Kemhan Siapkan A-400 dan C-17
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) telah menyiapkan pesawat angkut A-400 Air Bus dan C-17 Boeing sebagai pengganti pesawat Hercules C-130 sebagai pesawat angkut TNI.
Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kemhan Brigjen TNI Djundan Eko Bintoro menjelaskan, pascainsiden jatuhnya pesawat Hercules, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berencana membeli pesawat angkut baru. ”Antara itu A-400 dan C-17 ya sekelas itu, jadi kalau kata Pak Menhan, A-400 atau C 17,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Menurut Djundan, pengadaan kedua pesawat tersebut sudah masuk dalam Rencana Strategi (Renstra) II 2015- 2019. Bila tidak ada kendala, pesawat tersebut sudah diterima pada 2016 atau 2018. Pesawat tersebut akan ditempatkan di Skuadron 32 Abdul Rahman Saleh, Malang dan Skuadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. ”Pesawat lebih besar. Yang jelas itu baru. Sekarang sudah disepakati, pengadaan mengutamakan yang baru. Yang sudah telanjur apa boleh buat, tetap dilakukan,” katanya.
Pesawat A-400 Airbus merupakan pesawat angkut militer yang juga bermesin empat turboprop. Begitu juga dengan pesawat C-17 Boeing. Pesawat ini sudah digunakan oleh sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna mengakui sudah melakukan kajian terhadap pesawat pengganti Hercules. Menurut Agus, pihaknya sudah mengirimkan kajian tersebut kepada pemerintah yakni Kementerian Pertahanan (Kemhan). Meski demikian, Agus menyerahkan keputusan soal pengadaan pesawat pengganti Hercules tersebut kepada pemerintah yakni Kemhan.
”Kami sudah buat kajian, tapi nanti bergantung pemerintah yah yang memutuskan,” kata Agus seusai menghadiri acara buka bersama dengan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Mantan Kepala Staf Umum (Kasum) ini menegaskan, pihaknya akan meminta jenis varian terbaru dari pesawat angkut kelas berat tersebut. Termasuk juga meminta pengadaan pesawat angkut yang baru itu dalam jumlah yang besar. Disinggung soal negara pembuatnya, Agus mengaku ada banyak produsen. ”Bisa saja dari Airbus ada, dari Amerika Serikat ada, dan dari Rusia ada. Tapi, nanti semua bergantung pemerintah,” kata Agus.
Agus mengakui akan ada penambahan alutsista secara keseluruhan dari TNI AU. Itu sudah dicantumkan dalam Renstra TNI pada 2015 hingga 2019 di antaranya penggantian pesawat F5 Tiger. ”Selain itu, ada pesawat angkut berat, helikopter angkut kelas berat, dan helikopter SAR,” sebutnya.
Menurut Agus, hasil investigasi sementara sudah diketahui penyebab kecelakaan adalah kerusakan mesin nomor 4. ”Kalau mati action pilot berarti ambil kecepatan. Nah , dia kan sudah terbang rendah, ternyata di situ ada antena yang tingginya lebih dari 105 feet. Akhirnya dia (pilot) lari ke kanan tabrak kubah, lalu menabrak ruko itu. Belum ketemu (pemilik antena), kabur,” ucapnya.
Agus membantah pesawat Hercules yang mengalami kecelakaan overload. ”Enggak ada, mana ada penerbangan boleh overload. Ngarang itu. Enggak ada itu. Kita enggak butuh pihak luar (investigasi). Kita semua sudah punya ahliahlinya. Dari situ saja nanti kita bisa analisis,” kata Agus.
sucipto
Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kemhan Brigjen TNI Djundan Eko Bintoro menjelaskan, pascainsiden jatuhnya pesawat Hercules, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berencana membeli pesawat angkut baru. ”Antara itu A-400 dan C-17 ya sekelas itu, jadi kalau kata Pak Menhan, A-400 atau C 17,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Menurut Djundan, pengadaan kedua pesawat tersebut sudah masuk dalam Rencana Strategi (Renstra) II 2015- 2019. Bila tidak ada kendala, pesawat tersebut sudah diterima pada 2016 atau 2018. Pesawat tersebut akan ditempatkan di Skuadron 32 Abdul Rahman Saleh, Malang dan Skuadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. ”Pesawat lebih besar. Yang jelas itu baru. Sekarang sudah disepakati, pengadaan mengutamakan yang baru. Yang sudah telanjur apa boleh buat, tetap dilakukan,” katanya.
Pesawat A-400 Airbus merupakan pesawat angkut militer yang juga bermesin empat turboprop. Begitu juga dengan pesawat C-17 Boeing. Pesawat ini sudah digunakan oleh sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna mengakui sudah melakukan kajian terhadap pesawat pengganti Hercules. Menurut Agus, pihaknya sudah mengirimkan kajian tersebut kepada pemerintah yakni Kementerian Pertahanan (Kemhan). Meski demikian, Agus menyerahkan keputusan soal pengadaan pesawat pengganti Hercules tersebut kepada pemerintah yakni Kemhan.
”Kami sudah buat kajian, tapi nanti bergantung pemerintah yah yang memutuskan,” kata Agus seusai menghadiri acara buka bersama dengan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Mantan Kepala Staf Umum (Kasum) ini menegaskan, pihaknya akan meminta jenis varian terbaru dari pesawat angkut kelas berat tersebut. Termasuk juga meminta pengadaan pesawat angkut yang baru itu dalam jumlah yang besar. Disinggung soal negara pembuatnya, Agus mengaku ada banyak produsen. ”Bisa saja dari Airbus ada, dari Amerika Serikat ada, dan dari Rusia ada. Tapi, nanti semua bergantung pemerintah,” kata Agus.
Agus mengakui akan ada penambahan alutsista secara keseluruhan dari TNI AU. Itu sudah dicantumkan dalam Renstra TNI pada 2015 hingga 2019 di antaranya penggantian pesawat F5 Tiger. ”Selain itu, ada pesawat angkut berat, helikopter angkut kelas berat, dan helikopter SAR,” sebutnya.
Menurut Agus, hasil investigasi sementara sudah diketahui penyebab kecelakaan adalah kerusakan mesin nomor 4. ”Kalau mati action pilot berarti ambil kecepatan. Nah , dia kan sudah terbang rendah, ternyata di situ ada antena yang tingginya lebih dari 105 feet. Akhirnya dia (pilot) lari ke kanan tabrak kubah, lalu menabrak ruko itu. Belum ketemu (pemilik antena), kabur,” ucapnya.
Agus membantah pesawat Hercules yang mengalami kecelakaan overload. ”Enggak ada, mana ada penerbangan boleh overload. Ngarang itu. Enggak ada itu. Kita enggak butuh pihak luar (investigasi). Kita semua sudah punya ahliahlinya. Dari situ saja nanti kita bisa analisis,” kata Agus.
sucipto
(ftr)