Pengungsi Sinabung Rayakan Lebaran dengan Penuh Syukur
A
A
A
KARO - Masih tingginya aktivitas vulkanologi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo membuat 1.175 kepala keluarga (atau sekitar 5.000-an jiwa) umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri di pos penampungan pengungsi.
Mereka adalah warga yang bermukim di lingkar gunung berapi teraktif di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) itu. Kampung halaman mereka di sekitar gunung dengan ketinggian 2.460 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut harus dikosongkan karena aktivitas gunung api yang sudah berada di level IV (status Awas).
Dengan peningkatan status tersebut, Sinabung memengaruhi aktivitas sosial, ekonomi, serta kesehatan masyarakat. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Karo Alemina br Bangun ketika dikonfirmasi KORAN SINDO kemarin menyebutkan, pengungsi yang beragama Islam sekitar 1.175 kepala keluarga (KK) dari total keseluruhan pengungsi 3.150 KK (11.111 jiwa) yang ditempatkan di 10 titik posko terpisah.
“Kita ikut prihatin dan tetap merasakan penderitaan para pengungsi yang beragama muslim, karena harus merayakan hari Lebaran di posko pengungsian. Maka dari itu kita memberikan daging lembu secara merata ke tiap posko pengungsian. Selain itu, bahan untuk membuat kue juga kita salurkan kepada mereka,” ungkap Alemina.
Sesuai pengamatan KORAN SINDO di sejumlah tempat penampungan, pengungsi tampak antusias merayakan Idul Fitri walau dengan kondisi seadanya. Meski sedih karena tidak bisa merayakan di kampung halaman, para pengungsi mengaku tetap mensyukuri berkah yang diberikan Allah SWT kepada mereka.
Seluruh pengungsi muslim melaksanakan salat Idul Fitri bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo, Dandim 0205/TK Letkol Inf Asep Sukarna, perwakilan Polres Karo, dan sejumlah tokoh agama di lapangan terbuka yang menghadap langsung ke Gunung Api Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Jumat (17/7) pagi.
Setelah itu, seluruh pengungsi kembali ke posko masingmasing untuk bersilaturahmi dengan sesama pengungsi, baik yang beragama Islam maupun Kristen. Suasana mengharukan tampak jelas di posko pengungsian Losd Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat.
Saat para pengungsi saling bersalamsalaman memohon maaf, isak tangis pun pecah ketika seorang warga pengungsi melantunkan salawat rasul melalui pengeras suara. Deraian air mata tampak membasahi wajah para orang tua dan anak-anak pengungsi saat saling bersilaturahmi.
Menurut koordinator posko pengungsian Losd Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat yang juga merupakan Pjs Kepala Desa Kuta Rayat, Sastrawan Ginting, perayaan Hari Raya Idul Fitri di posko pengungsian bersama warganya berlangsung meriah, meski dalam kondisi sederhana.
“Dari 2.156 jiwa (567 KK) pengungsi warga Desa Kuta Rayat yang mengungsi di sini, hampir setengahnya atau sekitar 1.008 jiwa (287 KK) muslim. Lebaran kali ini, meski dirayakan di pengungsian, berkat bantuan para dermawan dan pemerintah, kami merasa senang karena masih bisa menyembelih lembu dan membuat kue lebaran. Jadi meski mengungsi, kami tetap mensyukuri dan mengambil hikmahnya,” ujar Ginting.
Ginting mengungkapkan, cukup banyak para donatur yang memberikan sumbangan untuk mereka yang merayakan lebaran. Tidak hanya itu, kebutuhan logistik mereka juga saat ini cukup terpenuhi. Dani Sembiring, warga Desa Sigarang-Garang, Kecamatan Naman Teran, yang mengungsi di kamp penampungan Losd Desa Peceren ketika ditemui, Sabtu (18/7), mengaku tetap mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan pada Lebaran kali ini.
Sementara, Bupati Karo Terkelin Brahmana SH ketika dihubungi kemarin mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo mengimbau agar seluruh pengungsi muslim yang merayakan Hari Raya Idul Fitri di posko pengungsian tetap bersyukur kepada Tuhan. Pemkab Karo tetap akan memantau kebutuhan pengungsi.
