Audit Bandara Soekarno-Hatta
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah perlu melakukan audit menyeluruh Bandara Internasional Soekarno- Hatta. Langkah ini perlu dilakukan bukan hanya untuk mencegah terulangnya kebakaran seperti di Terminal 2E yang menimbulkan kekacauan, tapi juga karena usia bandara terbesar di Tanah Air tersebut sudah tua dan kelebihan beban.
Harapan tersebut disampaikan kalangan DPR seperti Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Wakil Ketua Komisi V DPR Muhidin M Said, dan Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis. Adapun Kementerian Perhubungan melalui audit kebandarudaraan akan memeriksa semua kelaikan operasi outlet-outlet komersial di Bandara Internasional Soekarno- Hatta (Soetta). ”Harus diakui bahwa bangunan di Bandara Soekarno-Hatta memang rentan musibah. Untuk itu harus ada audit sekuriti yang cukup komprehensif,” ujar Fahri Hamzah di Jakarta kemarin.
Muhidin M Said sepakat Bandara Soekarno- Hatta diaudit secara menyeluruh mengingat sudah tua, yakni sekitar 30 tahun. Dengan langkah ini diketahui persoalan yang ada dan selanjutnya dicarikan solusi. ”Misalnya pengaturan instalasinya harus maksimal, termasuk pengaturan tenant-tenant atau pihak ketiga di bandara itu.
Hasilnya juga harus sesegera mungkin keluar untuk ditindaklanjuti,” ujar dia. Komisi V, menurut dia, telah melakukan kunjungan ke lokasi kebakaran dan menemukan penempatan restoran maupun kafe-kafe semrawut. Dia pun berharap kondisi tersebut segera dibenahi, termasuk dengan meningkatkan standar keamanan. ”Kita akan memantau terus perkembangannya seperti apa. Jangan sampai banyak penumpang yang dirugikan akibat kelalaian yang bisa saja dilakukan oleh pihak ke tiga penyewa tenant di bandara,” katanya.
Fary Djemi Francis meminta otoritas bandara serta PT Angkasa Pura II melakukan evaluasi mulai dari peningkatan pelayanan, keselamatan hingga pemenuhan standar bandara. Selain itu, Fary meminta pihak terkait untuk mengevaluasi tata letak gerai komersial dalam area bandara sampai betulbetul dipastikan keamanannya.
”Saya minta evaluasi menyeluruh di seluruh bandara terkait dengan standar keamanan dan keselamatan seperti sistem kelistrikan, sprinkler, dan alat pemadam kebakaran,” katanya saat mengunjungi lokasi kebakaran di Terminal 2E kemarin. Dia menilai Angkasa Pura II kurang hati-hati dalam memberikan izin operasi kepada gerai makanan di bandara. Apalagi insiden ini bukan yang pertama kali terjadi.
Selain itu, Fary menyayangkan ketidakefektifan sprinkler di area komersial bandara yang diduga tidak berfungsi. Pasalnya, kebakaran bisa dicegah jika fasilitas pemadaman api berfungsi dengan baik. ”Seharusnya ini bisa diantisipasi lebih cepat mengingat berulangnya kejadian kebakaran di gerai makanan bandara,” kata dia.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan melalui audit kebandarudaraan akan memeriksa semua kelaikan operasi gerai-gerai komersial di Bandara Internasional Soekarno- Hatta. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan audit tersebut kembali akan dilaporkan kepada pengelola bandara, PT Angkasa Pura II, untuk selanjutnya ditindaklanjuti.
”Mulai hari ini (6 Juli 2015), kami periksa kelaikan semua gerai komersial di Bandara Soetta. Kalau ada yang tak laik, akan kita laporkan ke pengelola. Termasuk meminta AP2 dan Garuda untuk membuat atau memperbaiki standar operasional prosedural (SOP) tentangdelay management, termasuk pelayanannya harus mendapat sertifikat ISO,” kata Menteri Jonan di Jakarta kemarin.
Jonan memberi batas waktu selama sebulan kepada bandara maupun maskapai untuk memenuhi SOP. Kalau tidak, dia mengancam akan memberikan sanksi ekonomis. Direktur Operasi PT Angkasa Pura II Djoko Murdjatmodjo mengaku akan menindaklanjuti semua rekomendasi yang akan dilakukan Kemenhub.
Menurut dia, selain audit yang dilakukan Kemenhub, pihaknya juga melakukan audit internal. ”Yang jelas kami akan menindaklanjuti semua rekomendasi dari Kemenhub terkait kejadian ini. Di sisi lain, kami juga punya audit internal yang rutin kami lakukan,” ujar dia di Jakarta kemarin.
Menurut dia, sistem yang ada di Bandara Soetta sebenarnya sudah dibuat rapi. Namun situasi semrawut ketika kabel server ikut terbakar. ”Nah, kabel inilah yang menyebabkan kami bersama maskapai Garuda harus membuat sistem check-in secara manual. Namun sejak pukul 12 atau sejak kemarin (6 Juli 2015) semuanya sudah normal kembali,” jelasnya.
