Pakistan Darurat Gelombang Panas

Rabu, 24 Juni 2015 - 10:19 WIB
Pakistan Darurat Gelombang Panas
Pakistan Darurat Gelombang Panas
A A A
KARAWACHI - Jumlah korban tewas akibat gelombang panas di Pakistan terus bertambah. Hingga kemarin tercatat sedikitnya 572 orang tewas. Pemerintah menyatakan kondisi darurat.

Badan Penanggulangan Bencana Nasional(NDMA) mengatakan telah menerima perintah dari Perdana Menteri (PM) Nawaz Sharif untuk melakukan langkah-langkah tanggap darurat. Tentara juga dikerahkan untuk mendirikan pusat-pusat penanganan korban dan membantu NDMA dalam menanggulangi bencana nasional ini.

Selain itu, gedung sekolah dan perkantoran di Provinsi Sindh, Pakistan, juga diliburkan. Kepala Menteri Sindh Qaim Ali Shah mengatakan, kegiatan belajar mengajar (KBM) dan jam kantor akan kembali seperti semula jika suhu di Pakistan memasuki fase normal. Menurut para pakar klimatologi, suhu di Pakistan akan turun dalam waktu relatif dekat, seiring segera datangnya musim penghujan.

Sebagian masyarakat muslim Pakistan menghadapi tantangan yang berat karena gelombang panas terjadi saat Ramadan. Mereka, terutama di wilayah Karachi, diminta minum cukup air saat sahur. Sejak Jumat (19/6) suhu panas maksimum di Karachi mencapai 45 derajat Celsius pada siang hari. Berdasarkan laporan resmi pemerintah, korban tewas paling banyak terjadi di Karachi.

Sedikitnya 300 orang tewas di ibu kota Pakistan itu. Sebagian besar dari mereka merupakan orang lanjut usia (lansia) berumur 50 tahun ke atas. Daya tahan tubuh mereka kian melemah setelah terkena dehidrasi, sesak napas, heat stroke,atau suhu tubuh yang terlampau panas. Total korban tewas akibat gelombang panas di Karachi dan beberapa kota di bagian selatan Sindh melebihi 400 orang.

”Karachi menampung jumlah korban paling besar,” bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Pakistan, dikutip AFP. Sekitar 172 orang juga meninggal dengan gejala yang sama di beberapa teritorial lainnya. Suhu panas maksimum di Karachi hampir menyamai rekor suhu panas maksimum yang pernah tercatat pada Juni 1979. Saat itu suhu panas maksimum di Karachi mencapai 47 derajat Celsius.

Ahli meteorologi Mohammad Hanif mengatakan, gelombang panas yang saat ini terjadi di Pakistan merupakan peristiwa yang sangat langka. Namun, Direktur Jenderal (Dirjen) Departemen Meteorologi Ghulam Rasool meminta masyarakat tidak perlu cemas. ”Kami kira angin laut akan terjadi beberapa kali pada malam ini (malam kemarin).

Suhu di beberapa kota seperti Karachi akan turun mengingat musim penghujan akan mulai memasuki wilayah pesisir Sindh,” katanya, dilansir Reuters. Kepala Departemen Gawat Darurat Rumah Sakit (RS) Jinnah, Seemin Jamali, mengatakan lebih dari 100 orang meninggal di rumah sakit tersebut. ”Kebanyakan merupakan lansia. Mereka meninggal karena terserang heat stroke,” ujarnya.

”Sebagian memang sudah meninggal saat dibawa ke rumah sakit dan sebagian meninggal saat perawatan,” sambungnya. Jamali melanjutkan, jumlah pasien yang masuk ke RS Jinnah terus bertambah setiap hari. ”Saat ini kami juga masih menangani ratusan pasien dengan penyakit serupa seperti ada demam atau dehidrasi. Rumah penampungan jenazah yang ada di kota juga kehabisan ruang,” tandas Jinnah.

Sebagian jenazah sudah mulai dikebumikan. Suhu sangat panas di Pakistan memaksa masyarakat menggunakanair conditioner( AC) secara berlebihan. Akibatnya, pasokan listrik ke beberapa area terputus. Pemutusan aliran listrik itu mengancam terhambatnya sistem penyediaan air bersih yang terhubung hampir ke seluruh rumah di Karachi.

Sebelumnya PM Nawaz Sharif memperingatkan perusahaan pemasok listrik bahwa dia tidak akan memberikan toleransi atas kebijakan pemutusan aliran listrik. Pasukan paramiliter ikut membantu dengan membangunperkemahanmedis di beberapa titik di Karachi. Di sana mereka menyediakan air minum dan garam antidehidrasi.

Tidak sedikit warga yang tidak puas dengan lambatnya langkah pemerintah dalam menangani krisis ini. Mereka bahkan sampai memblokade jalan sebagai bentuk protes. Partai oposisi juga menyerang pemerintah untuk alasan yang sama. Seorang anggota parlemen meminta agar AC di ruang parlemen dimatikan selama sejam untuk menunjukkan solidaritas terhadap penderitaan rakyat.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5080 seconds (0.1#10.140)