God Bless Tetap Garang di Usia Senja
A
A
A
JAKARTA - Dahaga itu terbayar lunas. Menepati janjinya, God Bless tampil garang dalam konser ”Musikukeren:Panggung Sandiwara” tadi malam.
Memainkan 19 lagu selama hampir dua jam, band rock kawakan Tanah Air ini menyuguhkan atmosfer cadas: keras dan bertenaga. Aplaus panjang dari ratusan penggemar di lagu terakhir pun seperti meneguhkan identitas mereka, legenda yang tak pernah menua. Memanaskan panggung, God Bless membuka dengan sejumlah hits semacam Kepada Perang, Bla Bla Bla, Menjilat Matahari, Selamat Pagi Indonesia dan Anak Adam.
Harus diakui, fase awal ini kurang mampu membangkitkan suasana. Ratusan penonton yang rata-rata berusia 50 keatas seolah masih meraba-raba untuk menikmati kembali band idola mereka itu. Aura rock mulai terbangun kala Ahmad Albar (vokal), Ian Antono(gitar), DonnyFattahGagola (bass), dan Abadi Soesman (keyboar, piano) menggeber Asasi di lagu keenam.
Namun, energi cadas nan menghentak itu benar-benar bangkit, mencuat, dan membahana ketika Srigala Jalanan menggelegar di arena konser, gedung Ciputra Artpreneur Theater, Kuningan. Diawali dengan kehadiran gitaris Eet Sjahranie (mantan personel God Bless) yang menyeruak dari tengah penonton dan memainkan intro secara solo di tengah panggung.
Penampilan salah satu gitaris terbaik Indonesia itu masih selayaknya dulu, energik. Petikan gitarnya melengking dan menyayat. Srigala Jalananyang dicomot dari album kelima, ”Apa Kabar”, itu benar-benar seperti memecah kebekuan. Sayang, keinginan penonton untuk menyaksikan Iyek (panggilan Ahmad Albar) melantunkan lagu rock ikonik ini gagal terwujud.
Sebagi pengganti, muncul Husein Alatas. Alumnus Indonesian Idol itu tampil nyaris tanpa cacat. Kemampuannya menembus oktaf tinggi membuat lagu itu tetap garang. Srigala Jalananpun berakhir klimaks. Atas performa apik Husein, Iyek memberi pujian, ”Ini dia generasi rock muda yang berpotensi.”
Tidak mau berbasa-basi, God Bless menyambung dengan Bis Kota. Pada lagu ini Ahmad Albar sudah terlihat lebih lincah dibandingkan penampilannya di awal-awal. Sebagian besar penonton pun ikut bernyanyi. Kolaborasi Eet dan Ian Antono semakin membuat penampilan band yang populer di era 1980-an ini semakin ganas. ”Marilah kita hening sejenak,” kata Iyek sesaat sebelum melantunkan Balada Sejuta Wajah.
Dengan format akustik, lagu tersebut memang memiliki sebuah unsur magis yang sanggup menghipnosis para penonton. Selanjutnya giliran lagu Syair Kehidupan ciptaan Areng Widodo dibawakan untuk mendinginkan suasana. Banyak penonton yang mulai ikut bernyanyi khusyuk dalam kedua lagu tersebut, sebelum kemudian dilanjutkan dengan kolaborasi Candil yang melantunkan Aku Harus Jadi Superstar.
Aura rock kembali menyala ketika lagu Semut Hitam membahana. Saat ini, Eet sempat mengalami kendala pada gitarnya, namun hal tersebut bukan menjadi masalah besar. Semut Hitam tetap meluncur mulus. Tampil dibarengi Astrid Lea Orchestra, suguhan God Bless tadi malam penuh warna.
Berbagai eksplorasi musikalitas mereka suguhkan. Kehadiran orkestra ini istimewa karena ini baru yang kedua setelah penampilan pertama mereka pada 1975 silam. Secara keseluruhan, God Bless tetaplah God Bless. Meski energi personelnya tak lagi seperti dulu, namun semangat mereka di panggung tak pernah pudar.
Standing ovation dari penonton di akhir lagu Panggung Sandiwara yang jadi lagu penutup membuktikan rasa dahaga akan kehebatan grup ini terobati. ”Saya kagum dengan suaranya (Ahmad Albar). Masih bisa kayak gitu, padahal sudah tua. Salut,” kata Toto, salah satu penonton.
Sebagai salah satu grup band rock legendaris Indonesia, God Bless patut diacungi jempol. Di tengah gempuran aneka genre dan silih bergantinya grup-grup band baru, mereka berhasil mempertahankan soliditas di tengah usia yang terus beranjak senja. Meski dalam sejarahnya mereka bergant-ganti personel, faktanya God Bless masih eksis.
Cikal bakal God Bless muncul dari band Clover Leaf yang dibentuk Iyek, Ludwig Lemans, Fuad Hassan dan Donny Fattah. Pada 5 Mei 1973 mereka mengubah namanya menjadi God Bless. Dalam perjalanan kariernya yang panjang, mereka telah menelorkan 6 album. Beberapa musisi yang pernah memperkuat band cadas ini antara lain Jockie Surjoprajogo, Deddy Dores, Soman Lubis, Teddy Sujaya, dan Eet Sjahranie.
Album Semut Hitam pada 1988 tercatat sebagai album dengan penjualan terlaris. Sejumlah hits meledak di pasaran, seperti Rumah Kita, Semut Hitam, dan Kehidupan.
