Diaspora Harus Majukan Bangsa

Jum'at, 14 Agustus 2015 - 10:09 WIB
Diaspora Harus Majukan Bangsa
Diaspora Harus Majukan Bangsa
A A A
JAKARTA - Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie menitipkan harapan yang tinggi pada diaspora Indonesia di seluruh dunia. Dia berharap diaspora dapat membangun bangsa ini menjadi lebih beradab dan maju.

”Ini dasar pemikiran diaspora. Saya akan mengacungkan jempol kepada diaspora yang peduli terhadap bangsanya sendiri. Kalau bukan Anda yang membangun bangsa ini, siapa lagi dek?” ucap Habibie di hadapan para diaspora yang hadir dalam Kongres Diaspora Indonesia III di Hotel Bidakara, Jakarta, kemarin.

Pada era globalisasi seperti sekarang, kata Habibie, banyak diaspora yang berteduh di zona aman untuk kepentingan dirinya sendiri. Mereka bak kacang lupa kulitnya. ”Diaspora, di mana pun Anda berada, berkontribusilah untuk negeri. Anda harus proaktif. Keturunan Indonesia yang tidak peduli terhadap kondisi negerinya sendiri bukan diaspora,” tandas Habibie.

Diaspora memang bebas memilih jalan hidup mereka masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang mantap ingin pensiun di luar negeri, tapi sebagian lagi mungkin ingin pensiun di Tanah Air. ”Atau, mungkin dikuburnya di sini. Anda masih ada akarnya di sini. Kalau tidak, Anda tidak masuk diaspora,” kata Habibie.

Menurut Habibie, sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk diaspora, hanya memikirkan hari ini tanpa melihat hari esok. Kebanyakan masyarakat Indonesia tidak memikirkan hingga puluhan tahun ke depan seperti orang Eropa, China, dan Jepang. ”Mungkin terlalu banyak yang miskin,” kata Habibie.

Habibie juga masih memiliki cita-cita dan keinginan memberikan sumbangsih terhadap Nusantara dengan mengusung pembuatan program pesawat regional Turboprop R80 pada 2012. Meski demikian, dia tidak ingin banyak terlibat. ”Saya yang lahir Juni 1936 harus tahu diri. Kita tidak tahu mengenai panjang umur kita. Proyek pesawat itu memakan waktu puluhan tahun,” kata Habibie.

Pembentukan program pesawat R80 merupakan manifestasi cita-cita diaspora. Direktur Utama (Dirut) PT RAI Agung Nugroho mengatakan, kebutuhan pesawat di Indonesia sangat besar sebab Indonesia merupakan negara kepulauan dengan daratan mencapai 2/3 porsi.

Apalagi, pemerintah dinilai kurang mungkin membangun akses darat dengan jembatan panjang. ”Padahal, kita membutuhkan transportasi yang cepat. Itu hanya bisa dijawab dengan transportasi udara. Pada 2012 kami merintis program R80 bersama Habibie. R80 muncul karena kami melihat peluang untuk pesawat semacam ini sangat tinggi.

Pertumbuhan transportasi udara sekitar 15- 19% per tahun. Dua kali PDB Indonesia,” kata Agung. Pesawat R80 memiliki banyak peningkatan dan pengembangan. Pesawat itu akan dilengkapi mesin turbo generasi baru yang berkapasitas besar. Efisiensioperasijugalebih tinggi dan lebih hemat bahan bakar.

Selain itu, biaya perawatan juga rendah dan tingkat prosedur keamanan bisa terjamin lebih baik. Jumlah pesawat yang dibutuhkan Indonesia dalam 20 tahun ke depan akan mencapai 300 unit. ”Dalam program pesawat regional, R80, kami harus melewati tiga tahapan. Pertama, desain awal pada 2013-2015. Kedua, pengembangan secara full pada 2016-2019.

Ketiga, pemasaran pada 2021,” kata Agung. Direktur Keuangan PT RAI Hari Wiguna mengatakan, tahap pertama menghabiskan dana hingga USD6 juta. Konsentrasi uang terbesar terletak pada tahap kedua. Menurut Hari, uang yang dibutuhkan mencapai USD700 juta. PT RAI pada dasarnya mengusung idealisme.

Kendati demikian, mereka tetap tidak bisa mengesampingkan aspek bisnis karena sudah menjadi bagian dari harapan investor. Pada 2020, R80 diharapkan sudah mendapatkan sertifikasi nasional. Jika berhasil, R80 akan memiliki izin terbang di wilayah udara internasional.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6299 seconds (0.1#10.140)