Kampus Dukung TNI Terlibat Ospek
A
A
A
JAKARTA - Rencana pemerintah melibatkan TNI dalam kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) mendapat dukungan kalangan kampus. TNI dinilai dapat memberi materi yang baik bagi wawasan kebangsaan dan bela negara kepada mahasiswa.
Sekretaris Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Werry Darta Taifur mengatakan, jika rencana yang akan dimulai tahun depan itu terwujud, sangat banyak kegiatan yang bisa diadakan untuk membangun kebersamaan dan kerja sama antarsesama mahasiswa baru.
Rektor Universitas Andalas (Unand) ini mengakui model tersebut sudah diterapkan di kampus yang dipimpinnya. Pada dua tahun terakhir Unand bekerja sama denganTNI untuk kegiatan pembinaan dan pengembangan wawasan kebangsaan bagi mahasiswa baru. ”Mahasiswa baru sangat senang dan tertarik untuk mengikutinya,” katanya kepada KORANSINDO kemarin.
Dia menambahkan, ospek di Unand jauh dari perploncoan dan lebih condong pada perkenalan seluruh aspek kampus. Pihaknya juga berupaya untuk menanamkan nilai integritas dan kebangsaan dengan sistem penyampaian yang menyerupai motivasi atau ESQ.
Tidak hanya mengedepankan kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa baru, kampus juga melarang penggunaan atribut yang aneh-aneh selama ospek berlangsung. Mahasiswa baru Unand, kata dia, hanya diminta mengenakan seragam hitam putih sejak ospek 2007.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir sebelumnya mengatakan, tahun depan kementerian yang dipimpinnya merencanakan untuk melibatkan TNI dalam ospek di seluruh PTN. Peranan TNI bukan untuk mengajarkan praktik militer, namun menumbuhkan rasa bela negara kepada mahasiswa.
Nasir mengaku sudah bertemu Jenderal Moeldoko yang waktu itu menjabat panglima TNI untuk mengarahkan Kodam di seluruh daerah dalam kegiatan ospek tahun depan. Sebagai bagian dari revolusi mental, Nasir juga meminta ada tambahan materi wawasan kebangsaan kepada mahasiswa baru.
Nasir mengungkapkan, sejak Juni lalu Kemenristek Dikti sudah menerbitkan buku pedoman yang isinya melarang ospek diisi dengan cara kekerasan atau plonco. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan seluruh rektor agar ospek hanya bersifat perkenalan kegiatan kampus. Jika terjadi praktik kekerasan di kampus, akan ada sanksi.
”Jika kekerasan dilakukan mahasiswa, ada sanksi akademik. Jika mengarah ke kriminal, akan dikeluarkan dari kampus. Jika rektor mengizinkan perploncoan, akan kami panggil rektornya dan ada sanksi indisipliner bagi rektornya,” katanya menegaskan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan berpendapat, tidak ada masalah jika TNI mengisi ospek dengan materi bela negara. Namun, yang menjadi persoalan adalah siapkah TNI untuk memberi materi yang relevan bagi mahasiswa mengenai konsep bela negara tersebut.
TNI, kata Anies, harus membuat materi yang terstruktur lebih dulu, baik dari sisi kejelasan konsep, tujuan, maupun metodenya. Setelah itu dilihat lagi apakah dalam pelaksanaan di lapangan TNI menguasai materi dan sistem penyampaiannya. ”Menurut saya, persoalannya bukan kepada siapanya, tetapi kompetensinya. Siapa pun bisa melakukan jika memiliki kompetensi,” katanya seusai sidak Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMK Yuppentek, Tangerang, Banten, kemarin.
Menurutnya, pemberian materi itu pun tidak boleh disamaratakan sebab ada kampus yang memang memerlukan pelatihan, namun juga ada kampus yang tidak perlu. Dia mencontohkan MOS yang dilaksanakan oleh senior di sekolah. Menurut dia, MOS tidak jelas tujuannya.
Para senior yang menggelar pengenalan sekolah kepada siswa baru ini tidak pernah belajar soal pedagogi atau mendalami metode pendidikan, namun tiba-tiba saja oleh sekolah mereka diberikan hak mendidik anak baru.
