Pedagang Daging Mogok

Minggu, 09 Agustus 2015 - 09:43 WIB
Pedagang Daging Mogok
Pedagang Daging Mogok
A A A
JAKARTA - Para penjual daging sapi resah menghadapi melonjaknya harga daging yang kini rata-rata menembus Rp120.000 per kilogram. Kondisi ini bukan hanya memberatkan konsumen, tapi juga pedagang itu sendiri karena omzetnya tergerus.

Atas kondisi tersebut, mereka melakukan aksi mogok selama empat hari, terhitung mulai kemarin. Aksi yang sebagian besar dilakukan para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional itu bukan hanya dilakukan di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi saja, tapi juga sejumlah daerah di Banten, Jawa Barat, dan beberapa provinsi lain.

Aksi yang mereka gelar ini sekaligus untuk mempersoalkan kebijakan pembatasan kuota sapi impor. Pada triwulan III/2015, kuota impor sapi hanya sebanyak 50.000 sapi. Pada triwulan sebelumnya (triwulan II), kota sebesar 250.000 sapi dan di triwulan I 100.000 sapi. Akibat pembatasan kuota tersebut, harga sapi yang dijual di pasar tradisional kini mencapai sekitar Rp120.000/kg. ”Hal ini yang membuat kami, setelah diskusi dengan pedagang daging di pasar tradisional, memutuskan mogok selama empat hari terhitung mulai hari Sabtu (8/8),” ujar penasihat Asosiasi Pengusaha Pemotong Hewan Indonesia (APPHI) Adi Warsito kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin.

Menurut dia, selama ini kebijakan impor sapi selalu memiliki masalah yang sama. Padahal, sejak 2010, pemerintah sudah mewacanakan swasembada sapi dan mulai merencanakan swasembada pada 2014. ”Selama ini alasan dari pihak pemerintah selalu klasik. Selalu mengatakan sapi lokal cukup. Lah kalau sapi lokal cukup kan nggak mungkin kita potong sapi impor. Tapi pada kenyataannya memang belum pernah cukup,” katanya.

Di sisi lain, dengan pemangkasan kuota tersebut, para importir juga mau tak mau menaikkan harga. ”Sebab, pihak importir juga beralasan, kandang kosong, sementara tenaga kerja banyak yang digaji. Akibatnya berefek ke pedagang dan masyarakat,” katanya. Sebagai informasi, 50.000 kuota impor sapi pada triwulan tahun ini dipasok oleh 32 importir. Sapi impor tersebut didistribusikan kepada pemotong hewan hingga selanjutnya sampai kepada para pedagang pasar.

”Kami meminta kepada pemerintah supaya harga tidak terlalu tinggi. Kedua, pemerintah juga harus menghitung dengan benar kebutuhan sapi di Indonesia. Artinya, kalau sapi lokal tak cukup ya realistis saja, buka kran impor,” ujar dia. Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh Boediyana mengatakan, pemerintah harus realistis melihat kemampuan memenuhi kebutuhan daging sapi dengan memanfaatkan sapi lokal.

”Impor tak masalah selama swasembada juga serius diurus. Selama ini, dengan anggaran Kementan yang begitu besar, apakah swasembada kita berhasil? Jawabannya belum, sebab aksi mogok pedagang daging sapi sudah berimbas ke masyarakat,” ujarnya. Menurut dia, yang paling dirugikan ialah para pedagang di pasar-pasar tradisional karena mendapatkan kesulitan dengan harga daging sapi yang tinggi. ”Para pedagang di pasar-pasar tradisional yang paling dirugikan. Kemudian bagaimana dengan warung-warung tegal atau warteg maupun penjual bakso? Pemerintah harus segera turun tangan,” tegasnya.

Dia pun meminta pemerintah berbicara dan mengundang para stakeholder, di antaranya para importir, asosiasi pemotong sapi maupun asosiasi sapi lokal untuk duduk bersama. ”Jangan sampai berulang, kran impor sapi ditambah tapi lupa akan swasembada. Tentu akan mengulang lagi masalahnya,” kata dia.

