Pemerintah Pilih Realistis
A
A
A
JAKARTA - Situasi perekonomian global dan domestik yang kurang kondusif memaksa pemerintah memilih asumsiasumsi makro yang lebih realistis dalam RAPBN 2016. Kendati begitu, ekonom mengingatkan butuh efektivitas kerja kementerian/lembaga pemerintah untuk mencapai asumsi-asumsi tersebut.
Dalam RAPBN 2016, pemerintah memasang asumsi pertumbuhan ekonomi 5,5%, kurs rupiah Rp13.400 per dolar Amerika Serikat (AS), laju inflasi 4,7%, dan suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) tiga bulan 5,5%. Kemudian harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD60/barel, lifting minyak 830.000 barel per hari, dan lifting gas 1,155 juta barel setara minyak per hari.
”Dengan memperhitungkan seluruh dinamika perekonomian global dan domestik serta prospek perekonomian nasional, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,5%,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan Nota Keuangan dan RAPBN 2016 di Gedung DPR/MPR, Jakarta, kemarin.
Angka pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah daripada target APBN-P 2015 sebesar 5,7%. Jokowi menjelaskan, target tersebut didasarkan pada proyeksi kondisi ekonomi global yang lebih baik sehingga diharapkan kinerja ekspor nasional ikut meningkat. Khusus inflasi, asumsi tahun depan 4,7% lebih rendah dibandingkan target tahun ini 5%.
Pembangunan infrastruktur diyakini akan meningkatkan ketersambungan antarwilayah sehingga dapat menekan inflasi. ”Pemerintah juga akan menjaga harga bahan pangan dan energi,” ujar Presiden.
Adapun asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp13.400 per dolar AS lebih lemah dari asumsi dalam APBN-P 2015 yang Rp12.500/USD. Jokowi mengatakan, asumsi ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ketidakpastian global.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menekankan penetapan asumsi makro RAPBN 2016 didasarkan pada proyeksi ekonomi tahun depan. Dia mengakui, pemerintah bersikap realistis saat menyusun rancangan tersebut. ”Kita memang buat (rancangan) ini serealistis mungkin, tapi tanpa meninggalkan optimisme,” ujarnya.
Bambang mengungkapkan, target pertumbuhan ekonomi 2016 diambil dari angka terendah saat rapat pendahuluan dengan DPR yang disepakati 5,5-6%. Angka ini diambil karena proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) atas ekonomi global yang akan tumbuh 3,8% atau lebih baik dibanding tahun ini sebesar 3,3%. ”(Kenaikan) 0,5% itu angka yang sangat besar. Secara implisit, itu menunjukkan adanya optimisme,” sambungnya.
Bambang melanjutkan, sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun depan tetap mengandalkan konsumsi rumah tangga. Dari angka 5,5% tersebut, dia menargetkan konsumsi rumah tangga tumbuh 5,2%, investasi meningkat 7,3%, ekspor naik 2,5%, dan impor tumbuh 2,2%.
Sementara untuk nilai tukar rupiah, mantan Kepala Kebijakan Fiskal itu mengaku realistis dengan mengambil angka yang maksimum dari kesepakatan dengan DPR di rentang Rp13.000-13.400 per dolar AS.
Angka ini diambil dengan perkiraan kondisi ekonomi global tahun depan yang kemungkinan ditandai dengan langkah bank sentral AS (The Fed) yang sudah menaikkan suku bunga acuan, keseimbangan mata uang China, serta membaiknya ekonomi Eropa dan Jepang. ”Jadi gejolak sudah tidak terlalu banyak. Tapi sekali lagi kita enggak akan pernah tahu karena saat ini gejolak sukar sekali diperkirakan,” tandasnya.
Lewat asumsi-asumsi makro itu, pemerintah menetapkan RAPBN 2016 dengan perincian pendapatan negara Rp1.848,1 triliun atau hanya meningkat Rp86,5 triliun dan belanja negara sebesar Rp2.121,3 triliun atau meningkat Rp137,1 triliun. Dengan demikian, defisit pun diperkirakan mencapai Rp273,2 triliun atau 2,1% dari produk domestik bruto (PDB).
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, postur RAPBN 2016 bisa menjadi realistis jika ada efektivitas kerja dari kementerian maupun lembaga pemerintah. Pertumbuhan ekonomi bisa sesuai target, tetapi tak serta-merta berjalan mulus tanpa ada intervensi pemerintah.
”Kalau melihat postur dalam RAPBN 2016 bisa realistis dan bisa tidak. Realistis jika ada efektivitas dari kerja kementerian maupun lembaga pemerintah, kemudian ada stimulus dari pemerintah, terakhir konsisten terhadap kebijakan fiskal,” ujarnya.
Stimulus, menurut dia, ada pada kepastian pembangunan infrastruktur, terutama dari sisi infrastruktur energi maupun konektivitas yang mendukung logistik. ”Dengan begitu, bisa menarik minat orang untuk berinvestasi di Indonesia sehingga kita bisa berharap pada target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah 5,5%,” ucapnya.
