Raung Meletus, Penerbangan Kacau

Sabtu, 11 Juli 2015 - 09:04 WIB
Raung Meletus, Penerbangan Kacau
Raung Meletus, Penerbangan Kacau
A A A
KUTA - Letusan Gunung Raung di Jawa Timur membuat lalu lintas udara di lima bandara Tanah Air kacau balau. Lima bandara terpaksa ditutup karena abu vulkanik gunung bisa membahayakan penerbangan.

Namun kemarin siang dua bandara, yakni Bandara Internasional Lombok Praya dan Bandara Selaparang, sudah bisa kembali beroperasi karena arah pergerakan abu vulkanik semakin berkurang. Tiga bandara lain yang masih harus ditutup adalah Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, dan Bandara Notohadinegoro Jember.

Dari kelima bandara tersebut, terdampak paling parah adalah Bandara Ngurah Rai. Sebanyak 277 jadwal penerbangan dari dan ke Denpasar terpaksa dibatalkan. ”Data penerbangan domestik tercatat sebanyak 160 penerbangan dan 117 penerbangan rute internasional,” kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai, Trikora Harjo, dalam keterangan persnya di Kuta, KabupatenBadung, Bali, kemarin.

Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai terpaksa memperpanjang penutupan operasional bandara tersebut sejak Kamis (9/7) sekitar pukul 23.30 Wita hingga Jumat, kemarin, pukul 21.30 Wita. Namun tadi malam penutupan bandara diperpanjang hingga siang ini. Rencananya bandara dibuka kembali pukul 12.00 Wita.

Operator bandara telah mengeluarkan notice to airmen (notam) atau pemberitahuan terkait penutupan bandara tersebut kepada seluruh personel penerbangan di dunia dengan dikeluarkannya Notam A1415/15. Bandara Ngurah Rai harus ditutup karena berdasar laporan Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin, Australia dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, abu vulkanik Gunung Raung mengarah ke Denpasar.

Abu vulkanik itu berada pada ketinggian 17.000 hingga 20.000 kaki sehingga membahayakan bagi penerbangan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pihak regulator dan operator penerbangan membatalkan seluruh jadwal penerbangan di salah satu bandara tersibuk di Tanah Air itu.

Akibat dari penutupan bandara itu, ribuan calon penumpang baik domestik maupun mancanegara yang akan meninggalkan Pulau Dewata tertahan di terminal keberangkatan. Penumpukan terjadi karena para calon penumpang itu menunggu bus jemputan yang akan membawa mereka kembali ke sejumlah hotel yang telah disiapkan hotel pihak maskapai penerbangan masing-masing.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) JA Barata dalam keterangan tertulisnya menjelaskan penutupan tersebut berdasarkan notam yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk kelima bandara terdampak. ”Notam penutupan bandara-bandara ini akan terus diperbaharui menyesuaikan dengan kondisi nyata atas perkembangan penyebaran debu vulkanik terkait aktivitas Gunung Raung,” ucapnya.

Berdasar evaluasi itulah kemudian Kemenhub menyatakan dua bandara di Lombok, yakni Bandara Internasional Lombok Praya dan Bandara Selaparang, pada pukul 11.05 Wita telah dibuka kembali karena arah pergerakan abu vulkanik Gunung Raung yang semakin berkurang.

Adapun tiga bandara lain masih belum bisa dibuka. ”Bandara-bandara tersebut akan dibuka kembali setelah abu vulkanik tidak mengancam keselamatan penerbangan, artinya keselamatan tidak bisa ditawar, kalau bandara terhalang abu tentu kita tutup,” ujar Direktur Navigasi Penerbangan Kemenhub Novie Riyanto.

Akibat penutupan bandara tersebut, sejumlah maskapai terpaksa membatalkan penerbangan dan memberikan refund kepada calon penumpang. Di antara maskapai yang paling terkena dampaknya adalah Garuda Indonesia. Maskapai penerbangan pelat merah tersebut membatalkan 112 penerbangan. AirAsia juga terkena imbas. Sebanyak delapan penerbangan internasional yang diangkut dengan maskapai AirAsia Indonesia dibatalkan.

Kepala Sekretaris Perusahaan dan Komunikasi AirAsia Indonesia Audrey Progastama Petriny menyebutkan, penumpang AirAsia yang terkena dampak atas pembatalan penerbangan dapat memilih satu dari dua opsi, yaitu pengubahan jadwal penerbangan di rute yang sama paling lambat tujuh hari dari jadwal keberangkatan semula tanpa dikenakan biaya tambahan.

”Atau, pilihan kedua, credit shell, yaitu deposit di AirAsia senilai harga tiket yang dapat digunakan untuk pembelian tiket AirAsia lainnya dengan masa berlaku tiga bulan (90 hari),” katanya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengkhawatirkan meletusnya Gunung Raung dengan berbagai dampaknya akan berakibat terganggunya pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini. Apalagi Pulau Bali merupakan pintu utama kedatangan wisman ke Indonesia yang berkontribusi sekitar 40% dari total kedatangan.

Menurut dia, dalam setiap harinya ada 10.000 wisman datang melalui Bandara Ngurah Rai, bahkan pada bulan-bulan peak season seperti Juli dan Desember, jumlah kedatangan per hari bisa mencapai 11.000. Tahun ini pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisman akan mencapai 10 juta orang sampai tutup tahun.

Hingga 2020 jumlahnya diharapkan bisa mencapai 20 juta orang per tahun. ”Kalau letusan Gunung Raung berkepanjangan, yang berarti penutupan Bandara Ngurah Rai dan bandara-bandara sekitarnya juga berkepanjangan, maka akan mengganggu usaha kita mencapai target,” katanya. Namun pihaknya akan tetap mengantisipasi penutupan bandara itu dengan cara lain salah satunya dengan memperbanyak dan mengembangkan wisata overland.

Warga Belum Perlu Dievakuasi

Untuk diketahui, Gunung Raung yang berada di perbatasan tiga kabupaten di wilayah paling timur Provinsi Jawa Timur, yaitu Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi, dalam beberapa hari terakhir ini mengeluarkan abu vulkanik ke angkasa.

Erupsi lumayan terjadi pada Kamis (9/7) malam, tapi masih terdapat kaldera cukup besar di Gunung Raung yang bentangnya mencapai 1,8-2 km sehingga ketika terjadi letupan, masih bisa tertampung di kaldera tersebut. Namun gunung api yang memiliki ketinggian 3.332 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu melontarkan abu vulkanik cukup tinggi karena diempas angin menuju arah timur.

Akibatnya udara sekitar Bali dan Lombok yang berada di timur wilayah Jawa Timur menjadi terganggu. Kendati demikian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur belum melihat urgensi warga sekitar perlu dievakuasi.

Kepala BPBD Jawa Timur Sudharmawan menjelaskan, saat ini masih terdapat kaldera cukup besar di Gunung Raung yang bentangnya mencapai 1,8-2 km sehingga ketika terjadi letupan, masih bisa tertampung di kaldera tersebut.

Selain itu, kata dia, sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), kawasan steril berada pada radius 3 km dari puncak gunung.

P juliatmoko/ Ichsan amin/ Lutfi yuhandi/ Ihya ulumuddin/ Miftahul chusna
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0622 seconds (0.1#10.140)