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Mulado tidak mengangkat telepon saat dikonfirmasi persoalan tersebut. Namun sebelumnya dia pernah mengatakan menjamin kestabilan ketersediaan daging sapi, tetapi masih harus mengendalikan impor sapi.

Omzet Turun

Selain di pasar tradisional di Jabodetabek, aksi mogok di antaranya dilakukan pedagang di kawasan Bandung. Di Cimahi, misalnya, para pedagang mulai melakukan aksi mogok sekitar pukul 12.00 WIB kemarin.

Aksi yang dilakukan para pedagang ini sebagai tindak lanjut dari surat edaran yang dikeluarkan Asosiasi Pedagang Daging dan Sapi Potong Indonesia (APDASI) ke seluruh feedloter, bandar, pemotong, pedagang, supplier, supermarket, pengusaha impor daging sapi di wilayah Bandung Raya untuk melakukan aksi mogok dari aktivitas berjualannya. Dari pantauan KORAN SINDO di lapangan kemarin, seluruh pedagang daging sapi mulai menghentikan aktivitas berdagangnya mulai pukul 12.00 WIB.

Itu terlihat dari lapak dagangan mereka yang telah bersih dari daging sapi jualannya. Solihin, 41, salah seorang pedagang daging sapi di pasar atas mengaku mendukung aksi mogok sebagai desakan kepada pemerintah agar harga daging sapi kembali stabil.” Kami melakukan aksi ini agar harga daging sapi kembali stabil jangan terusterusan naik,” ungkapnya di sela-sela membereskan lapak dagangannya kemarin.

Dia mengaku kewalahan dengan kenaikan harga daging sapi yang terus-terusan naik. Selain mengurangi pasokan daging sapi dari hari normal biasanya, kenaikan ini juga sangat memengaruhi omset pendapatannya yang menurun hingga 50%. ”Omset turun, pengecer kewalahan mencari daging, apalagi konsumen,” katanya.

Olis mengaku dalam sehari yang biasanya menjual 1 kuintal/ hari hingga 1,5 kuintal/ hari, sekarang ini paling hanya mampu menjual 50 kg/ hari. Kondisi ini akibat kenaikan harga daging semenjak pasca-Lebaran hingga sekarang ini. Mulai dari harga daging Rp90.000/kg hingga naik menjadi Rp 110.000/kg secara bertahap sampai sekarang ini. Animo warga mengonsumsi daging sapi juga jadi menurun,” katanya. Kusno, 43, pedagang martabak telor yang biasa menggunakan daging sapi sebagai bahan dasar panganannya mengaku kesulitan mencari daging sapi siang hari ini (kemarin). Dia pun belum mengetahui adanya aksi mogok dari para penjual daging sapi.

”Pantesan saya cari-cari lapak pedagang sudah bersih, padahal biasanya buka,” ujarnya kemarin. Dia mengaku turut mendukung aksi para pedagang akibat kenaikan daging sapi yang tidak menentu ini. Pasalnya, kenaikan daging sapi juga memengaruhi para pedagang lainnya yang memanfaatkan daging sapi sebagai bahan dasar dari panganan yang dijualnya. ”Repot juga kalau terus-terusan naik, sebab daging sapinya jadi ikut langka juga,” ujarnya.

Keluhan disampaikan pula pedagang di pasar Serang, Banten. Hamid, salah satu pedagang, mengungkapkan harga daging saat ini mencapai Rp125.000/kg, padahal sebelumnya harga daging hanya Rp80.000/kg. ”Imbasnya ke kitalah, omset turun 20%, bahkan sempat tembus harga Rp130.000 tiga hari kemarin,” katanya.

Dia menuturkan, kembali naiknya harga daging sapi karena stok daging di Rumah Potong Hewan (RPH) minim, sehingga berakibat dari harga menjadi melambung tinggi. Menurutnya, tingginya harga pasti akan membuat pembeli semakin sepi dan akhirnya pedagang terancam gulung tikar. ”Karena itu kita mogok jualan. Dari Ramadan harga enggak stabil,” tandas dia.

Ichsan amin/nur azis/ ridwan anshori/ okezone
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3493 seconds (0.1#10.140)