Menurut dia, persoalan postur RAPBN bukan hanya berdasar pada asumsi semata, melainkan bagaimana pemerintah menjalankan komitmen dalam APBN. ”Saya melihat ada perubahan dalam postur RAPBN di mana pemerintah menambah ruang fiskal untuk dana transfer daerah dan dana desa yang lebih besar jumlahnya dari belanja modal kementerian. Di sini ada politik anggaran yang memerlukan proses-proses birokrasi yang efisien dan pengawasan yang ketat,” ucap dia.
Dia menambahkan, pemerintah juga memerlukan mekanisme pola anggaran yang memiliki fleksibilitas. Artinya, tak hanya memenuhi persyaratan menghabiskan anggaran berdasarkan administrasi.
”Harus ada pencapaian target yang terukur. Ketika daerah diberi dana besar, harus terukur targetnya semisal pertumbuhan ekonominya berapa, jumlah pengangguran berapa, dan tenaga kerja terserap berapa. Jangan sampai daerah hanya memenuhi target administrasi saja agar terhindar dari administrasi audit Badan Pemeriksa Keuangan misalnya,” katanya.
Terpisah, ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, targettarget pemerintah dalam RAPBN yang menjadi dasar asumsi makro 2016 sudah semakin realistis. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, target 5,5% bisa dicapai dengan catatan pertumbuhan tahun ini berada pada kisaran 5%.
”Pada tahun depan saya kira cukup fair. Dasarnya adalah pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang relatif tinggi 3% dan China mulai bergerak pada kisaran 7-8% sehingga pada akhirnya mendorong pertumbuhan demand global,” ucapnya.
Mengenai defisit dalam RAPBN 2016 sebesar 2,1% terhadap PDB, hal itu dinilainya agak tinggi karena batas aman berada pada kisaran 2%. ”Namun karena beberapa tahun terakhir penyerapan anggaran kita lemah, saya prediksi realisasinya bakal di bawah 2%. Contohnya, tahun ini realisasi defisit maksimal 1,8%,” ujarnya.
Anggota DPR Komisi XI Fadel Muhammad mengatakan, pihaknya akan membahas lebih terperinci anggaran RAPBN bersama menkeu. Menurut dia, beberapa asumsi pemerintah dalam RAPBN 2016 cukup tinggi. ”Namun tak ada pilihan. Rupiah misalnya Rp13.400 memang tinggi, tapi lagi-lagi tak ada pilihan,” ucapnya.
Rahmat fiansyah/ Ichsan amin
Dalam RAPBN 2016, pemerintah memasang asumsi pertumbuhan ekonomi 5,5%, kurs rupiah Rp13.400 per dolar Amerika Serikat (AS), laju inflasi 4,7%, dan suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) tiga bulan 5,5%. Kemudian harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD60/barel, lifting minyak 830.000 barel per hari, dan lifting gas 1,155 juta barel setara minyak per hari.
”Dengan memperhitungkan seluruh dinamika perekonomian global dan domestik serta prospek perekonomian nasional, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,5%,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan Nota Keuangan dan RAPBN 2016 di Gedung DPR/MPR, Jakarta, kemarin.
Angka pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah daripada target APBN-P 2015 sebesar 5,7%. Jokowi menjelaskan, target tersebut didasarkan pada proyeksi kondisi ekonomi global yang lebih baik sehingga diharapkan kinerja ekspor nasional ikut meningkat. Khusus inflasi, asumsi tahun depan 4,7% lebih rendah dibandingkan target tahun ini 5%.
Pembangunan infrastruktur diyakini akan meningkatkan ketersambungan antarwilayah sehingga dapat menekan inflasi. ”Pemerintah juga akan menjaga harga bahan pangan dan energi,” ujar Presiden.
Adapun asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp13.400 per dolar AS lebih lemah dari asumsi dalam APBN-P 2015 yang Rp12.500/USD. Jokowi mengatakan, asumsi ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ketidakpastian global.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menekankan penetapan asumsi makro RAPBN 2016 didasarkan pada proyeksi ekonomi tahun depan. Dia mengakui, pemerintah bersikap realistis saat menyusun rancangan tersebut. ”Kita memang buat (rancangan) ini serealistis mungkin, tapi tanpa meninggalkan optimisme,” ujarnya.
Bambang mengungkapkan, target pertumbuhan ekonomi 2016 diambil dari angka terendah saat rapat pendahuluan dengan DPR yang disepakati 5,5-6%. Angka ini diambil karena proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) atas ekonomi global yang akan tumbuh 3,8% atau lebih baik dibanding tahun ini sebesar 3,3%. ”(Kenaikan) 0,5% itu angka yang sangat besar. Secara implisit, itu menunjukkan adanya optimisme,” sambungnya.
