Momen Memperkuat Toleransi
A
A
A
JAKARTA - Selain negara dengan pemeluk Islam terbesar, Indonesia juga dikenal dunia sebagai negara dengan kerukunan beragama yang paling baik. Semangat toleransi ini harus terus dijaga demi menciptakan kehidupan berbangsa yang aman dan damai.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hukum dan Perundang- undangan KH Basri Bermanda mengatakan, terwujudnya kedamaian umat beragama di Tanah Air tak lepas dari Pancasila sebagai falsafah negara yang nilai-nilainya diamalkan oleh warga negara secara baik. Di saat yang sama, Islam yang dianut mayoritas penduduk memiliki ajaran yang sejalan dengan nilai pada Pancasila tersebut.
”Kalau Pancasila digali, satu pasal pun tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, itu sejalan dengan Islam yang mengenal konsep tauhid. Begitu juga pasalpasal lain,” ujarnya kemarin. Di sisi lain, Basri mengaku prihatin atas kondisi umat Islam di belahan dunia lain. Sebagai contoh, etnik Rohingya harus terusir dari negara asalnya Myanmar dan terpaksa mencari suaka di negara lain, termasuk Indonesia.
”Di negara lain ketika Islam minoritas, mereka kerap diusir. Di sini, Islam mayoritas tapi tidak ada yang terusir. Bahkan ada agama yang di Indonesia sudah diakui, tapi di negara asalnya sendiri belum. Itu bukti bahwa kehidupan agama di Indonesia sangat indah,” ujarnya. Kendati demikian dia meminta agar semua pihak tetap mewaspadai berbagai upaya yang akan merusak kerukunan di Indonesia.
Sebagai negara dengan penduduk majemuk, Indonesia dinilai sangat rentan terhadap isu yang berbau SARA. Menurutnya ada beberapa yang perlu diwaspadai. Pertama, jangan terlalu reaktif terhadap satu isu jika belum paham betul masalahnya. Kedua, dialog perlu selalu dikedepankan jika terjadi masalah. Ketiga , seluruh umat beragama harus menghindari sikap tuduh menuduh.
”Kami di MUI sering bertemu tokoh agama untuk membahas masalah ras, suku, budaya. Kita ingin agar masalah agama tidak dipertentangkan. Sebab jika itu terjadi, bagaimana nasib NKRI?” ujarnya. Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Salahuddin Wahid (Gus Solah) mengatakan, momentum bulan suci Ramadan seyogianya mampu memperteguh sikap umat Islam untuk selalu mengedepankan toleransi seperti yang sudah terjadi selama ini.
Menurutnya, salah satu maknaRamadanada-lahmempererat tali silaturahmi terhadap sesama.” Ini menjadi tonggak pemersatu bangsa di mana pada momenmomen seperti inilah kerukunan harus terus dibina,” ujarnya.
Dian ramdhani
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hukum dan Perundang- undangan KH Basri Bermanda mengatakan, terwujudnya kedamaian umat beragama di Tanah Air tak lepas dari Pancasila sebagai falsafah negara yang nilai-nilainya diamalkan oleh warga negara secara baik. Di saat yang sama, Islam yang dianut mayoritas penduduk memiliki ajaran yang sejalan dengan nilai pada Pancasila tersebut.
”Kalau Pancasila digali, satu pasal pun tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, itu sejalan dengan Islam yang mengenal konsep tauhid. Begitu juga pasalpasal lain,” ujarnya kemarin. Di sisi lain, Basri mengaku prihatin atas kondisi umat Islam di belahan dunia lain. Sebagai contoh, etnik Rohingya harus terusir dari negara asalnya Myanmar dan terpaksa mencari suaka di negara lain, termasuk Indonesia.
”Di negara lain ketika Islam minoritas, mereka kerap diusir. Di sini, Islam mayoritas tapi tidak ada yang terusir. Bahkan ada agama yang di Indonesia sudah diakui, tapi di negara asalnya sendiri belum. Itu bukti bahwa kehidupan agama di Indonesia sangat indah,” ujarnya. Kendati demikian dia meminta agar semua pihak tetap mewaspadai berbagai upaya yang akan merusak kerukunan di Indonesia.
Sebagai negara dengan penduduk majemuk, Indonesia dinilai sangat rentan terhadap isu yang berbau SARA. Menurutnya ada beberapa yang perlu diwaspadai. Pertama, jangan terlalu reaktif terhadap satu isu jika belum paham betul masalahnya. Kedua, dialog perlu selalu dikedepankan jika terjadi masalah. Ketiga , seluruh umat beragama harus menghindari sikap tuduh menuduh.
”Kami di MUI sering bertemu tokoh agama untuk membahas masalah ras, suku, budaya. Kita ingin agar masalah agama tidak dipertentangkan. Sebab jika itu terjadi, bagaimana nasib NKRI?” ujarnya. Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Salahuddin Wahid (Gus Solah) mengatakan, momentum bulan suci Ramadan seyogianya mampu memperteguh sikap umat Islam untuk selalu mengedepankan toleransi seperti yang sudah terjadi selama ini.
Menurutnya, salah satu maknaRamadanada-lahmempererat tali silaturahmi terhadap sesama.” Ini menjadi tonggak pemersatu bangsa di mana pada momenmomen seperti inilah kerukunan harus terus dibina,” ujarnya.
Dian ramdhani
(ars)