Ketika sistem bermasalah akibatjaringankabel server yang terbakar, pihaknya bersama Garuda memberikan tiga opsi kepada penumpang, yakni menunda penerbangan, refund tiket 100%, serta reservasi hotel untukpenerbanganselanjutnya di sekitar bandara. ”Jadi, semua sudah kita lakukan. Opsi-opsi tersebut kami berikan kepada penumpang. Yang jelas penumpang bisa terlayani dengan baik,” jelasnya.
Untuk mencegah terulangnya kebakaran, PT Angkasa Pura II akan melarang semua penggunaan minyak goreng di bandara, terutama kepada pihak ketiga yang memanfaatkan tenant-tenant di bandara. Menurut Joko, penggunaan minyak goreng akan memicu terjadinya insiden kebakaran. ”Makanya penggunaan listrik kita tegaskan akan lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan kompor. Selain itu, memasak dengan menggunakan minyak goreng juga tak akan diperbolehkan,” ujar dia.
Seperti diketahui, kebakaran yang terjadi di Terminal 2E Bandara Soekarno- Hatta diduga diakibatkan korsleting oven dari salah satu gerai makanan di JW Lounge bandara. Api berkobar mulai dari pukul 6.00 hingga 7.00 WIB. Akibat dari insiden tersebut, pelayanan terganggu seperti delay penerbangan domestik dan internasional hingga antrean check-in yang panjang dan membuat penumpang marah.
Penyebab kebakaran masih diselidiki Puslabfor dan dugaan sementara karena hubungan arus pendek listrik akibat kabel sudah uzur. Berdasar keterangan saksi, api berasal dari bagian dapur JW Lounge yang terbakar akibat adanya korsleting listrik oven yang memicu percikan dan kobaran api. Namun siapa yang bertanggung jawab atas kasus tersebut, polisi hingga kemarin belum menetapkan tersangka.
”Sementara untuk penyebab pasti kebakaran masih menunggu hasil olah TKP Tim Puslabfor Mabes Polri,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian. Mengenai insiden tersebut, kepolisian menyoroti kemampuan PT Angkasa Pura II dalam menangani krisis karena kelengkapan alat pemadam kebakaran diri tidak memadai, begitu pula efektivitas alat penyedot asap dalam ruangan.
”Selain itu, kesigapan petugas pascakebakaran berupa penanganan penumpang masih lamban dan dapat memicu situasi anarki,” ujar Kapolres Metro Bandara Soekarno- Hatta Kombes Pol CH Pathopoi kemarin.
Ichsan amin/ Denny irawan/ Rahmad sahid/ant
Harapan tersebut disampaikan kalangan DPR seperti Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Wakil Ketua Komisi V DPR Muhidin M Said, dan Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis. Adapun Kementerian Perhubungan melalui audit kebandarudaraan akan memeriksa semua kelaikan operasi outlet-outlet komersial di Bandara Internasional Soekarno- Hatta (Soetta). ”Harus diakui bahwa bangunan di Bandara Soekarno-Hatta memang rentan musibah. Untuk itu harus ada audit sekuriti yang cukup komprehensif,” ujar Fahri Hamzah di Jakarta kemarin.
Muhidin M Said sepakat Bandara Soekarno- Hatta diaudit secara menyeluruh mengingat sudah tua, yakni sekitar 30 tahun. Dengan langkah ini diketahui persoalan yang ada dan selanjutnya dicarikan solusi. ”Misalnya pengaturan instalasinya harus maksimal, termasuk pengaturan tenant-tenant atau pihak ketiga di bandara itu.
Hasilnya juga harus sesegera mungkin keluar untuk ditindaklanjuti,” ujar dia. Komisi V, menurut dia, telah melakukan kunjungan ke lokasi kebakaran dan menemukan penempatan restoran maupun kafe-kafe semrawut. Dia pun berharap kondisi tersebut segera dibenahi, termasuk dengan meningkatkan standar keamanan. ”Kita akan memantau terus perkembangannya seperti apa. Jangan sampai banyak penumpang yang dirugikan akibat kelalaian yang bisa saja dilakukan oleh pihak ke tiga penyewa tenant di bandara,” katanya.
Fary Djemi Francis meminta otoritas bandara serta PT Angkasa Pura II melakukan evaluasi mulai dari peningkatan pelayanan, keselamatan hingga pemenuhan standar bandara. Selain itu, Fary meminta pihak terkait untuk mengevaluasi tata letak gerai komersial dalam area bandara sampai betulbetul dipastikan keamanannya.
”Saya minta evaluasi menyeluruh di seluruh bandara terkait dengan standar keamanan dan keselamatan seperti sistem kelistrikan, sprinkler, dan alat pemadam kebakaran,” katanya saat mengunjungi lokasi kebakaran di Terminal 2E kemarin. Dia menilai Angkasa Pura II kurang hati-hati dalam memberikan izin operasi kepada gerai makanan di bandara. Apalagi insiden ini bukan yang pertama kali terjadi.
