RI Verifikasi Dua Pilot Terduga ISIS
A
A
A
JAKARTA - Dua pilot asal Indonesia dilaporkan masuk ke dalam jaringan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Terkait informasi ini, pemerintah RI masih memverifikasi kebenarannya.
Juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan mengenai berita tersebut. Namun, Kemlu belum bisa memberikan keterangan banyak. Sebab, Kemlu masih perlu menggali informasi lebih dalam mengingat jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang terlibat ISIS terbilang banyak.
”Sejauh ini kami belum bisa memverifikasi kebenaran informasi itu. Jujur saja, memverifikasi masalah seperti ini sulit,” ujar Arrmanatha di Jakarta, kemarin. ”Hari ini (kemarin) kami sudah menghubungi pihak keamanan seperti Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Detasemen Khusus (Densus) 88,” sambungnya.
Menurut Arrmanatha, BNPT dan Densus 88 terus memperketat dan meningkatkan pengawasan. Berdasarkan dokumen yang diungkap Polisi Federal Australia (Australian Federal Police/AFP), kedua tersangka itu bernama Ridwan Agustin dan Tommy Abu Alfatih. Dokumen itu menggambarkan bagaimana kedua tersangka mulai mendukung ISIS dan menjadi radikal.
Purnawirawan Laksamana Tentara Nasional Indonesia (TNI) Tedjo Edhy Purdijatno juga mengatakan kebenaran informasi itu masih perlu diperiksa, sekalipun BNPT dan Densus 88 pernah mengawasi keduanya selama enam bulan terakhir. Namun, Edhy tidak menyebutkan jika Indonesia akan meminta bantuan intelijen AFP.
Dokumen AFP mengungkapkan, Tommy diyakini sempat terbang ke Australia dan beberapa negara lain pada tahun lalu. ”Setelah meninjau akun (Facebook ) keduanya, mereka kemungkinan terkena pengaruh radikal, setidaknya dari lingkungan internet. Keduanya kemungkinan akan menimbulkan ancaman terhadap keamanan,” bunyi dokumen itu, dilansir ABC News .
Masih menurut dokumen AFP, istri Ridwan, Diah Suci Wulandari, pada pekan ini mulai mengunggah informasi di internet. Dia diduga bagian dari Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Amerika Serikat (AS) menuduh JAT sebagai organisasi teroris yang mendalangi Bom Bali 2002. Kedua tersangka dilaporkan merupakan pilot maskapai penerbangan AirAsia dan Premiair.
Kecurigaan mengenai keterlibatan kedua pilot tersebut dengan ISIS menguat karena tulisan yang mereka unggah di jejaring sosial Facebook mengundang perhatian pihak keamanan. Dokumen AFP bahkan menyebutkan beberapa data yang mereka unggah cenderung berpihak pada ISIS.
Juru bicara AirAsia yang berafiliasi di Indonesia mengatakan pilot yang terduga terlibat ISIS tidak lagi bekerja bersama mereka. ”Karena itu, kami tidak bisa memberikan komentar lebih lanjut mengenai masalah ini,” katanya dikutip AFP.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan pilot yang diduga bergabung dengan ISIS bukan lagi prajurit TNI. ”Saya kira tidak (kecolongan) ya, kan dia (pilot) sudah bukan menjadi prajurit TNI,” ujarnya saat menggelar buka puasa bersama dengan ribuan anak yatim di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.
Sementara itu, Kadispenal TNI AL Kolonel Laut (P) M Zainudin mengatakan, Tommy Hendratno merupakan lulusan sekolah penerbangan (Pabang) Diploma 3 Curug pada 1999 lalu. Pangkat Tommy terakhir adalah kapten pada 2010 lalu. Dia pernah bergabung dengan TNI Angkatan Udara (AU). Tommy terakhir bertugas di Ron 200 Juanda, Surabaya.
”Setelah pensiun tahun 2010 (Tommy) bertugas di Premi Air,” kata Zainudin. Zainudin menegaskan bahwa Tommy bukan lagi di bawah tanggung jawab TNI AL karena yang bersangkutan sudah pensiun. ”Intinya memang dia bekas personel TNI AL,” tegas dia.
Sydney Jones, Direktur Institut untuk Analisi Kebijakan Konflik yang berbasis di Jakarta, mengatakan, ada peningkatan tajam terkait jumlah warga Indonesia yang ikut bergabung ISIS dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut data Sydney Jones, antara 1 Maret hingga 1 Juni 2015, sebanyak 44 orang Indonesia tewas di Suriah dan Irak. Di antara mereka yang baru-baru ini tewas adalah Heri Kustyanto, militan yang juga berinteraksi dengan pilot Ridwan di Facebook.
