Efisiensi melalui Program Quick Wins

Selasa, 30 Juni 2015 - 08:59 WIB
Efisiensi melalui Program...
Efisiensi melalui Program Quick Wins
A A A
SETELAHmencatat rugi komprehensif sebesar USD338,4 juta atau setara Rp4,4 triliun (Rp13.000/USD) pada akhir tahun lalu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kembali mendulang laba melalui program efisiensi yang diberi nama Quick Wins.

Sejak terbang untuk pertama kali pada 1949, maskapai kebanggaan bangsa Indonesia ini sempat mengalami pasang surut dalam industri penerbangan Tanah Air maupun di kawasan regional. Pada 2007 Garuda sempat dilarang terbang menuju Eropa karena kejadian yang menimpa pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 200. Untuk catatan, perjalanan terbang di kawasan Eropa dimulai perseroan pada tahun 1965 dengan tujuan akhir Amsterdam, Belanda.

Seiring dengan upaya pengembangan usaha, pada awal 2005 Garuda Indonesia memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan perusahaan. Di bawah manajemen baru Emirsyah Satar yang saat itu menjabat direktur utama, perseroan melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi secara menyeluruh.

Hal itu bertujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan perusahaan dalam menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia. Dalam segi keuangan, perseroan juga mulai melakukan pembayaran utang (refinancing) dari total pinjaman sebesar USD868 juta.

Pada tahun 2006, perseroan melakukan pinjaman kredit kepada Euorpean Credit Agency (ECA) untuk pembelian enam unit pesawat Airbus A330-300. Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perseroan resmi menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6,33 miliar saham kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) per 11 Februari 2011 dengan kode GIAA.

Sayang, pada 2014 kondisi industri penerbangan bukan saja di Indonesia, namun juga di dunia sedang mengalami turbulensi. Disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, selain itu harga bahan bakar yang sebelumnya sempat mencapai harga tertinggi, serta aspek regulatory yang kurang kondusif terhadap industri penerbangan.

Itu telah memberi dampak yang luar biasa terhadap kinerja perusahaan penerbangan internasional, termasuk Garuda Indonesia. Di bawah kepemimpinan baru, Arif Wibowo sebagai direktur utama, pada akhir 2014 perseroan mampu memutar balik dari rugi USD338,4 juta pada akhir tahun lalu, hingga menjadikan Garuda memperoleh laba bersih USD11,39 juta pada kuartal I/2015. Dalam upaya mengatasi berbagai kondisi tersebut serta sebagai program pengembangan Garuda ke depan, perseroan akan melaksanakan sejumlah strategi.

Di antaranya peningkatan revenue generator , yaitu seluruh potensi yang dapat meningkatkan revenue perusahaan akan dimaksimalkan. Selain itu, restructure cost driver , ialah Garuda akan melakukan penataan dan restrukturisasi biaya sehingga dapat dicapai efisiensi yang tinggi. Terakhir, melalui aspek refinancing , di mana Garuda akan menerapkan berbagai langkah dan strategi menyangkut aspek keuangan, sehingga kondisi finansial perusahaan terjaga.

”Strategi tersebut akan dilaksanakan dalam program Quick Wins yang menjadi tiga pilar utama jangka pendek yang meliputi restrukturisasi network, fleet management, dan penurunan overhead ,” ungkap Arif kepada KORAN SINDO di Jakarta belum lama ini. Dengan beberapa program jangka pendek tersebut, hasilnya Garuda pada kuartal I/2015 membukukan pendapatan USD927,3 juta atau tumbuh 13,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar USD817,4 juta. Perseroan juga mencatat laba bersih sebesar USD11,39 juta dibanding rugi bersih sebesar USD168,04 juta pada periode sama tahun lalu.

Heru febrianto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0009 seconds (0.1#10.140)