AHWA Kandas, Ulama Tentukan Rais Aam

Selasa, 04 Agustus 2015 - 09:10 WIB
AHWA Kandas, Ulama Tentukan...
AHWA Kandas, Ulama Tentukan Rais Aam
A A A
SURABAYA - Upaya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerapkan sistem Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) untuk memilih rais aam syuriah akhirnya kandas. Pemilihan rais aam ini diserahkan kepada sidang para rais syuriah atau ulama.

Keputusan ini berdasarkan sidang pleno yang membahas tata tertib (tatib) Muktamar ke-33 NU yang digelar di Jombang, Jawa Timur, kemarin. Sehari sebelumnya, pembahasan tatib ini berjalan alot dan diwarnai kericuhan karena sebagian peserta menolak sistem AHWA. Kebuntuan baru mencair setelah Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) turun tangan.

Gus Mus menyampaikan keputusan musyawarah yang dilakukannya kemarin bersama para kiai sepuh, muhtasyar dan rais syuriah se-Indonesia terkait polemik AHWA. Inti keputusan tersebut adalah AHWA akan dibahas pada sidang komisi dan akan diplenokan. Pemilihan rais aam akan dilakukan secara musyawarah oleh para ulama atau rais syuriah dari setiap pengurus wilayah dan cabang NU se-Indonesia.

Namun, jika tidak ada kata sepakat, pemilihan akan dilakukan lewat voting. ”Ini urusan memilih rais aam. Cara berpikir para kiai dan saya, kiai akan memilih pemimpin kiai. Kiai-kiai akan memilih imamnya kiai. Karenanya solusinya, kalau tidak bisa mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara khusus oleh raisrais,” kata Gus Mus. ”Tetapi kalau muktamirin masih tidak sepakat dengan solusi yang ditawarkan seorang Mustofa Bisri, saya terima dengan kerendahan hati,” lanjutnya.

Seusai pidato Gus Mus, Steering Comitee Sidang Pleno Pembahasan Tatib Slamet Efendi Yusuf lantas melanjutkan pembahasan pasal 19 mengenai pemilihan rais aam yang sempat tertunda. ”Apakah saran rais aam bisa ditetapkan menjadi pasal 19?” tanya Slamet, yang langsung dijawab ”setuju” oleh para muktamirin.

Gus Mus menekankan hal ini sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Pasal 41 ayat 1 yang mengamanatkan pemilihan dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, jika tidak bisa dengan pemungutan suara atau voting. Tangis haru mengakhiri sidang pleno tatib Muktamar ke- 33 NU ini.

Ribuan muktamirin diam tertunduk dan menitikkan air mata begitu Gus Mus menyampaikan hasil musyawarah para kiai sepuh, muhtasyar, dan rais syuriah se-Indonesia. Gus Mus mengungkapkan kekecewaannya setelah melihat kericuhan yang mewarnai muktamar. ”Di sini NU didirikan. Apakah kita mau melumpuhkan juga di sini. Saya malu kepada KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Sansuri. Ingatlah NU lebih besar daripada persoalan tetek bengek ini, NU lebih besar,” tutur Gus Mus.

Gus Mus menyampaikan pidato selama 30 menit tersebut dengan tersedu, bahkan beberapa kali suara pengasuh Ponpes Raudlotut Tolibin Rembang ini bergetar. ”Sejak semalam saya belum tidur. Bukan karena apa, tetapi karena memikirkan Anda sekalian. Tolong maafkan saya. Kalau perlu, saya akan mencium kaki Anda untuk menunjukkan tawadu Anda seperti diajarkan Kiai Hasyim,” ujarnya.

Muktamirin yang hadir hanya diam mendengarkan petuah pimpinan tertinggi NU tersebut. Beberapa muktamirin bahkan tampak menangis. Tidak terdengar satu pun yang bicara keras seperti yang terjadi pada malam sebelumnya. ”Dengarkan pimpinan Anda, saya sebagai rais aam. Kalau tidak Anda dengarkan, buat apa saya menjabat, lepaskan saja saya, saya akan pulang menjadi warga NU biasa,” kata Gus Mus.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj membantah beredarnya informasi di kalangan muktamirin yang menyatakan dirinya mundur dari bursa calon ketua umum PBNU periode 2015-2020. ”Saya tidak pernah sama sekali mengatakan mengundurkan diri dari pencalonan,” tegasnya sebelum membacakan laporan pertanggung jawabannya kemarin.

Said menilai isu pengunduran dirinya tersebut sengaja diembuskan orang tidak bertanggung jawab. ”Saya tidak mundur. Saya siap kalah dan siap menang. Pasrah terhadap ketentuan Allah SWT melalui keputusan muktamar,” imbuhnya.

Said juga tak mempermasalahkan siapa calon rais aam PBNU yang nantinya akan terpilih dalam kepengurusan PBNU. Adapun laporan pertanggungjawaban Said Aqil Siradj yang dibacakan tadi malam diterima oleh peserta muktamar.

Ihya ulumuddin/ Sucipto
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6066 seconds (0.1#10.140)