Asia Siap Beli Minyak Iran
A
A
A
TEHERAN - Asia membuka pintu untuk membeli lebih banyak minyak mentah dari Iran setelah sanksi yang dijatuhkan dicabut Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS), menyusul tercapainya kesepakatan program nuklir.
Kabar itu bersinergi dengan rencana pemasaran minyak Iran. Sebelumnya, Iran menyatakan akan menjadikan Asia sebagai target pemasaran utama. Iran membidik negara seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) yang sering membeli minyak dalam skala sangat besar.
Iran menyadari peluang bisnis di Asia sangat menjanjikan. Kebutuhan minyak menjadi satu tuntutan yang tidak bisa diacuhkan negara-negara maju di Asia. Faktanya, China, India, Jepang, dan Korsel tetap berani membeli minyak dari Iran, sekalipun sebelumnya Iran masih terkena sanksi dari UE dan AS terkait masalah nuklir. Kesepakatan baru yang membuka peluang akan dicabutnya sanksi itu membuat para pemimpin dan penyuling minyak di Asia mulai penasaran kapan mereka bisa kembali membeli minyak dari Iran.
“Jika izin kesepakatan nuklir sudah ada, kami akan meningkatkan pembelian minyak dari Iran,” ungkap pernyataan Kementerian Perminyakan India, dikutip AFP . Saat ini beberapa perusahaan kilang minyak di India mengantre untuk membeli pasokan minyak mentah dari Iran. “Perusahaan penyuling seperti HMEL (HPCL-Mittal Energy Ltd) sudah bersiap untuk membeli minyak dari Iran,” ungkap pernyataan Kementerian Perminyakan India.
Pernyataan tersebut dibenarkan BK Namdeo yang menjadi induk penyulingan minyak dari Hindustan Petroleum Corp Ltd. “Kami akan mencoba mengintip pasar penjualan minyak di Iran jika asuransi sudah bisa disediakan untuk perusahaan kami, dan Iran akan melanjutkan promo diskon dalam penjualan dan pengiriman,” kata Namdeo.
Bagaimanapun, Iran masih perlu berbenah diri sebelum bisa meningkatkan ekspor minyak. Pasalnya, akses transfer uang ke rekening global hanya bisa dibuka secara perlahan setelah diblok selama beberapa tahun. Selain itu, embargo dari Barat sempat membuat asuransi pengiriman minyak mengalami gangguan. “Peningkatan ekspor minyak dari Iran bisa dilakukan apabila sanksi sudah dicabut. Secara tentatif, kemungkinan akan terjadi pada awal 2016,” ungkap pernyataan perusahaan investasi perbankan AS, Goldman Sach.
“Selain itu, floating storage (penyimpanan minyak lepas pantai terapung) antara 20-40 juta barel harus sudah ditarik,” sambungnya. Mei tahun ini Asia mengimpor minyak mentah dari Iran sebanyak 1,2 juta barel per hari. Dari angka itu, China menjadi negara yang paling banyak membeli minyak mentah dari Iran hingga melintasi batas sanksi yang ditetapkan. Kebutuhan minyak di China meningkat seiring dengan berkembangnya peradaban teknologi.
Meski penjualan minyak Iran berpeluang melonjak, Iran tetap perlu memasang harga yang kompetitif sebab Iran bukan satu-satunya pengekspor minyak di dunia. Arab Saudi dan Rusia yang menjadi negara terbesar penyedia minyak tetap menjadi pesaing utama. Saat ini harga minyak tergolong murah karena pasokannya lebih banyak dari tuntutan.
Para bos minyak di Asia Utara yang menghentikan pembelian minyak dari Iran sejak Juni menyatakan masih akan memverifikasi kebijakan peningkatan impor pada kuartal keempat. Pasalnya, harga minyak Iran lebih mahal ketimbang minyak dari tetangga mereka di Timur Tengah. Kualitas minyaknya juga tidak lebih baik dari Afrika dan Amerika Latin.
“Kami tertarik untuk meningkatkan pembelian, tapi harganya kan tidak murah. Jadi kita lihat saja nanti,” kata sumber dari sebuah perusahaan kilang minyak independen China. Hal yang sama juga diungkapkan perusahaan kilang minyak Korsel. “Kami akan mengimpor minyak dari Iran ketika sanksinya sudah dicabut,” ungkap SK Energy.
