Pariwisata Tunisia Rugi Rp6,8 Triliun

Rabu, 01 Juli 2015 - 09:14 WIB
Pariwisata Tunisia Rugi Rp6,8 Triliun
Pariwisata Tunisia Rugi Rp6,8 Triliun
A A A
TUNIS - Serangan berdarah yang menewaskan 39 orang di hotel tepi Pantai Imperial Marhaba, Sousse, Tunisia pada Jumat (26/6) lalu berdampak besar terhadap industri pariwisata di negeri tersebut.

Otoritas Tunisia memperkirakan potensi hilangnya pendapatan sebesar USD515 juta (sekitar Rp6,8 triliun) pada tahun ini atau seperempat dari perkiraan pendapatan tahunan dari sektor pariwisata. ”Serangan ini membawa dampak langsung terhadap situasi perekonomian negara. Kerugian yang dialami akan besar,” ucap Menteri Pariwisata Salma Loumi, dilansir Reuters,kemarin .

Dia menambahkan, pemerintah berencana menghentikan pajak pariwisata dan meninjau utang pengusaha hotel sebagai upaya untuk mempertahankan sektor ini. Tahun lalu negara yang terletak di Afrika Utara ini menerima pendapatan dari industri pariwisata sebesar USD1,95 miliar (sekitar Rp25,9 triliun). Industri pariwisata menghasilkan 7% dari produk domestik bruto dan menjadi fokus utama bagi pendapatan negara dan pengangguran di Tunisia.

Pemerintah Tunisia mengatakan, sebanyak lebih dari 1.000 polisi akan berpatroli di sekitar hotel-hotel dan tempat pariwisata lainnya. Pasukan tentara cadangan juga akan dikerahkan guna memperkuat perlindungan dan pertahanan. Otoritas telah menangkap orang yang diduga berkaitan dengan pelaku penembakan, namun belum banyak memberikan keterangan.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebutkan bahwa kelompok Negara Islam Irak Suriah (ISIS) merencanakan serangan dengan sejumlah target di Inggris. ISIS juga menebar ancaman serius bagi Barat. Pernyataan tersebut disampaikan Cameron setelah terjadi pembantaian di Tunisia pada Jumat (26/6).

Para politisi Inggris menganggap kejadian ini sebagai serangan tunggal terburuk terhadap negara mereka sejak pengeboman bawah tanah Inggris pada 2005 silam. ”Ini ancaman serius karena apa yang terjadi di sini (Tunisia) adalah penyimpangan dari ajaran agama yang baik dan penciptaan persepsi tentang kematian yang banyak meracuni pikiran kaum muda,” ucap Cameron, dilansir Reuters.

”Terdapat beberapa orang di Irak dan Suriah yang berencana melakukan serangan mematikan di Inggris dan lainnya. Selama ISIS masih ada di kedua negara itu. Kita berada dalam ancaman,” tambah Cameron. Mengenai kemungkinan ancaman teror yang lebih parah, Kepolisian Inggris mengatakan telah menjalankan prosedur operasi kontraterorisme terbesar dalam satu dekade terakhir pascapembantaian di Tunisia.

Dalam tulisannya di The Daily Telegraph, Cameron memberi sinyal kepada otoritas keamanan untuk mengambil tindakan tegas terhadap para kelompok ekstremis yang berada di Inggris untuk bertindak lebih menghadapi tantangan yang ada. Pihaknya telah mengerahkan ratusan polisi bekerja sama dengan kepolisian Tunisia untuk menangani kasus penembakan tersebut.

Arvin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3175 seconds (0.1#10.140)