Hunian Tanpa Konsep
A
A
A
Butet Kartaredjasa membangun huniannya tanpa konsep. Yang ia kedepankan hanya nuansa alami dan serbaterbuka, hingga menciptakan rumah nan nyaman sekaligus enak dihuni. Tak ada dinding penyekat yang masif di sana. Melainkan sebuah bangunan yang mencerminkan satu kesatuan dari ruang-ruang yang terpisah.
Rumah Butet terkesan sangat lapang berkat ”konsep” serbaterbuka yang diusungnya itu. Antara ruang satu dengan ruang yang lain nyaris tidak tertutup oleh sekat. Ayah tiga anak ini menilai, banyaknya ruang terbuka akan membuat penghuni rumah berikut lingkungan di sekitarnya menjadi lebih sehat.
Bahkan untuk urusan penamaan dan fungsi ruang, bisa dibilang pria bernama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa ini tidak terlalu mementingkannya. Semua ruang bisa menjadi ruang utama, ruang santai, ataupun ruang keluarga, tergantung yang ingin menggunakannya. Butet memang membebaskan semua anggota keluarga, kerabat dan koleganya untuk berada di mana saja.
Kecuali kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang menjadi area privasi di rumah ini. Sejatinya Butet tak tahu konsep rumah dia yang sebenarnya. Secara tegas pria kelahiran 1961 ini mengatakan bahwa rumahnya memang tidak mengusung konsep tertentu. Dia hanya menginginkan rumah yang nyaman dan enak dihuni.
Tak masalah bila materialnya sebagian besar berasal dari rumah lama milik orang tua, atau bangunan rumah sakit tentara yang berada di Magelang, misalnya. ”Tidak ada konsep. Saya tidak mau terjebak dalam konsep rumah minimalis atau apa, karena yang terpenting rumah itu enak ditinggali, terbuka, banyak pohon, ada udara segar, dan jalur sirkulasi yang baik.
Dengan begitu angin bisa terasa, sementara AC hanya digunakan sesekali,” ujar Butet. Unsur-unsur tradisional Jawa jelas terlihat pada bangunan ini. Ada daun jendela kamar yang panjang dan besar, lantai terakota pada teras, daun jendela maupun daun pintu kayu jati nan lebar, bentuk-bentuk limasan, juga tak ketinggalan joglo. Unsur kayu banyak digunakan, seperti tampak pada bagian lantai, kamar, serta anak tangga.
Selain kayu, Butet juga mengaplikasikan cukup banyak material keramik dan batu alam. Sebagai seniman dan budayawan, tentu Butet menempatkan banyak benda seni di dalam huniannya. Patung, lukisan, bahkan koleksi bungkus rokok tampak menghiasi bagian-bagian rumah ini.
Benda dekoratif bernuansa Jawa dan Tiongkok menjadi pilihan Butet, termasuk barang-barang dari kayu, rotan, dan logam. Alumni ISI Yogyakarta ini juga menyimpan banyak lukisan yang ia buat sendiri. Karya-karya Butet itu tertata rapi di sebuah ruangan khusus di lantai dua.
Siti estuningsih
Rumah Butet terkesan sangat lapang berkat ”konsep” serbaterbuka yang diusungnya itu. Antara ruang satu dengan ruang yang lain nyaris tidak tertutup oleh sekat. Ayah tiga anak ini menilai, banyaknya ruang terbuka akan membuat penghuni rumah berikut lingkungan di sekitarnya menjadi lebih sehat.
Bahkan untuk urusan penamaan dan fungsi ruang, bisa dibilang pria bernama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa ini tidak terlalu mementingkannya. Semua ruang bisa menjadi ruang utama, ruang santai, ataupun ruang keluarga, tergantung yang ingin menggunakannya. Butet memang membebaskan semua anggota keluarga, kerabat dan koleganya untuk berada di mana saja.
Kecuali kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang menjadi area privasi di rumah ini. Sejatinya Butet tak tahu konsep rumah dia yang sebenarnya. Secara tegas pria kelahiran 1961 ini mengatakan bahwa rumahnya memang tidak mengusung konsep tertentu. Dia hanya menginginkan rumah yang nyaman dan enak dihuni.
Tak masalah bila materialnya sebagian besar berasal dari rumah lama milik orang tua, atau bangunan rumah sakit tentara yang berada di Magelang, misalnya. ”Tidak ada konsep. Saya tidak mau terjebak dalam konsep rumah minimalis atau apa, karena yang terpenting rumah itu enak ditinggali, terbuka, banyak pohon, ada udara segar, dan jalur sirkulasi yang baik.
Dengan begitu angin bisa terasa, sementara AC hanya digunakan sesekali,” ujar Butet. Unsur-unsur tradisional Jawa jelas terlihat pada bangunan ini. Ada daun jendela kamar yang panjang dan besar, lantai terakota pada teras, daun jendela maupun daun pintu kayu jati nan lebar, bentuk-bentuk limasan, juga tak ketinggalan joglo. Unsur kayu banyak digunakan, seperti tampak pada bagian lantai, kamar, serta anak tangga.
Selain kayu, Butet juga mengaplikasikan cukup banyak material keramik dan batu alam. Sebagai seniman dan budayawan, tentu Butet menempatkan banyak benda seni di dalam huniannya. Patung, lukisan, bahkan koleksi bungkus rokok tampak menghiasi bagian-bagian rumah ini.
Benda dekoratif bernuansa Jawa dan Tiongkok menjadi pilihan Butet, termasuk barang-barang dari kayu, rotan, dan logam. Alumni ISI Yogyakarta ini juga menyimpan banyak lukisan yang ia buat sendiri. Karya-karya Butet itu tertata rapi di sebuah ruangan khusus di lantai dua.
Siti estuningsih
(bbg)