Lokasi Lanud Soewondo Perlu Dievaluasi
A
A
A
JAKARTA - Kecelakaan tragis pesawat TNI AU Hercules C-130 di Medan, Sumatera Utara, Selasa lalu (30/6) dinilai sejumlah kalangan tak sebatas karena faktor usia alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Tragedi yang menewaskan lebih dari 140 orang itu juga akibat pemerintah kurang maksimal dalam implementasi rencana relokasi landasan udara (lanud) maupun pengawasan tata ruang. Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya berpendapat kecelakaan pesawat Hercules beberapa saat seusai lepas landas di Lanud Soewondo Medan itu harus mampu mempertegas komitmen banyak pihak untuk mewujudkan landasan pesawat yang jauh dari permukiman.
Sebagaimana diketahui, Lanud Soewondo kini sudah dikelilingi permukiman penduduk yang sangat padat. “Daerah sekitar landasan pesawat harus lapang, karena apabila dekat dengan permukiman penduduk akan banyak korban sipil jika terjadi kecelakaan,” katanya saat pertemuan dengan kalangan media bertajuk “ Situasi dan Kondisi Alutsista TNI” di Jakarta kemarin.
Namun Tantowi mengakui bahwa pemberlakuan upaya untuk merelokasi permukiman penduduk di sekitar landasan yang sudah ada sekarang ini diakui tak mudah. Menurut politikus dari Partai Golkar tersebut, hal paling mungkin dilakukan adalah membangun landasan-landasan pesawat baru yang harus jauh dari pusat kota.
Solusi ini juga menjawab belum sterilnya daerah sekitar lanud dengan bangunan tinggi yang bukan hanya gedung, tapi juga menara-menara telekomunikasi. Tantowi mengatakan pihaknya segera menggelar rapat gabungan antarkomisi yang dilanjutkan dengan rapat dengan mitra-mitra terkait guna membahas isu tersebut.
Namun Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo tidak setuju dengan usulan pemindahan Lanud Soewondo itu. Menurut Tjahjo, rencana pemindahan Lanud Soewondo tak bisa dilakukan dalam waktu cepat. “Yang harusnya dipikirkan adalah jangan sampai dekat Lanud ada bangunan-bangunan masyarakat di area tertentu. Karena kalaupun bandara harus dipindah, ya harus ada lokasi yang baik dan sebagainya,” ujarnya seperti ditulis Antara saat kunjungan di Pekanbaru kemarin.
Dia mengatakan pemerintah daerah seharusnya segera mengevaluasi keberadaan rumah dan bangunan yang terlalu banyak di sekeliling Lanud Soewondo. Uzurnya usia pesawat Hercules yang jatuh juga bisa menjadi salah satu penyebab insiden. Untuk itulah, tandas Tjahjo, perlu dipertimbangkan agar rencana strategis (renstra) TNI ke depannya harus mengutamakan pengadaan alutsista yang baru dan berkualitas. “Mungkin renstra untuk TNI harus stop (pembelian) barang bekas. Lebih baik kita punya baru, berkualitas, dan bisa digunakan dengan baik,” tegas dia.
114 Kantong Jenazah Teridentifikasi
Memasuki hari keempat pascatragedi, Tim Disaster Victims Identification (DVI) Mabes Polri berhasil mengidentifikasi 114 kantong jenazah dari jumlah seluruhnya 154 kantong yang dikumpulkan oleh tim. Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Helfi Assegaf menyebutkan, dari total 154 kantong itu, 146 kantong di antaranya kondisi jenazah utuh, sementara 8 kantong berupa body part atau potongan tubuh berupa kaki atau tangan.
“Dan sudah 29 keluarga yang melakukan tes DNA untuk memastikan jenazah,” ujar Helfi di RS Adam Malik Medan. Kepala Tim DVI Mabes Polri Kombes Pol Anton Castilani mengatakan, dengan semakin membusuknya jenazah, Tim DVI akan mengalami kesulitan, terutama pada pembacaan atau pengambilan gambar sidik jari. Pengidentifikasian jenazah tidak bisa ditentukan waktu, tetapi tergantung faktor kesulitannya.
“Di RS Adam Malik ini ada 10 meja autopsi, biasanya satu hari pada satu meja autopsi bisa menyelesaikan tiga sampai empat pemeriksaan jenazah,” ujarnya. Namun, tambah Anton, pihaknya juga harus memperhitungkan ada orang lain (selain penumpang) yang menjadi korban dalam musibah itu.