Selain itu, Fary menyayangkan ketidakefektifan sprinkler di area komersial bandara yang diduga tidak berfungsi. Pasalnya, kebakaran bisa dicegah jika fasilitas pemadaman api berfungsi dengan baik. ”Seharusnya ini bisa diantisipasi lebih cepat mengingat berulangnya kejadian kebakaran di gerai makanan bandara,” kata dia.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan melalui audit kebandarudaraan akan memeriksa semua kelaikan operasi gerai-gerai komersial di Bandara Internasional Soekarno- Hatta. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan audit tersebut kembali akan dilaporkan kepada pengelola bandara, PT Angkasa Pura II, untuk selanjutnya ditindaklanjuti.
”Mulai hari ini (6 Juli 2015), kami periksa kelaikan semua gerai komersial di Bandara Soetta. Kalau ada yang tak laik, akan kita laporkan ke pengelola. Termasuk meminta AP2 dan Garuda untuk membuat atau memperbaiki standar operasional prosedural (SOP) tentangdelay management, termasuk pelayanannya harus mendapat sertifikat ISO,” kata Menteri Jonan di Jakarta kemarin.
Jonan memberi batas waktu selama sebulan kepada bandara maupun maskapai untuk memenuhi SOP. Kalau tidak, dia mengancam akan memberikan sanksi ekonomis. Direktur Operasi PT Angkasa Pura II Djoko Murdjatmodjo mengaku akan menindaklanjuti semua rekomendasi yang akan dilakukan Kemenhub.
Menurut dia, selain audit yang dilakukan Kemenhub, pihaknya juga melakukan audit internal. ”Yang jelas kami akan menindaklanjuti semua rekomendasi dari Kemenhub terkait kejadian ini. Di sisi lain, kami juga punya audit internal yang rutin kami lakukan,” ujar dia di Jakarta kemarin.
Menurut dia, sistem yang ada di Bandara Soetta sebenarnya sudah dibuat rapi. Namun situasi semrawut ketika kabel server ikut terbakar. ”Nah, kabel inilah yang menyebabkan kami bersama maskapai Garuda harus membuat sistem check-in secara manual. Namun sejak pukul 12 atau sejak kemarin (6 Juli 2015) semuanya sudah normal kembali,” jelasnya.
Ketika sistem bermasalah akibatjaringankabel server yang terbakar, pihaknya bersama Garuda memberikan tiga opsi kepada penumpang, yakni menunda penerbangan, refund tiket 100%, serta reservasi hotel untukpenerbanganselanjutnya di sekitar bandara. ”Jadi, semua sudah kita lakukan. Opsi-opsi tersebut kami berikan kepada penumpang. Yang jelas penumpang bisa terlayani dengan baik,” jelasnya.
Untuk mencegah terulangnya kebakaran, PT Angkasa Pura II akan melarang semua penggunaan minyak goreng di bandara, terutama kepada pihak ketiga yang memanfaatkan tenant-tenant di bandara. Menurut Joko, penggunaan minyak goreng akan memicu terjadinya insiden kebakaran. ”Makanya penggunaan listrik kita tegaskan akan lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan kompor. Selain itu, memasak dengan menggunakan minyak goreng juga tak akan diperbolehkan,” ujar dia.
Seperti diketahui, kebakaran yang terjadi di Terminal 2E Bandara Soekarno- Hatta diduga diakibatkan korsleting oven dari salah satu gerai makanan di JW Lounge bandara. Api berkobar mulai dari pukul 6.00 hingga 7.00 WIB. Akibat dari insiden tersebut, pelayanan terganggu seperti delay penerbangan domestik dan internasional hingga antrean check-in yang panjang dan membuat penumpang marah.
Penyebab kebakaran masih diselidiki Puslabfor dan dugaan sementara karena hubungan arus pendek listrik akibat kabel sudah uzur. Berdasar keterangan saksi, api berasal dari bagian dapur JW Lounge yang terbakar akibat adanya korsleting listrik oven yang memicu percikan dan kobaran api. Namun siapa yang bertanggung jawab atas kasus tersebut, polisi hingga kemarin belum menetapkan tersangka.
”Sementara untuk penyebab pasti kebakaran masih menunggu hasil olah TKP Tim Puslabfor Mabes Polri,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian. Mengenai insiden tersebut, kepolisian menyoroti kemampuan PT Angkasa Pura II dalam menangani krisis karena kelengkapan alat pemadam kebakaran diri tidak memadai, begitu pula efektivitas alat penyedot asap dalam ruangan.
”Selain itu, kesigapan petugas pascakebakaran berupa penanganan penumpang masih lamban dan dapat memicu situasi anarki,” ujar Kapolres Metro Bandara Soekarno- Hatta Kombes Pol CH Pathopoi kemarin.
Ichsan amin/ Denny irawan/ Rahmad sahid/ant
(ftr)