Masuk H-7, Antisipasi Lonjakan Harga
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus melakukan pemantauan harga beberapa komoditas pangan, terutama daging sapi dan cabai yang mulai naik menjelang Lebaran. Memasuki H-7 Lebaran hari ini, harga dua komoditas ini diperkirakan akan makin naik.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mengakui naiknya harga daging sapi menjelang Lebaran ini karena permintaan daging sapi dari masyarakat meningkat. ”H-7 biasanya permintaan akan sedikit meningkat, pedagang juga biasanya untung sekian karena jelang Lebaran harga naik sekian, ini yang harus kita jaga,” ucapnya di Gedung Dewan Pers, Jakarta, kemarin.
Di sejumlah pasar di Jakarta, harga daging sapi sudah mencapai Rp120.000/kg. Di Palembang, harga daging sapi sudah mencapai Rp130.000/kg. Mengantisipasi lonjakan harga yang lebih tinggi, pemerintah telah menyiapkan cara. Menurut Srie, Kemendag akan membuat pilot project pasar penyeimbang daging sapi. ”Kita coba bekerja sama dengan beberapa kota yang harga sapinya tinggi, kita bekerja sama dengan Bulog dan feedloter ,” ucapnya di Jakarta kemarin.
Nanti pemerintah akan memasok daging sapi yang sudah dipotong ditempat produsen.”Biasanya sapi datang masih hidup, ini kita bawa daging yang sudah dipotong, lalu dimasukkan ke cool box , beda dengan daging yang dibekukan,” katanya.
Daging tersebut akan dibanderol dengan harga Rp98.000/ kg. Dengan cara tersebut dia berharap kegiatan penyeimbang pasar ini bisa dikembangkan di wilayah lain seperti Jambi, Banjarmasin, dan Jayapura. ”Sekali kirim 15 ton, bentuk daging karkas, produk ini harganya Rp98.000, ini bisa jadi pilihan masyarakat mau beli daging yang mana,” ujarnya.
Sementara untuk harga cabai, kenaikan harga diklaim dipicu faktor musim kemarau. Hal tersebut berdampak pada pasokan cabai. ”Sekarang musim kering sehingga kekeringan, jadi pasokan akan sedikit berkurang. (Komoditas) yang lain sih sejauh ini stabil, beras, minyak goreng, terigu stabil, yang harus dicermati cabai rawit merah,” sebutnya.
Srie mengakui sejak awal Ramadan ini harga bahan pokok memang cenderung naik. Namun dia yakin kenaikan tidak akan lebih dari 20%. Khusus makanan minum olahan, harga diperkirakan tidak naik jelang Lebaran.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adi S Lukman mengatakan, harga lebih stabil karena para pengusaha yang tergabung dalam Gappmi sudah melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari. ”Kami sudah siap, kami sudah meningkatkan kapasitas produksi sejak April lalu. Kami juga sudah mendistribusikannya sejak jauh-jauh hari. Terutama daerah-daerah luar pulau sudah kami kirim terlebih dahulu,” tutur Adi Rabu (8/7).
Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan meminta pemerintah mengintensifkan pemantauan harga pasar menyusul kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok jelang hari raya. Dia meminta agar operasi pasar digelar jika harga makin naik. ”Operasi pasar itu efektif untuk menekan harga barang, jadi (pejabat) jangan hanya cuma datang ke pasar,” kata Daniel kemarin.
Menurut Daniel, selama ini pedagang pasar tradisional tidak pernah dilibatkan dalam operasi pasar. Sementara dia menilai Bulog tidak akan mampu melakukan operasi pasar sendirian dengan otoritas yang terbatas. Semestinya asosiasi-asosiasi pasar tradisional dilibatkan untuk mengendalikan harga pasar.
”Setiap asosiasi pedagang pasar pasti punya ketua, nah ketuanya saja ‘dipegang’ supaya pedagang tidak menaikkan harga sesukanya. Kalau bandel, distop saja pasokannya,” ujar dia.
kiswondari/ okezone
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mengakui naiknya harga daging sapi menjelang Lebaran ini karena permintaan daging sapi dari masyarakat meningkat. ”H-7 biasanya permintaan akan sedikit meningkat, pedagang juga biasanya untung sekian karena jelang Lebaran harga naik sekian, ini yang harus kita jaga,” ucapnya di Gedung Dewan Pers, Jakarta, kemarin.
Di sejumlah pasar di Jakarta, harga daging sapi sudah mencapai Rp120.000/kg. Di Palembang, harga daging sapi sudah mencapai Rp130.000/kg. Mengantisipasi lonjakan harga yang lebih tinggi, pemerintah telah menyiapkan cara. Menurut Srie, Kemendag akan membuat pilot project pasar penyeimbang daging sapi. ”Kita coba bekerja sama dengan beberapa kota yang harga sapinya tinggi, kita bekerja sama dengan Bulog dan feedloter ,” ucapnya di Jakarta kemarin.
Nanti pemerintah akan memasok daging sapi yang sudah dipotong ditempat produsen.”Biasanya sapi datang masih hidup, ini kita bawa daging yang sudah dipotong, lalu dimasukkan ke cool box , beda dengan daging yang dibekukan,” katanya.
Daging tersebut akan dibanderol dengan harga Rp98.000/ kg. Dengan cara tersebut dia berharap kegiatan penyeimbang pasar ini bisa dikembangkan di wilayah lain seperti Jambi, Banjarmasin, dan Jayapura. ”Sekali kirim 15 ton, bentuk daging karkas, produk ini harganya Rp98.000, ini bisa jadi pilihan masyarakat mau beli daging yang mana,” ujarnya.
Sementara untuk harga cabai, kenaikan harga diklaim dipicu faktor musim kemarau. Hal tersebut berdampak pada pasokan cabai. ”Sekarang musim kering sehingga kekeringan, jadi pasokan akan sedikit berkurang. (Komoditas) yang lain sih sejauh ini stabil, beras, minyak goreng, terigu stabil, yang harus dicermati cabai rawit merah,” sebutnya.
Srie mengakui sejak awal Ramadan ini harga bahan pokok memang cenderung naik. Namun dia yakin kenaikan tidak akan lebih dari 20%. Khusus makanan minum olahan, harga diperkirakan tidak naik jelang Lebaran.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adi S Lukman mengatakan, harga lebih stabil karena para pengusaha yang tergabung dalam Gappmi sudah melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari. ”Kami sudah siap, kami sudah meningkatkan kapasitas produksi sejak April lalu. Kami juga sudah mendistribusikannya sejak jauh-jauh hari. Terutama daerah-daerah luar pulau sudah kami kirim terlebih dahulu,” tutur Adi Rabu (8/7).
Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan meminta pemerintah mengintensifkan pemantauan harga pasar menyusul kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok jelang hari raya. Dia meminta agar operasi pasar digelar jika harga makin naik. ”Operasi pasar itu efektif untuk menekan harga barang, jadi (pejabat) jangan hanya cuma datang ke pasar,” kata Daniel kemarin.
Menurut Daniel, selama ini pedagang pasar tradisional tidak pernah dilibatkan dalam operasi pasar. Sementara dia menilai Bulog tidak akan mampu melakukan operasi pasar sendirian dengan otoritas yang terbatas. Semestinya asosiasi-asosiasi pasar tradisional dilibatkan untuk mengendalikan harga pasar.
”Setiap asosiasi pedagang pasar pasti punya ketua, nah ketuanya saja ‘dipegang’ supaya pedagang tidak menaikkan harga sesukanya. Kalau bandel, distop saja pasokannya,” ujar dia.
kiswondari/ okezone
(ftr)