Fatturachman hakim
Memainkan 19 lagu selama hampir dua jam, band rock kawakan Tanah Air ini menyuguhkan atmosfer cadas: keras dan bertenaga. Aplaus panjang dari ratusan penggemar di lagu terakhir pun seperti meneguhkan identitas mereka, legenda yang tak pernah menua. Memanaskan panggung, God Bless membuka dengan sejumlah hits semacam Kepada Perang, Bla Bla Bla, Menjilat Matahari, Selamat Pagi Indonesia dan Anak Adam.
Harus diakui, fase awal ini kurang mampu membangkitkan suasana. Ratusan penonton yang rata-rata berusia 50 keatas seolah masih meraba-raba untuk menikmati kembali band idola mereka itu. Aura rock mulai terbangun kala Ahmad Albar (vokal), Ian Antono(gitar), DonnyFattahGagola (bass), dan Abadi Soesman (keyboar, piano) menggeber Asasi di lagu keenam.
Namun, energi cadas nan menghentak itu benar-benar bangkit, mencuat, dan membahana ketika Srigala Jalanan menggelegar di arena konser, gedung Ciputra Artpreneur Theater, Kuningan. Diawali dengan kehadiran gitaris Eet Sjahranie (mantan personel God Bless) yang menyeruak dari tengah penonton dan memainkan intro secara solo di tengah panggung.
Penampilan salah satu gitaris terbaik Indonesia itu masih selayaknya dulu, energik. Petikan gitarnya melengking dan menyayat. Srigala Jalananyang dicomot dari album kelima, ”Apa Kabar”, itu benar-benar seperti memecah kebekuan. Sayang, keinginan penonton untuk menyaksikan Iyek (panggilan Ahmad Albar) melantunkan lagu rock ikonik ini gagal terwujud.
Sebagi pengganti, muncul Husein Alatas. Alumnus Indonesian Idol itu tampil nyaris tanpa cacat. Kemampuannya menembus oktaf tinggi membuat lagu itu tetap garang. Srigala Jalananpun berakhir klimaks. Atas performa apik Husein, Iyek memberi pujian, ”Ini dia generasi rock muda yang berpotensi.”
Tidak mau berbasa-basi, God Bless menyambung dengan Bis Kota. Pada lagu ini Ahmad Albar sudah terlihat lebih lincah dibandingkan penampilannya di awal-awal. Sebagian besar penonton pun ikut bernyanyi. Kolaborasi Eet dan Ian Antono semakin membuat penampilan band yang populer di era 1980-an ini semakin ganas. ”Marilah kita hening sejenak,” kata Iyek sesaat sebelum melantunkan Balada Sejuta Wajah.
Dengan format akustik, lagu tersebut memang memiliki sebuah unsur magis yang sanggup menghipnosis para penonton. Selanjutnya giliran lagu Syair Kehidupan ciptaan Areng Widodo dibawakan untuk mendinginkan suasana. Banyak penonton yang mulai ikut bernyanyi khusyuk dalam kedua lagu tersebut, sebelum kemudian dilanjutkan dengan kolaborasi Candil yang melantunkan Aku Harus Jadi Superstar.
Aura rock kembali menyala ketika lagu Semut Hitam membahana. Saat ini, Eet sempat mengalami kendala pada gitarnya, namun hal tersebut bukan menjadi masalah besar. Semut Hitam tetap meluncur mulus. Tampil dibarengi Astrid Lea Orchestra, suguhan God Bless tadi malam penuh warna.
Berbagai eksplorasi musikalitas mereka suguhkan. Kehadiran orkestra ini istimewa karena ini baru yang kedua setelah penampilan pertama mereka pada 1975 silam. Secara keseluruhan, God Bless tetaplah God Bless. Meski energi personelnya tak lagi seperti dulu, namun semangat mereka di panggung tak pernah pudar.
Standing ovation dari penonton di akhir lagu Panggung Sandiwara yang jadi lagu penutup membuktikan rasa dahaga akan kehebatan grup ini terobati. ”Saya kagum dengan suaranya (Ahmad Albar). Masih bisa kayak gitu, padahal sudah tua. Salut,” kata Toto, salah satu penonton.
Sebagai salah satu grup band rock legendaris Indonesia, God Bless patut diacungi jempol. Di tengah gempuran aneka genre dan silih bergantinya grup-grup band baru, mereka berhasil mempertahankan soliditas di tengah usia yang terus beranjak senja. Meski dalam sejarahnya mereka bergant-ganti personel, faktanya God Bless masih eksis.
Cikal bakal God Bless muncul dari band Clover Leaf yang dibentuk Iyek, Ludwig Lemans, Fuad Hassan dan Donny Fattah. Pada 5 Mei 1973 mereka mengubah namanya menjadi God Bless. Dalam perjalanan kariernya yang panjang, mereka telah menelorkan 6 album. Beberapa musisi yang pernah memperkuat band cadas ini antara lain Jockie Surjoprajogo, Deddy Dores, Soman Lubis, Teddy Sujaya, dan Eet Sjahranie.
Album Semut Hitam pada 1988 tercatat sebagai album dengan penjualan terlaris. Sejumlah hits meledak di pasaran, seperti Rumah Kita, Semut Hitam, dan Kehidupan.
Fatturachman hakim
(ftr)