Dulu untuk Penelitian, Kini Hanya sebagai Petualangan
A
A
A
Pegunungan Alpen di perbatasan delapan negara Eropa menjadi petualangan yang menginspirasi ribuan orang untuk mendaki. Bukan sekadar hobi dan berpetualangan, mereka juga ingin menikmati pengalaman yang tak ternilai harganya.
Menjelang peringatan ke-150 tahun pendakian perdana ke Alpen, ribuan petualang dari berbagai berlahan dunia memadati Pegunungan Alpen. ”Tahun 1865 merupakan awal pendakian Alpen dan menjadi pionir serta diikuti jutaan orang saat ini,” kata Claude Marin, pemandu pendakian yang mengorganisasi perayaan ulang tahun ke-150 pendakian Alpen di Chamonix, pusat titik pendakian di Prancis.
”Tanpa ada pionir, tak mungkin ada pendakian Alpen,” imbuhnya, dikutip AFP. Berbeda dulu, para pendaki sekarang lebih modern. Mereka memiliki peralatan berteknologi canggih. Mereka tidak akan menangis ketika kedinginan di ketinggian. Mereka tidak akan kelaparan ketika kekurangan energi.
Ponsel dapat menjadi pemandu mencapai puncak. ”Mendaki menjadi lebih demokratis,” kata Presiden Asosiasi Pemandu Gunung Chamonix, David Ravanel, dikutip AFP. Bagi pendaki, menurut Ravanel, menaklukkan pegunungan yang belum tersentuh menjadi tantangan yang harus dilakukan.
Mulai lembah di Pakistan hingga petualangan di Antartika, kata dia, menjadi penaklukan yang harus dilakukan. ”Ketinggian gedung di perkotaan justru memusingkan, tapi gunung tak pernah membuat sakit kepala,” tuturnya. Menurut Gilles Modica, penulis buku berjudul 1865 and the Golden Age of Mountaineering, berbeda dengan beberapa dekade silam, petualangan ilmiah bukan lagi sebagai motivasi bagi para pendaki gunung.
Padahal, pendaki di zaman dulu selalu melakukan penelitian saat melakukan pendakian. Dalam peringatan 150 tahun pendakian Alpen, perkumpulan pendaki gunung menggelar pameran lukisan yang menggambarkan pegunungan tersebut. Pada 11 dan 12 Juli mendatang, pameran kostum pendaki pada 1865 juga digelar untuk menggambarkan perbedaan gaya petualangan dulu dan sekarang.
Di Resor Zermatt, Swiss digelar pertunjukan untuk mengenang 500 pendaki yang hilang di Alpen sejak 1865. Bagaimana awal pendakian Alpen? Tepat pada 14 Juli 1865, petualang, penulis, dan ilustrator Edward Whymper menciptakan sejarah dengan mendaki 4.478 meter puncak Matterhorn di perbatasan Italia-Swiss.
Klaim Whymper itulah yang diakui dunia. Dia juga menulis buku berjudul Scrambles Amongst the Alps. Pegunungan Alpen membentang 1.200 km melewati delapan negara, mulai Italia, Slovenia, Swiss, Monako, Liechtenstein, Jerman, Prancis, hingga Austria.
Setiap tahun, 120 juta orang berkunjung ke pegunungan tersebut. Bukan hanya menikmati pemandangan alam yang menakjubkan, melainkan juga yang belajar budaya seperti pembuatan keju dan kerajinan kayu.
Arvin
Menjelang peringatan ke-150 tahun pendakian perdana ke Alpen, ribuan petualang dari berbagai berlahan dunia memadati Pegunungan Alpen. ”Tahun 1865 merupakan awal pendakian Alpen dan menjadi pionir serta diikuti jutaan orang saat ini,” kata Claude Marin, pemandu pendakian yang mengorganisasi perayaan ulang tahun ke-150 pendakian Alpen di Chamonix, pusat titik pendakian di Prancis.
”Tanpa ada pionir, tak mungkin ada pendakian Alpen,” imbuhnya, dikutip AFP. Berbeda dulu, para pendaki sekarang lebih modern. Mereka memiliki peralatan berteknologi canggih. Mereka tidak akan menangis ketika kedinginan di ketinggian. Mereka tidak akan kelaparan ketika kekurangan energi.
Ponsel dapat menjadi pemandu mencapai puncak. ”Mendaki menjadi lebih demokratis,” kata Presiden Asosiasi Pemandu Gunung Chamonix, David Ravanel, dikutip AFP. Bagi pendaki, menurut Ravanel, menaklukkan pegunungan yang belum tersentuh menjadi tantangan yang harus dilakukan.
Mulai lembah di Pakistan hingga petualangan di Antartika, kata dia, menjadi penaklukan yang harus dilakukan. ”Ketinggian gedung di perkotaan justru memusingkan, tapi gunung tak pernah membuat sakit kepala,” tuturnya. Menurut Gilles Modica, penulis buku berjudul 1865 and the Golden Age of Mountaineering, berbeda dengan beberapa dekade silam, petualangan ilmiah bukan lagi sebagai motivasi bagi para pendaki gunung.
Padahal, pendaki di zaman dulu selalu melakukan penelitian saat melakukan pendakian. Dalam peringatan 150 tahun pendakian Alpen, perkumpulan pendaki gunung menggelar pameran lukisan yang menggambarkan pegunungan tersebut. Pada 11 dan 12 Juli mendatang, pameran kostum pendaki pada 1865 juga digelar untuk menggambarkan perbedaan gaya petualangan dulu dan sekarang.
Di Resor Zermatt, Swiss digelar pertunjukan untuk mengenang 500 pendaki yang hilang di Alpen sejak 1865. Bagaimana awal pendakian Alpen? Tepat pada 14 Juli 1865, petualang, penulis, dan ilustrator Edward Whymper menciptakan sejarah dengan mendaki 4.478 meter puncak Matterhorn di perbatasan Italia-Swiss.
Klaim Whymper itulah yang diakui dunia. Dia juga menulis buku berjudul Scrambles Amongst the Alps. Pegunungan Alpen membentang 1.200 km melewati delapan negara, mulai Italia, Slovenia, Swiss, Monako, Liechtenstein, Jerman, Prancis, hingga Austria.
Setiap tahun, 120 juta orang berkunjung ke pegunungan tersebut. Bukan hanya menikmati pemandangan alam yang menakjubkan, melainkan juga yang belajar budaya seperti pembuatan keju dan kerajinan kayu.
Arvin
(bbg)