“Pada data antemortem ada 90 lebih yang datang ke pos, melebihi jenazah yang sudah dirilis,” tuturnya. Di RSUP H Adam Malik, kemarin, masih banyak pihak keluarga yang datang ingin memastikan kerabat mereka turutjadikorban. Misalnya yang dilakukan Hasan, mahasiswa dari Universitas Abdurraub, Pekanbaru.
“Kami kemari ingin memastikan teman kuliah kami Erfina Agnes dan Sylviana Martiana karena mereka naik pesawat Hercules yang jatuh kemarin,” kata Hasan bersama teman kuliahnya Pranata. Sementara itu pesawat Hercules tipe C-130 kembali mengalami insiden di Lanud Soewondo Medan kemarin. Pesawat yang digunakan untuk mengangkut jenazah ini mengalami korsleting hingga mengeluarkan percikan api di dalam pesawat.
Akibatnya, pemulangan 8 jenazah terpaksa ditunda. Pesawat yang sudah siap-siap untuk take off tersebut pun terpaksa dimatikan lagi. “Tibatiba kami mendengar bunyi krik, krik, gitu . Kami lihat ada percikan api kecil di tengah dekat tangga masuk dan juga di ruang pilot. Semua penumpang langsung ketakutan dan disuruh turun,” kata Vanesa Romina Sembiring, 45, keluarga jenazah Eni Sembiring.
Panglima Komando Operasi TNI AU Marsekal Muda Dwi Putranto mengatakan, pemulangan 8 jenazah tersebut kemarin terpaksa tertunda karena adanya insiden itu. Namun menurut Marsda Dwi, kejadian seperti itu biasa dalam pesawat dan tidak perlu dikhawatirkan. Beberapa pejabat dari Pemkab Natuna, kemarin, mendatangi Hanggar Lanud Soewondo Medan.
Mereka datang untuk memastikan jumlah warga Natuna yang menjadi korban pesawat Hercules. Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Natuna, Helmi Wahyuda, mengatakan banyaknya warga Natuna yang menjadi korban kecelakaan pesawat ini merupakan imbas dari buruknya moda transportasi ke daerah ini. Untuk itu, kata Helmi, warga dan Pemkab Natuna tidak akan menyalahkan TNI AU dalam kecelakaan pesawat ini.
Eko agustyo fb/ panggabean hasibuan
Tragedi yang menewaskan lebih dari 140 orang itu juga akibat pemerintah kurang maksimal dalam implementasi rencana relokasi landasan udara (lanud) maupun pengawasan tata ruang. Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya berpendapat kecelakaan pesawat Hercules beberapa saat seusai lepas landas di Lanud Soewondo Medan itu harus mampu mempertegas komitmen banyak pihak untuk mewujudkan landasan pesawat yang jauh dari permukiman.
Sebagaimana diketahui, Lanud Soewondo kini sudah dikelilingi permukiman penduduk yang sangat padat. “Daerah sekitar landasan pesawat harus lapang, karena apabila dekat dengan permukiman penduduk akan banyak korban sipil jika terjadi kecelakaan,” katanya saat pertemuan dengan kalangan media bertajuk “ Situasi dan Kondisi Alutsista TNI” di Jakarta kemarin.
Namun Tantowi mengakui bahwa pemberlakuan upaya untuk merelokasi permukiman penduduk di sekitar landasan yang sudah ada sekarang ini diakui tak mudah. Menurut politikus dari Partai Golkar tersebut, hal paling mungkin dilakukan adalah membangun landasan-landasan pesawat baru yang harus jauh dari pusat kota.
Solusi ini juga menjawab belum sterilnya daerah sekitar lanud dengan bangunan tinggi yang bukan hanya gedung, tapi juga menara-menara telekomunikasi. Tantowi mengatakan pihaknya segera menggelar rapat gabungan antarkomisi yang dilanjutkan dengan rapat dengan mitra-mitra terkait guna membahas isu tersebut.
Namun Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo tidak setuju dengan usulan pemindahan Lanud Soewondo itu. Menurut Tjahjo, rencana pemindahan Lanud Soewondo tak bisa dilakukan dalam waktu cepat. “Yang harusnya dipikirkan adalah jangan sampai dekat Lanud ada bangunan-bangunan masyarakat di area tertentu. Karena kalaupun bandara harus dipindah, ya harus ada lokasi yang baik dan sebagainya,” ujarnya seperti ditulis Antara saat kunjungan di Pekanbaru kemarin.
