Keluarga Pendongeng Pertama di Indonesia

Minggu, 05 Juli 2015 - 10:22 WIB
Keluarga Pendongeng Pertama di Indonesia
Keluarga Pendongeng Pertama di Indonesia
A A A
Selain menjadi pendongeng secara solo, Wiwin juga mengusung konsep story teller family.Bersama sang suami, Sony, dan putri mereka, Anabelle, kegiatan yang dilakukan Wiwin bersama tim ini juga tidak memiliki batasan audiens.

”Semua anak berhak mendapatkan keceriaan melalui dongeng,” kata Wiwin. Alasan Wiwin mengembangkan konsep story teller familyadalah agar dapat menginspirasi banyak keluarga lain. ”Sederhana, agar orangtua mau berbagi cerita dengan anaknya. Melalui cerita itu, kita bisa menyampaikan sebuah pesan positif yang akan terbawa sampai di bawah alam sadar anak,” katanya.

Wiwin menambahkan, cerita-cerita tersebut bisa membentuk anak agar lebih sayang pada makhluk lain. Hanya, masing-masing audiens memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikan dongengnya. ”Misalkan untuk anak SMP dan SMA, dongeng yang kami berikan seperti stand up namun memiliki story line. Pertunjukannya hanya sekitar 7-10 menit, kebanyakan tentang motivasi,” tuturnya.

Selain sibuk dengan kegiatan dongeng, tim story teller family ini juga disibukkan dengan berbagai acara penyuluhan narkoba dan kegiatan sosial pada komunitas marginal. ”Untuk penyuluhan narkoba, edukasinya tetap lewat story telling. Pesannya untuk memberikan pertahanan diri anak agar mereka berani bilang tidak ketika harus dipaksa menerima sesuatu,” ungkap wanita berusia 40 tahun ini. Wiwin mengungkapkan, kegiatan menghibur lewat dongeng itu juga dilakukan kepada anak-anak kurang mampu dan berbagai komunitas.

”Kami sudah turun ke Pulogadung. Ada anak-anak punk muslim di sana. Kami memberikan motivasi kepada mereka,” ujarnya. Menurut Wiwin, banyak suka-duka yang ia lewati sebagai pendongeng. Namun, setiap ada kendala, tidak pernah ia anggapsebagaikesulitanberarti, seperti membuat cerita. Wiwin mengatakan, meskipun saat ini untuk mendapatkan cerita cukup dengan googling saja. ”Tetapi, saya tidak mau hanya sebatas itu. Jadi, para pendongeng harus mau capek untuk membuat cerita. Saya dan tim termasuk yang seperti itu,” tuturnya.

Namun, saat membuat cerita pun ia harus mempertimbangkan audiens. Sebab, kata Wiwin, audiens juga mesti terlibat. Makadari itu, setiapkaliadapertunjukan, Wiwin selalu membuat skrip terlebih dahulu walaupun singkat. Jadi, semua tetap memiliki konsep yang jelas. Wiwin juga berbagi cerita bagaimana keseruan saat beratraksi menjadi pendongeng. ”Pernah saya datang untuk menghibur kaum marginal.

Panitia tidak memberikan alamat lengkap, sampai saya nyasar mencari tempat acara yang berada di pinggiran Jakarta,” ujarnya. Pengalaman lain, terkadang setelah memiliki konsep yang matang, ternyata lokasi tidak mendukung untuk menggunakan backsound, sehingga harus siap dengan berbagai opsi rencana cadangan. Banyak target yang akan dilakukan oleh Wiwin Dongeng Management. Pada Maret 2016, rencananya Wiwin dan tim bakal berangkat ke Austria.

Menjalankan sebuah program dari Badan Narkotika Internasional untuk sosialisasi bahaya narkoba kepada anak-anak. ”September ini juga saya akan mengundang teman, seorang story teller dari Amerika. Selama dua tahun program yang dijalankan sudah terkonsep, mulai dari dongeng untuk narkoba hingga pusaka Indonesia atau cerita rakyat,” ungkapnya. Dalam penyampaian konsep dongeng cerita rakyat pun Wiwin mengatakan, perlu sedikit waktu untuk melakukan pemilihan ending yang baik. ”Ini agak sulit karena harus menyampaikan ending edukasi yang baik,” ujarnya.

Namun, ia tidakakanmenyerahdalam menyampaikan dongeng cerita rakyat. Sebab,, Indonesia kaya akan cerita rakyat yang bisa dikembangkan dan disampaikan melalui dongeng. Target Wiwin ke depan adalah membuat roadshow dongeng ke banyak kota di Tanah Air.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6477 seconds (0.1#10.140)