600.000 Pendatang Baru Masuk Jakarta

Kamis, 23 Juli 2015 - 10:45 WIB
600.000 Pendatang Baru Masuk Jakarta
600.000 Pendatang Baru Masuk Jakarta
A A A
JAKARTA - Sebanyak 600.000 pendatang baru diperkirakan memasuki Jakarta bersamaan dengan arus balik pemudik Lebaran 2015. Mereka akan menetap di Ibu Kota dan sekitarnya. Sebagian besar datang ke Jakarta untuk bekerja.

Menurut Ketua Jakarta Transportation Watch (JTW) Andi Wiliam Sinaga, berdasarkan kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya, sebagian pemudik akan membawa saudara atau kerabat mereka dari daerah ke Jakarta. JTW mengambil asumsi jumlah pendatang baru di kisaran 10% dari total jumlah pemudik Lebaran 2015 yang terdata oleh Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta yakni 6.532.403 orang.

Jumlah ini adalah pemudik yang menggunakan berbagai angkutan umum dan kendaraan pribadi segala jenis. ”Jakarta masih menjadi primadona bagi para pencari kerja. Apalagi biasanya setelah Lebaran banyak pabrik yang membuka lowongan kerja seperti di kawasan Cakung, Pulo Gadung, Kalideres, dandaerah-daerahsekitarIbuKota,” kata Andi di Jakarta kemarin.

Ibu Kota, lanjut dia, semakin menarik di mata para pendatang baru lantaran ada program jaminan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Tahun ini Pemprov DKI Jakarta menggelontorkan dana sekitar Rp2,3 triliun untuk program KJP dan Rp1,3 triliun untuk KJS.

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta Edison Sianturi mengingatkan bahwa Ibu Kota hanya menerima pendatang baru yang memiliki keterampilan atau keahlian siap kerja. Syarat lainnya, yang bersangkutan harus sudah diterima bekerja atau sekolah di Jakarta, serta memiliki domisili tetap. ”Di luar itu, harus pulang kembali ke daerahnya paling lambat 7 Agustus 2015,” tegas Edison.

Ketentuan ini, lanjut dia, diberlakukan untuk menekan meningkatnya angka kemiskinan dan permukiman kumuh atau liar yang tergolong penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lantaran pendatang tak punya keahlian dan jaminan tempat tinggal. Karena itu, Edison mengingatkan agar para pemudik yang membawa saudara dan kerabatnya untuk tinggal di Jakarta agar tertib administrasi.

Pemerintah DKI Jakarta sudah melayangkan surat kepada para ketua RW dan RT melalui kecamatan dan kelurahan agar memantau ketat warganya yang membawa pendatang baru. Mereka yang berniat menetap wajib membawa surat pengantar pindah dari otoritas administratif di domisili asal untuk dibuatkan KTP DKI. Apabila hingga 7 Agustus 2015 si pendatang belum menyerahkan surat tersebut, pengurus RT akan memerintahkan yang bersangkutan untuk pulang.

”Jadi jangan menelantarkan diri sendiri. Ke Jakarta harus punya keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja. Tinggalnya pun di lokasi yang jelas RT dan RW-nya,” pungkas Edison. Disdukcapil DKI Jakarta memperkirakan jumlah pendatang baru pasca-Lebaran 2015 mencapai 70.593 orang, meningkat 3% dari jumlah pendatang pasca-Lebaran 2014 yang tercatat sebanyak 68.537 orang.

Jumlah pemudik dengan angkutan umum dari Jakarta tahun ini tercatat 3.763.392 orang yang menggunakan bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang. Sementara ”arus balik” diperkirakan mencapai 3.833.985 orang. Pada 2014 jumlah pemudik sebanyak 3.616.744 orang dengan ”arus balik” 3.685.281 orang. Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Dwi Rio mengingatkan agar pernyataan tegas Disdukcapil benar-benar diikuti dengan tindakan nyata, bukan formalitas belaka.

”Jangan hanya bicara. Lakukan pendataan pendatang baru secara serius dan terkoordinasi. Mereka yang tanpa identitas, tak punya keterampilan dan pekerjaan, apalagi tidak ada tempat tinggal, langsung suruh pulang,” ucapnya. Menurut dia, penanganan pendatang baru yang asalasalan akan berdampak langsung pada peningkatan berbagai persoalan sosial bahkan tindak kriminal di DKI Jakarta.

Pengamat sosial-budaya dan kebijakan publik dari Universitas Indonesia Devie Rachmawati memandang, Jakarta terus kebanjiran pendatang dari berbagai daerah karena daya magnetnya yang kuat sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan. Banyak orang menyangka peluang mencari rezeki lebih banyak di Ibu Kota. ”Masyarakat di daerah berpikir bahwa Jakarta penuh dengan kemewahan, kekayaan, dan sangat menjanjikan.

Selain konsep pola pikir yang seperti itu, pemerintah terdahulu juga mendesain pusat ekonomi dan pemerintahan hanya di Jakarta,” kata Devie. Dia menyarankan pemerintah terus membangun dan memberdayakan peluang dan pusat-pusat perekonomian di berbagai daerah yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

Arus Masih Merayap

Sementara itu,tadi malam arus balik kendaraan pemudik menuju Jakarta yang melewati ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) kembali melonjak. Kondisi serupa terjadi pula di tol Cikampek dan tol Cipularang untuk arus kendaraan dari arah Cileunyi dan Bandung. Bahkan kemacetan di Tol Cikampek mencapai sekitar 21 kilometer mulai Km 73 hingga Km 52.

Padahal, sore harinya lalu lintas sempat ramai lancar.Polisi kembali memberlakukan sistem contra flow di Km 65 hingga Km 61+300 tol Cikampek arah Jakarta. Kemacetan ini terjadi lantaran tingginya volume lalu lintas dan banyak kendaraan yang antre masuk ke rest area. Antrean kendaraan di tol Cipali arah Jakarta pukul 22.50 WIB tadi malam tampak sepanjang sekitar 10 km menjelang gerbang tol Cikopo.

Setelah gerbang tol Cikopo, arus masih tersendat menjelang Km 66 tol Cikampek, titik pertemuan dengan arus kendaraan dari tol Cipularang. Kecepatan kendaraan rata-rata hanya 10 km perjam, stop and go.

Helmi syarif/ r ratna purnama/ usep husaeni/ didin Jalaludin/erika lia/ nanang kuswara/ farid firdaus
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5297 seconds (0.1#10.140)