Klawing Motif Tulisan Arab Dibanderol Rp65 Juta
A
A
A
KAJEN - Sensasi dan daya tarik batu akik di Tanah Air belum pudar. Nyatanya antusiasme masyarakat pada pameran akik di International Batik Center (IBC) Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, begitu tinggi.
Salah satu batu akik yang menyedot perhatian pengunjung adalah batu akik jenis klawing bermotif tulisan Arab. Menurut pedagang akik Heri Warsito, motif batu khas Kabupaten Purbalingga tersebut bertuliskan Muhammad dan Habibah. ”Batu klawing itu motifnya tulisan Arab gundul. Setelah saya tanyakan ke teman, katanya bertulisan Muhammad dan Habibah,” kata Heri, pemilik lapak pada stan Purbalingga.
Heri mengaku tidak sengaja menemukan batu klawing bermotif tulisan arab tersebut. Setelah dipotong, batu sempat lama didiamkannya. ”Bahkan sampai saya biarkan berbulanbulan. Saat akan saya olah, baru ketahuan ternyata ada motifnya,” ujarnya.
Dia garap batu itu dengan hati-hati. Jika diolah sembarangan dia khawatir akan rusak motifnya. ”Saya potong hatihati sambil terus bersalawat dan membaca Al-Fatihah. Alhamdulillah sampai saat pengampelasan tidak ada masalah, aman sampai bersih dan mengilap,” tuturnya.
Pada pameran tersebut Heri melego akik andalannya itu tidak murah. Keduanya ditawarkannya hingga puluhan juta. ”Batu yang bertulisan Muhammad saya tawarkan Rp45 juta. Sedang yang bertulisan habibah Rp65 juta, sebab ukurannya lebih besar,” paparnya.
Tak mau ketinggalan batu akik pancawarna khas Garut, Jawa Barat. Pemilik lapak mengklaim batu tersebut merupakan salah satu batu yang dijadikan suvenir dalam gelaran internasional Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung beberapa waktu lalu. ”Harga bervariasi, dari Rp750.000 sampai Rp15 juta. Yang sudah tembus jika disenter, otomatis lebih mahal,” kata Rizky, pedagang akik asal Garut itu.
Tak hanya dua batu itu, hampir seluruh jenis batu dipajang pada pameran tersebut. Seperti ada black opal, bacan, hingga fosil. Harganya mulai dari yang terjangkau ratusan ribu hingga puluhan juta. Sementara Ketua Panitia Sutrisno mengatakan, pameran Pasar Batu Akik Nusantara tersebut digelar mulai 15 Juni hingga 15 Juli. Sedangkan jumlah peserta pameran mencapai 42 pedagang dari seluruh Indonesia.
”Namun, yang sudah pesan tempat ada 65 pedagang, sebagian lainnya masih ikut pameran di Surabaya dan Malang. Jadi, sepekan ke depan jenis batunya lebih lengkap. Rencananya pasar akik ini akan kami permanenkan,” ujarnya.
Prahayuda febrianto
Salah satu batu akik yang menyedot perhatian pengunjung adalah batu akik jenis klawing bermotif tulisan Arab. Menurut pedagang akik Heri Warsito, motif batu khas Kabupaten Purbalingga tersebut bertuliskan Muhammad dan Habibah. ”Batu klawing itu motifnya tulisan Arab gundul. Setelah saya tanyakan ke teman, katanya bertulisan Muhammad dan Habibah,” kata Heri, pemilik lapak pada stan Purbalingga.
Heri mengaku tidak sengaja menemukan batu klawing bermotif tulisan arab tersebut. Setelah dipotong, batu sempat lama didiamkannya. ”Bahkan sampai saya biarkan berbulanbulan. Saat akan saya olah, baru ketahuan ternyata ada motifnya,” ujarnya.
Dia garap batu itu dengan hati-hati. Jika diolah sembarangan dia khawatir akan rusak motifnya. ”Saya potong hatihati sambil terus bersalawat dan membaca Al-Fatihah. Alhamdulillah sampai saat pengampelasan tidak ada masalah, aman sampai bersih dan mengilap,” tuturnya.
Pada pameran tersebut Heri melego akik andalannya itu tidak murah. Keduanya ditawarkannya hingga puluhan juta. ”Batu yang bertulisan Muhammad saya tawarkan Rp45 juta. Sedang yang bertulisan habibah Rp65 juta, sebab ukurannya lebih besar,” paparnya.
Tak mau ketinggalan batu akik pancawarna khas Garut, Jawa Barat. Pemilik lapak mengklaim batu tersebut merupakan salah satu batu yang dijadikan suvenir dalam gelaran internasional Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung beberapa waktu lalu. ”Harga bervariasi, dari Rp750.000 sampai Rp15 juta. Yang sudah tembus jika disenter, otomatis lebih mahal,” kata Rizky, pedagang akik asal Garut itu.
Tak hanya dua batu itu, hampir seluruh jenis batu dipajang pada pameran tersebut. Seperti ada black opal, bacan, hingga fosil. Harganya mulai dari yang terjangkau ratusan ribu hingga puluhan juta. Sementara Ketua Panitia Sutrisno mengatakan, pameran Pasar Batu Akik Nusantara tersebut digelar mulai 15 Juni hingga 15 Juli. Sedangkan jumlah peserta pameran mencapai 42 pedagang dari seluruh Indonesia.
”Namun, yang sudah pesan tempat ada 65 pedagang, sebagian lainnya masih ikut pameran di Surabaya dan Malang. Jadi, sepekan ke depan jenis batunya lebih lengkap. Rencananya pasar akik ini akan kami permanenkan,” ujarnya.
Prahayuda febrianto
(ftr)