”Di situ letak kenapa praktik plonco ini berbahaya. Mereka memaksa anak baru pakai kaos kaki berbeda warna atau pakai topi dari bola yang tidak ada tujuannya dengan belajar-mengajar,” ungkapnya.
Neneng zubaidah
Sekretaris Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Werry Darta Taifur mengatakan, jika rencana yang akan dimulai tahun depan itu terwujud, sangat banyak kegiatan yang bisa diadakan untuk membangun kebersamaan dan kerja sama antarsesama mahasiswa baru.
Rektor Universitas Andalas (Unand) ini mengakui model tersebut sudah diterapkan di kampus yang dipimpinnya. Pada dua tahun terakhir Unand bekerja sama denganTNI untuk kegiatan pembinaan dan pengembangan wawasan kebangsaan bagi mahasiswa baru. ”Mahasiswa baru sangat senang dan tertarik untuk mengikutinya,” katanya kepada KORANSINDO kemarin.
Dia menambahkan, ospek di Unand jauh dari perploncoan dan lebih condong pada perkenalan seluruh aspek kampus. Pihaknya juga berupaya untuk menanamkan nilai integritas dan kebangsaan dengan sistem penyampaian yang menyerupai motivasi atau ESQ.
Tidak hanya mengedepankan kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa baru, kampus juga melarang penggunaan atribut yang aneh-aneh selama ospek berlangsung. Mahasiswa baru Unand, kata dia, hanya diminta mengenakan seragam hitam putih sejak ospek 2007.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir sebelumnya mengatakan, tahun depan kementerian yang dipimpinnya merencanakan untuk melibatkan TNI dalam ospek di seluruh PTN. Peranan TNI bukan untuk mengajarkan praktik militer, namun menumbuhkan rasa bela negara kepada mahasiswa.
Nasir mengaku sudah bertemu Jenderal Moeldoko yang waktu itu menjabat panglima TNI untuk mengarahkan Kodam di seluruh daerah dalam kegiatan ospek tahun depan. Sebagai bagian dari revolusi mental, Nasir juga meminta ada tambahan materi wawasan kebangsaan kepada mahasiswa baru.
Nasir mengungkapkan, sejak Juni lalu Kemenristek Dikti sudah menerbitkan buku pedoman yang isinya melarang ospek diisi dengan cara kekerasan atau plonco. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan seluruh rektor agar ospek hanya bersifat perkenalan kegiatan kampus. Jika terjadi praktik kekerasan di kampus, akan ada sanksi.
”Jika kekerasan dilakukan mahasiswa, ada sanksi akademik. Jika mengarah ke kriminal, akan dikeluarkan dari kampus. Jika rektor mengizinkan perploncoan, akan kami panggil rektornya dan ada sanksi indisipliner bagi rektornya,” katanya menegaskan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan berpendapat, tidak ada masalah jika TNI mengisi ospek dengan materi bela negara. Namun, yang menjadi persoalan adalah siapkah TNI untuk memberi materi yang relevan bagi mahasiswa mengenai konsep bela negara tersebut.
TNI, kata Anies, harus membuat materi yang terstruktur lebih dulu, baik dari sisi kejelasan konsep, tujuan, maupun metodenya. Setelah itu dilihat lagi apakah dalam pelaksanaan di lapangan TNI menguasai materi dan sistem penyampaiannya. ”Menurut saya, persoalannya bukan kepada siapanya, tetapi kompetensinya. Siapa pun bisa melakukan jika memiliki kompetensi,” katanya seusai sidak Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMK Yuppentek, Tangerang, Banten, kemarin.
Menurutnya, pemberian materi itu pun tidak boleh disamaratakan sebab ada kampus yang memang memerlukan pelatihan, namun juga ada kampus yang tidak perlu. Dia mencontohkan MOS yang dilaksanakan oleh senior di sekolah. Menurut dia, MOS tidak jelas tujuannya.
Para senior yang menggelar pengenalan sekolah kepada siswa baru ini tidak pernah belajar soal pedagogi atau mendalami metode pendidikan, namun tiba-tiba saja oleh sekolah mereka diberikan hak mendidik anak baru.
”Di situ letak kenapa praktik plonco ini berbahaya. Mereka memaksa anak baru pakai kaos kaki berbeda warna atau pakai topi dari bola yang tidak ada tujuannya dengan belajar-mengajar,” ungkapnya.
Neneng zubaidah
(ftr)