17 Agustusan memang tak sulit, datang ke lokasi dan mulailah memotret. Hampir semua sisi dari arena mempunyai nilai fotografi yang bagus. Namun, untuk mendapatkan foto yang berbicara dan bukan sekadar dokumentasi peristiwa, momentum sangatlah penting untuk diperhatikan. Contohnya bisa kita lihat pada foto lomba adu pukul bantal di atas.
Foto itu memperlihatkan semangat para peserta memeriahkan kemerdekaan serta menunjukkan sulitnya berlaga pada titian bambu di atas sungai dengan risiko jatuh jika kalah. Semua terekam apik pada foto tersebut, berikut emosi yang dipancarkan saat kita melihatnya. Foto penuh emosi dan mampu bercerita seperti di atas mutlak memerlukan waktu eksekusi yang tepat.
Momen yang hanya berlangsung sepersekian detik dan disebut sebagai “The Decisive Moment” oleh seorang jurnalis foto legendaris, Henri Cartier Bresson, tak boleh terlewatkan oleh kita. Kesabaran menunggu waktu eksekusi menjadi kuncinya. Ada beberapa cara untuk berlatih agar kita bisa memahami kapan waktu yang tepat untuk mengeksekusi sebuah momen.
Pertama, biasakanlah tidak melihat hasil foto sesaat setelah memotret, dan nonaktifkan fungsi review foto pada LCD kamera. Terkadang momen paling bagus terjadi justru saat kita tengah melihat hasil foto di LCD saat kegiatan masih berlangsung dan tidak berkonsentrasi memotret. Kedua, jika menggunakan DSLR atau kamera tipe lain yang mempunyai fungsi continuous shoot , janganlah digunakan, gunakan hanya single shoot saat memotret.
Kita akan melatih diri menunggu momen yang tepat, serta menghindari memotret objek atau momen yang kurang menarik. Selain itu, penggunaan single shoot juga memperpanjang usia pakai kamera. Ketiga, teruslah menunggu dan menunggu sampai momen tersebut didapat. Janganlah melepaskan pandangan dari objek melalui viewfinder atau LCD pada kamera mirrorless dan smartphone .
Memang sedikit melelahkan, namun jika sering dilakukan, pasti tak lagi menjadi masalah. Keempat, pahamilah peristiwa yang terjadi agar mampu memprediksi kapan dan di mana momen terbaik akan terjadi. Contoh, jika memotret lomba pukul bantal, mencari tahu peraturan lomba akan sangat membantu kita menempatkan posisi memotret dan mengetahui momen terbaik dalam perlombaan tersebut.
Arie yudhistira
(ars)