Manajemen Krisis Bandara Buruk

Senin, 06 Juli 2015 - 10:31 WIB
Manajemen Krisis Bandara...
Manajemen Krisis Bandara Buruk
A A A
TANGERANG - Terminal 2E Bandara Internasional Soekarno-Hatta terbakar sekitar pukul 05.50 WIB kemarin. Selain memicu kekacauan di bandara, insiden tersebut menyebabkan puluhan penerbangan tertunda (delayed).

Para penumpang kecewa atas penanganan pengelola bandara yang terkesan tidak memiliki manajemen krisis yang baik. Mereka menilai kejadian itu menggambarkan kondisi bandara internasional di Indonesia yang rentan lumpuh di tengah krisis. Sekjen DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto yang menjadi salah satu penumpang yang menyaksikan kebakaran di Bandara Soekarno-Hatta menyesalkan tidak tanggapnya petugas dalam menyikapi situasi krisis.

“Penanganan para penumpang sangat mengecewakan,” ujarnya dalam pesan tertulis kemarin. Hasto yang akan terbang ke Surabaya mengalami delayed lebih dari tiga jam. Menurutnya, berbagai bentuk kesemrawutan terjadi di bandara internasional tersebut. “Buat saya yang terjebak selama lebih dari tiga jam dalam antrean hanya bisa membatin, betapa mundurnya manajemen krisis kita,” paparnya.

Kebakaran tepatnya terjadi di JW Lounge Terminal 2E Keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Informasi kebakaran diterima Unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran atau PKPPK PT Angkasa Pura II (Persero) pada pukul 05.50 WIB. Kemudian personel tiba di lokasi pukul 06.10 WIB dan pada pukul 07.45 WIB api dapat dipadamkan, yang dilanjutkan dengan proses pendinginan.

Dugaan sementara kebakaran disebabkan arus pendek listrik karena kabel sudah tua. Dampak dari kebakaran tersebut, listrik di Terminal 2 dipadamkan. Aktivitas penerbangan di Terminal 2D, E, F dihentikan hingga pukul 08.45 WIB. Setelah itu, proses check-in dilaksanakan dengan cara manual karena sistem komputer mati. Penumpukan calon penumpang pun tak terhindarkan, terutama di Gate 4 Terminal 2F.

Bahkan sempat terjadi kericuhan karena penumpang yang berdesakdesakan berebut masuk ke Gate 4. PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno- Hatta menyatakan kebakaran yang melanda JW Lounge Terminal 2E berefek pada tertundanya keberangkatan sejumlah penerbangan. Api merambat ke satu area check in di Terminal 2E sehingga sejumlah gerai tidak dapat digunakan. Ini memicu terjadinya penumpukan penumpang pada area check in lainnya.

Head Of Corporate Secretary & Legal PT Angkasa Pura II (Persero) Agus Haryadi mengatakan, pihaknya memohon maaf akibat ketidaknyamanan tersebut. “Beberapa penanganan bagasi dan proses check in terpaksa dilakukan manual. Kami memohon dukungan dari masyarakat dan seluruh pihak terkait agar operasional Bandara Internasional Soekarno-Hatta dapat kembali berjalan normal mulai besok,” ujarnya.

Angkasa Pura II memutuskan untuk membebaskan tarif passenger service charge (PSC) bagi seluruh penumpang pesawat yang berangkat melalui BandaraInternasionalSoekarno- Hatta, kemarin, sebagai imbas kejadian tersebut. Penumpang pesawat dapat melakukan pengembalian atau refund PSC melalui maskapai.

Refund PSC tidak terbatas hanya bagi penumpang yang keberangkatannya terkena dampak kebakaran, tetapi juga belaku bagi seluruh penumpang dengan keberangkatan kemarin di seluruh terminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengatakan, pasca-kebakaran JW Lounge Terminal 2E, pihaknya akan mengevaluasi seluruh gerai yang ada untuk mencegah hal serupa.

Menurutnya, berdasarkan pengamatan, kerusakan akibat kebakaran tersebut terlokalisasi di satu tempat saja. Luas kerusakan sekitar 200 meter persegi dari total bangunan yang seluas 300 meter persegi. “Ada sedikit gosong di tembok dan plafon. Tapi kerugian belum bisa dihitung. Yang pasti kerugian nonmateri yang paling besar karena merugikan penumpang,” ujarnya.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan kemarin langsung mengumpulkan Direksi Angkasa Pura II, Direksi LPPNPI (Airnav) serta jajaran otoritas Bandara Wilayah I di Cengkareng atas kejadian tersebut. Jonan menginstruksikan supaya penanganan penumpang diutamakan dan dipastikan dampak kebakaran tersebut tak berkepanjangan. “Target, Senin pagi semua sudah harus berjalan normal, termasuk sistem TI di Imigrasi, layanan penumpang, serta sistem check in,” ujarnya.

Menhub juga menginstruksikan pengelola bandara untuk memiliki standar operasional penanganan krisis sehingga mampu menangani persoalan yang terjadi di bandara dengan baik. Selain itu Direktorat Bandara Kemenhub diinstruksikan melakukan audit terhadap semua penyewa ruang komersial di bandara yang tak memenuhi standar keamanan dan keselamatan. “

”Kalau perlu pihak bandara jangan segan memutuskan kontrak,” tegas Jonan. Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai insiden kebakaran yang terjadi di terminal Bandara Soekarno- Hatta tak perlu terjadi jika otoritas bandara memiliki sistem peringatan yang memadai. Dia mempertanyakan kesiapan bangunan mulai dari alarm hingga evakuasi di terminal Bandara Soekarno-Hatta.

“Ada nggak alat pemadam, alarm atau tangga darurat untuk evakuasi? Ini yang perlu dipertanyakan sehingga insiden kebakaran di terminal seharusnya tak perlu merembes pada keterlambatan keberangkatan,” ucapnya.

Dia menambahkan bahwa audit bandara harus betulbetul dilakukan, terutama di bandara-bandara padat seperti Soekarno-Hatta. Apalagi kejadian tersebut berlangsung di tengah kondisi mudik Lebaran. “Saya masih tidak mengerti, kenapa masalah seperti ini sampai melebar ke penumpang. Padahal pencegahan itu mutlak, itu menjadi tanggung jawab otoritas bandara,” ujarnya.

Maskapai Garuda Indonesia merasa dirugikan akibat insiden kebakaran di Terminal 2E. Sebanyak 80 penerbangan Garuda tertunda akibat insiden tersebut. “Sudah pasti akan merugikan aktivitas penerbangan, terutama penumpang. Kerugian nonmateri yang lebih besar,” kata Dirut Garuda Indonesia Arif Wibowo.

Dia memaparkan, dari 80 penerbangan Garuda yang tertunda, sebanyak 20 di antaranya penerbangan untuk yang pukul 07.00 WIB hingga 12.00 WIB dan 60 penerbangan pada pukul 12.00 WIB hingga 18.00 WIB. Lamanya delayed sekitar 1,5 hingga 4 jam. Arif menyebut, delay terjadi karena sistem counter check-in di Terminal 2E mati. Sejak pagi Garuda terpaksa melayani check in secara manual. Tak hanya itu, barangbarang penumpang juga diangkut manual oleh petugas ke bagasi pesawat.

“Tadi siang kita lakukan upaya recovery agar sistem check in kembali online . Kita pakai wifi dan kerja sama dengan Telkom bikin jaringan baru, jadi check in di atas jam 5 (sore) sudah online, meski jaringannya masih tidak stabil,” katanya.

Ichsan amin/Denny irawan/Okezone
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0493 seconds (0.1#10.140)