Muh shamil/sucipto/ sindonews
Juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan mengenai berita tersebut. Namun, Kemlu belum bisa memberikan keterangan banyak. Sebab, Kemlu masih perlu menggali informasi lebih dalam mengingat jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang terlibat ISIS terbilang banyak.
”Sejauh ini kami belum bisa memverifikasi kebenaran informasi itu. Jujur saja, memverifikasi masalah seperti ini sulit,” ujar Arrmanatha di Jakarta, kemarin. ”Hari ini (kemarin) kami sudah menghubungi pihak keamanan seperti Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Detasemen Khusus (Densus) 88,” sambungnya.
Menurut Arrmanatha, BNPT dan Densus 88 terus memperketat dan meningkatkan pengawasan. Berdasarkan dokumen yang diungkap Polisi Federal Australia (Australian Federal Police/AFP), kedua tersangka itu bernama Ridwan Agustin dan Tommy Abu Alfatih. Dokumen itu menggambarkan bagaimana kedua tersangka mulai mendukung ISIS dan menjadi radikal.
Purnawirawan Laksamana Tentara Nasional Indonesia (TNI) Tedjo Edhy Purdijatno juga mengatakan kebenaran informasi itu masih perlu diperiksa, sekalipun BNPT dan Densus 88 pernah mengawasi keduanya selama enam bulan terakhir. Namun, Edhy tidak menyebutkan jika Indonesia akan meminta bantuan intelijen AFP.
Dokumen AFP mengungkapkan, Tommy diyakini sempat terbang ke Australia dan beberapa negara lain pada tahun lalu. ”Setelah meninjau akun (Facebook ) keduanya, mereka kemungkinan terkena pengaruh radikal, setidaknya dari lingkungan internet. Keduanya kemungkinan akan menimbulkan ancaman terhadap keamanan,” bunyi dokumen itu, dilansir ABC News .
Masih menurut dokumen AFP, istri Ridwan, Diah Suci Wulandari, pada pekan ini mulai mengunggah informasi di internet. Dia diduga bagian dari Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Amerika Serikat (AS) menuduh JAT sebagai organisasi teroris yang mendalangi Bom Bali 2002. Kedua tersangka dilaporkan merupakan pilot maskapai penerbangan AirAsia dan Premiair.
Kecurigaan mengenai keterlibatan kedua pilot tersebut dengan ISIS menguat karena tulisan yang mereka unggah di jejaring sosial Facebook mengundang perhatian pihak keamanan. Dokumen AFP bahkan menyebutkan beberapa data yang mereka unggah cenderung berpihak pada ISIS.
Juru bicara AirAsia yang berafiliasi di Indonesia mengatakan pilot yang terduga terlibat ISIS tidak lagi bekerja bersama mereka. ”Karena itu, kami tidak bisa memberikan komentar lebih lanjut mengenai masalah ini,” katanya dikutip AFP.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan pilot yang diduga bergabung dengan ISIS bukan lagi prajurit TNI. ”Saya kira tidak (kecolongan) ya, kan dia (pilot) sudah bukan menjadi prajurit TNI,” ujarnya saat menggelar buka puasa bersama dengan ribuan anak yatim di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.
Sementara itu, Kadispenal TNI AL Kolonel Laut (P) M Zainudin mengatakan, Tommy Hendratno merupakan lulusan sekolah penerbangan (Pabang) Diploma 3 Curug pada 1999 lalu. Pangkat Tommy terakhir adalah kapten pada 2010 lalu. Dia pernah bergabung dengan TNI Angkatan Udara (AU). Tommy terakhir bertugas di Ron 200 Juanda, Surabaya.
”Setelah pensiun tahun 2010 (Tommy) bertugas di Premi Air,” kata Zainudin. Zainudin menegaskan bahwa Tommy bukan lagi di bawah tanggung jawab TNI AL karena yang bersangkutan sudah pensiun. ”Intinya memang dia bekas personel TNI AL,” tegas dia.
Sydney Jones, Direktur Institut untuk Analisi Kebijakan Konflik yang berbasis di Jakarta, mengatakan, ada peningkatan tajam terkait jumlah warga Indonesia yang ikut bergabung ISIS dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut data Sydney Jones, antara 1 Maret hingga 1 Juni 2015, sebanyak 44 orang Indonesia tewas di Suriah dan Irak. Di antara mereka yang baru-baru ini tewas adalah Heri Kustyanto, militan yang juga berinteraksi dengan pilot Ridwan di Facebook.
Muh shamil/sucipto/ sindonews
(ftr)