Seperti sehari sebelum Lebaran, pihak Pemkab melalui instruksi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyalurkan daging lembu ke tiaptiap posko pengungsian.
Riza pinem
Mereka adalah warga yang bermukim di lingkar gunung berapi teraktif di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) itu. Kampung halaman mereka di sekitar gunung dengan ketinggian 2.460 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut harus dikosongkan karena aktivitas gunung api yang sudah berada di level IV (status Awas).
Dengan peningkatan status tersebut, Sinabung memengaruhi aktivitas sosial, ekonomi, serta kesehatan masyarakat. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Karo Alemina br Bangun ketika dikonfirmasi KORAN SINDO kemarin menyebutkan, pengungsi yang beragama Islam sekitar 1.175 kepala keluarga (KK) dari total keseluruhan pengungsi 3.150 KK (11.111 jiwa) yang ditempatkan di 10 titik posko terpisah.
“Kita ikut prihatin dan tetap merasakan penderitaan para pengungsi yang beragama muslim, karena harus merayakan hari Lebaran di posko pengungsian. Maka dari itu kita memberikan daging lembu secara merata ke tiap posko pengungsian. Selain itu, bahan untuk membuat kue juga kita salurkan kepada mereka,” ungkap Alemina.
Sesuai pengamatan KORAN SINDO di sejumlah tempat penampungan, pengungsi tampak antusias merayakan Idul Fitri walau dengan kondisi seadanya. Meski sedih karena tidak bisa merayakan di kampung halaman, para pengungsi mengaku tetap mensyukuri berkah yang diberikan Allah SWT kepada mereka.
Seluruh pengungsi muslim melaksanakan salat Idul Fitri bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo, Dandim 0205/TK Letkol Inf Asep Sukarna, perwakilan Polres Karo, dan sejumlah tokoh agama di lapangan terbuka yang menghadap langsung ke Gunung Api Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Jumat (17/7) pagi.
Setelah itu, seluruh pengungsi kembali ke posko masingmasing untuk bersilaturahmi dengan sesama pengungsi, baik yang beragama Islam maupun Kristen. Suasana mengharukan tampak jelas di posko pengungsian Losd Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat.
Saat para pengungsi saling bersalamsalaman memohon maaf, isak tangis pun pecah ketika seorang warga pengungsi melantunkan salawat rasul melalui pengeras suara. Deraian air mata tampak membasahi wajah para orang tua dan anak-anak pengungsi saat saling bersilaturahmi.
Menurut koordinator posko pengungsian Losd Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat yang juga merupakan Pjs Kepala Desa Kuta Rayat, Sastrawan Ginting, perayaan Hari Raya Idul Fitri di posko pengungsian bersama warganya berlangsung meriah, meski dalam kondisi sederhana.
“Dari 2.156 jiwa (567 KK) pengungsi warga Desa Kuta Rayat yang mengungsi di sini, hampir setengahnya atau sekitar 1.008 jiwa (287 KK) muslim. Lebaran kali ini, meski dirayakan di pengungsian, berkat bantuan para dermawan dan pemerintah, kami merasa senang karena masih bisa menyembelih lembu dan membuat kue lebaran. Jadi meski mengungsi, kami tetap mensyukuri dan mengambil hikmahnya,” ujar Ginting.
Ginting mengungkapkan, cukup banyak para donatur yang memberikan sumbangan untuk mereka yang merayakan lebaran. Tidak hanya itu, kebutuhan logistik mereka juga saat ini cukup terpenuhi. Dani Sembiring, warga Desa Sigarang-Garang, Kecamatan Naman Teran, yang mengungsi di kamp penampungan Losd Desa Peceren ketika ditemui, Sabtu (18/7), mengaku tetap mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan pada Lebaran kali ini.
Sementara, Bupati Karo Terkelin Brahmana SH ketika dihubungi kemarin mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo mengimbau agar seluruh pengungsi muslim yang merayakan Hari Raya Idul Fitri di posko pengungsian tetap bersyukur kepada Tuhan. Pemkab Karo tetap akan memantau kebutuhan pengungsi.
Seperti sehari sebelum Lebaran, pihak Pemkab melalui instruksi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyalurkan daging lembu ke tiaptiap posko pengungsian.
Riza pinem
(ftr)