Dia mengatakan pemerintah daerah seharusnya segera mengevaluasi keberadaan rumah dan bangunan yang terlalu banyak di sekeliling Lanud Soewondo. Uzurnya usia pesawat Hercules yang jatuh juga bisa menjadi salah satu penyebab insiden. Untuk itulah, tandas Tjahjo, perlu dipertimbangkan agar rencana strategis (renstra) TNI ke depannya harus mengutamakan pengadaan alutsista yang baru dan berkualitas. “Mungkin renstra untuk TNI harus stop (pembelian) barang bekas. Lebih baik kita punya baru, berkualitas, dan bisa digunakan dengan baik,” tegas dia.
114 Kantong Jenazah Teridentifikasi
Memasuki hari keempat pascatragedi, Tim Disaster Victims Identification (DVI) Mabes Polri berhasil mengidentifikasi 114 kantong jenazah dari jumlah seluruhnya 154 kantong yang dikumpulkan oleh tim. Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Helfi Assegaf menyebutkan, dari total 154 kantong itu, 146 kantong di antaranya kondisi jenazah utuh, sementara 8 kantong berupa body part atau potongan tubuh berupa kaki atau tangan.
“Dan sudah 29 keluarga yang melakukan tes DNA untuk memastikan jenazah,” ujar Helfi di RS Adam Malik Medan. Kepala Tim DVI Mabes Polri Kombes Pol Anton Castilani mengatakan, dengan semakin membusuknya jenazah, Tim DVI akan mengalami kesulitan, terutama pada pembacaan atau pengambilan gambar sidik jari. Pengidentifikasian jenazah tidak bisa ditentukan waktu, tetapi tergantung faktor kesulitannya.
“Di RS Adam Malik ini ada 10 meja autopsi, biasanya satu hari pada satu meja autopsi bisa menyelesaikan tiga sampai empat pemeriksaan jenazah,” ujarnya. Namun, tambah Anton, pihaknya juga harus memperhitungkan ada orang lain (selain penumpang) yang menjadi korban dalam musibah itu.
“Pada data antemortem ada 90 lebih yang datang ke pos, melebihi jenazah yang sudah dirilis,” tuturnya. Di RSUP H Adam Malik, kemarin, masih banyak pihak keluarga yang datang ingin memastikan kerabat mereka turutjadikorban. Misalnya yang dilakukan Hasan, mahasiswa dari Universitas Abdurraub, Pekanbaru.
“Kami kemari ingin memastikan teman kuliah kami Erfina Agnes dan Sylviana Martiana karena mereka naik pesawat Hercules yang jatuh kemarin,” kata Hasan bersama teman kuliahnya Pranata. Sementara itu pesawat Hercules tipe C-130 kembali mengalami insiden di Lanud Soewondo Medan kemarin. Pesawat yang digunakan untuk mengangkut jenazah ini mengalami korsleting hingga mengeluarkan percikan api di dalam pesawat.
Akibatnya, pemulangan 8 jenazah terpaksa ditunda. Pesawat yang sudah siap-siap untuk take off tersebut pun terpaksa dimatikan lagi. “Tibatiba kami mendengar bunyi krik, krik, gitu . Kami lihat ada percikan api kecil di tengah dekat tangga masuk dan juga di ruang pilot. Semua penumpang langsung ketakutan dan disuruh turun,” kata Vanesa Romina Sembiring, 45, keluarga jenazah Eni Sembiring.
Panglima Komando Operasi TNI AU Marsekal Muda Dwi Putranto mengatakan, pemulangan 8 jenazah tersebut kemarin terpaksa tertunda karena adanya insiden itu. Namun menurut Marsda Dwi, kejadian seperti itu biasa dalam pesawat dan tidak perlu dikhawatirkan. Beberapa pejabat dari Pemkab Natuna, kemarin, mendatangi Hanggar Lanud Soewondo Medan.
Mereka datang untuk memastikan jumlah warga Natuna yang menjadi korban pesawat Hercules. Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Natuna, Helmi Wahyuda, mengatakan banyaknya warga Natuna yang menjadi korban kecelakaan pesawat ini merupakan imbas dari buruknya moda transportasi ke daerah ini. Untuk itu, kata Helmi, warga dan Pemkab Natuna tidak akan menyalahkan TNI AU dalam kecelakaan pesawat ini.
Eko agustyo fb/ panggabean hasibuan
(bbg)