Muh shamil
Kabar itu bersinergi dengan rencana pemasaran minyak Iran. Sebelumnya, Iran menyatakan akan menjadikan Asia sebagai target pemasaran utama. Iran membidik negara seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) yang sering membeli minyak dalam skala sangat besar.
Iran menyadari peluang bisnis di Asia sangat menjanjikan. Kebutuhan minyak menjadi satu tuntutan yang tidak bisa diacuhkan negara-negara maju di Asia. Faktanya, China, India, Jepang, dan Korsel tetap berani membeli minyak dari Iran, sekalipun sebelumnya Iran masih terkena sanksi dari UE dan AS terkait masalah nuklir. Kesepakatan baru yang membuka peluang akan dicabutnya sanksi itu membuat para pemimpin dan penyuling minyak di Asia mulai penasaran kapan mereka bisa kembali membeli minyak dari Iran.
“Jika izin kesepakatan nuklir sudah ada, kami akan meningkatkan pembelian minyak dari Iran,” ungkap pernyataan Kementerian Perminyakan India, dikutip AFP . Saat ini beberapa perusahaan kilang minyak di India mengantre untuk membeli pasokan minyak mentah dari Iran. “Perusahaan penyuling seperti HMEL (HPCL-Mittal Energy Ltd) sudah bersiap untuk membeli minyak dari Iran,” ungkap pernyataan Kementerian Perminyakan India.
Pernyataan tersebut dibenarkan BK Namdeo yang menjadi induk penyulingan minyak dari Hindustan Petroleum Corp Ltd. “Kami akan mencoba mengintip pasar penjualan minyak di Iran jika asuransi sudah bisa disediakan untuk perusahaan kami, dan Iran akan melanjutkan promo diskon dalam penjualan dan pengiriman,” kata Namdeo.
Bagaimanapun, Iran masih perlu berbenah diri sebelum bisa meningkatkan ekspor minyak. Pasalnya, akses transfer uang ke rekening global hanya bisa dibuka secara perlahan setelah diblok selama beberapa tahun. Selain itu, embargo dari Barat sempat membuat asuransi pengiriman minyak mengalami gangguan. “Peningkatan ekspor minyak dari Iran bisa dilakukan apabila sanksi sudah dicabut. Secara tentatif, kemungkinan akan terjadi pada awal 2016,” ungkap pernyataan perusahaan investasi perbankan AS, Goldman Sach.
“Selain itu, floating storage (penyimpanan minyak lepas pantai terapung) antara 20-40 juta barel harus sudah ditarik,” sambungnya. Mei tahun ini Asia mengimpor minyak mentah dari Iran sebanyak 1,2 juta barel per hari. Dari angka itu, China menjadi negara yang paling banyak membeli minyak mentah dari Iran hingga melintasi batas sanksi yang ditetapkan. Kebutuhan minyak di China meningkat seiring dengan berkembangnya peradaban teknologi.
Meski penjualan minyak Iran berpeluang melonjak, Iran tetap perlu memasang harga yang kompetitif sebab Iran bukan satu-satunya pengekspor minyak di dunia. Arab Saudi dan Rusia yang menjadi negara terbesar penyedia minyak tetap menjadi pesaing utama. Saat ini harga minyak tergolong murah karena pasokannya lebih banyak dari tuntutan.
Para bos minyak di Asia Utara yang menghentikan pembelian minyak dari Iran sejak Juni menyatakan masih akan memverifikasi kebijakan peningkatan impor pada kuartal keempat. Pasalnya, harga minyak Iran lebih mahal ketimbang minyak dari tetangga mereka di Timur Tengah. Kualitas minyaknya juga tidak lebih baik dari Afrika dan Amerika Latin.
“Kami tertarik untuk meningkatkan pembelian, tapi harganya kan tidak murah. Jadi kita lihat saja nanti,” kata sumber dari sebuah perusahaan kilang minyak independen China. Hal yang sama juga diungkapkan perusahaan kilang minyak Korsel. “Kami akan mengimpor minyak dari Iran ketika sanksinya sudah dicabut,” ungkap SK Energy.
Muh shamil
(ars)