Bambang melanjutkan, sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun depan tetap mengandalkan konsumsi rumah tangga. Dari angka 5,5% tersebut, dia menargetkan konsumsi rumah tangga tumbuh 5,2%, investasi meningkat 7,3%, ekspor naik 2,5%, dan impor tumbuh 2,2%.
Sementara untuk nilai tukar rupiah, mantan Kepala Kebijakan Fiskal itu mengaku realistis dengan mengambil angka yang maksimum dari kesepakatan dengan DPR di rentang Rp13.000-13.400 per dolar AS.
Angka ini diambil dengan perkiraan kondisi ekonomi global tahun depan yang kemungkinan ditandai dengan langkah bank sentral AS (The Fed) yang sudah menaikkan suku bunga acuan, keseimbangan mata uang China, serta membaiknya ekonomi Eropa dan Jepang. ”Jadi gejolak sudah tidak terlalu banyak. Tapi sekali lagi kita enggak akan pernah tahu karena saat ini gejolak sukar sekali diperkirakan,” tandasnya.
Lewat asumsi-asumsi makro itu, pemerintah menetapkan RAPBN 2016 dengan perincian pendapatan negara Rp1.848,1 triliun atau hanya meningkat Rp86,5 triliun dan belanja negara sebesar Rp2.121,3 triliun atau meningkat Rp137,1 triliun. Dengan demikian, defisit pun diperkirakan mencapai Rp273,2 triliun atau 2,1% dari produk domestik bruto (PDB).
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, postur RAPBN 2016 bisa menjadi realistis jika ada efektivitas kerja dari kementerian maupun lembaga pemerintah. Pertumbuhan ekonomi bisa sesuai target, tetapi tak serta-merta berjalan mulus tanpa ada intervensi pemerintah.
”Kalau melihat postur dalam RAPBN 2016 bisa realistis dan bisa tidak. Realistis jika ada efektivitas dari kerja kementerian maupun lembaga pemerintah, kemudian ada stimulus dari pemerintah, terakhir konsisten terhadap kebijakan fiskal,” ujarnya.
Stimulus, menurut dia, ada pada kepastian pembangunan infrastruktur, terutama dari sisi infrastruktur energi maupun konektivitas yang mendukung logistik. ”Dengan begitu, bisa menarik minat orang untuk berinvestasi di Indonesia sehingga kita bisa berharap pada target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah 5,5%,” ucapnya.
Menurut dia, persoalan postur RAPBN bukan hanya berdasar pada asumsi semata, melainkan bagaimana pemerintah menjalankan komitmen dalam APBN. ”Saya melihat ada perubahan dalam postur RAPBN di mana pemerintah menambah ruang fiskal untuk dana transfer daerah dan dana desa yang lebih besar jumlahnya dari belanja modal kementerian. Di sini ada politik anggaran yang memerlukan proses-proses birokrasi yang efisien dan pengawasan yang ketat,” ucap dia.
Dia menambahkan, pemerintah juga memerlukan mekanisme pola anggaran yang memiliki fleksibilitas. Artinya, tak hanya memenuhi persyaratan menghabiskan anggaran berdasarkan administrasi.
”Harus ada pencapaian target yang terukur. Ketika daerah diberi dana besar, harus terukur targetnya semisal pertumbuhan ekonominya berapa, jumlah pengangguran berapa, dan tenaga kerja terserap berapa. Jangan sampai daerah hanya memenuhi target administrasi saja agar terhindar dari administrasi audit Badan Pemeriksa Keuangan misalnya,” katanya.
Terpisah, ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, targettarget pemerintah dalam RAPBN yang menjadi dasar asumsi makro 2016 sudah semakin realistis. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, target 5,5% bisa dicapai dengan catatan pertumbuhan tahun ini berada pada kisaran 5%.
”Pada tahun depan saya kira cukup fair. Dasarnya adalah pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang relatif tinggi 3% dan China mulai bergerak pada kisaran 7-8% sehingga pada akhirnya mendorong pertumbuhan demand global,” ucapnya.
Mengenai defisit dalam RAPBN 2016 sebesar 2,1% terhadap PDB, hal itu dinilainya agak tinggi karena batas aman berada pada kisaran 2%. ”Namun karena beberapa tahun terakhir penyerapan anggaran kita lemah, saya prediksi realisasinya bakal di bawah 2%. Contohnya, tahun ini realisasi defisit maksimal 1,8%,” ujarnya.
Anggota DPR Komisi XI Fadel Muhammad mengatakan, pihaknya akan membahas lebih terperinci anggaran RAPBN bersama menkeu. Menurut dia, beberapa asumsi pemerintah dalam RAPBN 2016 cukup tinggi. ”Namun tak ada pilihan. Rupiah misalnya Rp13.400 memang tinggi, tapi lagi-lagi tak ada pilihan,” ucapnya.
Rahmat fiansyah/ Ichsan amin
(bbg)