Kota Wisata Batu Menyapa Dunia
A
A
A
BATU - Keberadaan Candi Songgoriti di Kelurahan Songgokerto menjadi salah satu bukti bahwa sejak zaman Kerajaan Mataram, wilayah Kota Wisata Batu (KWB) sudah dikenal masyarakat luas sebagai daerah tujuan wisata.
Berbagai situs Linga dan Yoni serta Patirtan menandakan kalau di kota ini pernah dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi petinggi kerajaan. Bukti lain kalau kota berudara sejuk di lereng Gunung Arjuno dan Panderman serta Welirang ini sudah dikenal sejak zaman dulu ada sebuah testimoni, tulisan tangan dari Presiden Soekarno saat tinggal di Vila Bima Sakti dalam kawasan Pemandian Selecta.
Tulisan yang dibingkai itu berbunyi “Kenangkenangan pada Selecta tetap hidup dalam ingatan saja. Bukan saja karena tamasya yang indah, tetapi juga karena di Selecta itu beberapa putusan penting mengenai perjuangan negara telah saya ambil.” Dalam tulisan tangan Soekarno tersurat sebuah kekaguman tentang keindahan alam KWB.
Secara astronomis KWB terletak pada posisi 112o 1710.90” Bujur Timur, dan 7o4455,11”-8o 2635.45 Lintang Selatan. Kemudian sejak tahun 2001, KWB memisahkan diri dari wilayah administrasi Kabupaten Malang. Batas administrasi wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, dan Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dau, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, serta dengan Kabupaten Blitar. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Jumlah penduduk Kota Batu mencapai 200 ribu jiwa. Mereka tinggal di 19 desa dan lima kelurahan.
Luas wilayah Kota Batu mencapai 19.908.72 Ha (199.08 km2). Suhu udara rata-rata di kota ini mencapai 18-24o C. Dilihat dari topografinya, wilayah KWB terdiri dari perbukitan dan lembah sehingga menyajikan sebuah keindahan alam yang tiada tara. Hutan, gunung, lembah, dan kesediaan air yang melimpah menjadikan kota ini sangat nyaman dijadikan sebagai tempat peristirahatan dan tempat berwisata.
Dengan kekayaan alam melimpah, KWB inginmenyapa dunia. Pada awal kepemimpinan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko (ER) bersama Budiono tahun 2007- 2012, salah satu visinya adalah pengembangan pariwisata berbasis pertanian. Sekarang pada masa kepemimpinannya yang kedua bersama Punjul Santoso. ER memiliki visi pengembangan pariwisata bertaraf internasional.
Gayung bersambut, ide cemerlang dari ER langsung ditangkap berbagai pihak. Investor dari luar kota terus berlomba- lomba menanamkan modal di Kota Batu. Masyarakat Kota Batu yang setiap bekerja sebagai petani, peternak sapi perah, dan berdagang, juga tidak mau ketinggalan.
Masyarakat mendirikan home stay, warung makan, pusat oleh-oleh, dan usaha lain yang menunjung visi dan misi Wali Kota Batu ER. Gagasan wali kota mengembangkan pariwisata internasional terkesan nyeleneh . Karena di KWB tidak terdapat bandara internasional sebagai pintu keluar masuk wisatawan asing layaknya seperti di Pulau Bali.
Namun, konsep dan pemikiran wali kota terhadap pengembangan pariwisata bertaraf internasional tidak semata-mata harus mendatangkan wisatawan asing ke KWB. Menurut wali kota, konsep pengembangan pariwisata internasional wujudnya bisa berupa wahana permainan di dalam objek wisata menyerupai dengan permainan yang ada di luar negeri.
Hal lain yang bisa dicontoh dari pengembangan pariwisata berbasis internasional adalah budaya tertib, budaya menjaga kebersihan, serta budaya sopan santun terhadap seluruh tamu yang hadir di Kota Batu. “Sebagian besar rakyat KWB tinggal di perdesaan. Mereka terus kami dorong supaya tertib dan patuh berlalu lintas. Disiplin menjaga kebersihan lingkungannya serta tidak mengambil keuntungan sesaat pada wisatawan yang berlibur ke Kota Batu.
Hal-hal semacam itu merupakan bagian dari pengembangan pariwisata internasional,” katanya. ER kemudian bercerita tentang kebersihan dan ketertiban kota di Singapura. Masyarakat Singapura sangat patuh terhadap peraturan lalu lintas dan selalu menjaga kebersihan dan keindahan kotanya. Dia berharap masyarakat Kota Batu bisa berbuat semacam itu. Harapannya, wisatawan yang berlibur ke Kota Batu merasa nyaman dan aman.
Apabila wisatawannya merasa aman dan nyaman, pasti mereka akan tinggal lebih lama di kota ini. Berikutnya keuntungan yang diraih masyarakat sangat banyak. Penjual makanan dan minumannya akan meraih untung besar. Pengusaha hotel juga merasakan hal sama. Kalau jumlah wisatawan yang bermalam di KWB tambah banyak, pasti mendongkrak penghasilan petani.
Produk sayur-mayur dan buah-buahan dari petani pasti terjual dengan laris. Kemudian imbasnya lagi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Batu. Gagasan Wali Kota Batu mengembangkan pariwisata bertaraf internasional diawali dengan pembuatan logo “Shining Batu”, yang artinya Kota Batu akan terus bersinar.
Logo Shining Batu terdiri dari tiga warna dasar, hijau mewakili potensi pertanian, merah mewakili potensi pendidikan, dan kuning mewakili potensi pariwisatanya. Sebagai gambaran, tahun 2007-2008, awal ER menjabat sebagai Wali Kota Batu. Jumlah objek wisatanya hanya Pemandian Songgoriti, Pemandian Selecta, dan Jatim Park 1. Memasuki tahun 2009, investor dari luar Kota Batu terus menanamkan investasinya. Dengan begitu kini muncul objek wisata dan pusat perbelanjaan modern.
Mulai tahun 2009 telah berdiri objek wisata malam Batu Night Spectacular (BNS) di Desa Oro Oro Ombo. Disusul berdiri Museum Satwa dan Batu Secret Zoo. Menurut ER, pertumbuhan usaha pariwisata telah membawa banyak perubahan bagi penduduk Kota Batu. Dengan begitu manfaat yang bisa dirasakan antara lain jumlah pengangguran dan angka kemiskinan turun.
Kondisi kota lebih tertata dengan rapi dan indah, angka kriminalitas juga turun tajam, dan peluang usaha tambah banyak. “Rakyat kami memang tinggal di desa-desa dan bekerja sebagai petani dan peternak. Alhamdulillah, rezeki mereka seperti orang kota. Karena sanggup mengembangkan potensi sumber daya alamnya,” ujarnya.
Maman adi saputro
Berbagai situs Linga dan Yoni serta Patirtan menandakan kalau di kota ini pernah dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi petinggi kerajaan. Bukti lain kalau kota berudara sejuk di lereng Gunung Arjuno dan Panderman serta Welirang ini sudah dikenal sejak zaman dulu ada sebuah testimoni, tulisan tangan dari Presiden Soekarno saat tinggal di Vila Bima Sakti dalam kawasan Pemandian Selecta.
Tulisan yang dibingkai itu berbunyi “Kenangkenangan pada Selecta tetap hidup dalam ingatan saja. Bukan saja karena tamasya yang indah, tetapi juga karena di Selecta itu beberapa putusan penting mengenai perjuangan negara telah saya ambil.” Dalam tulisan tangan Soekarno tersurat sebuah kekaguman tentang keindahan alam KWB.
Secara astronomis KWB terletak pada posisi 112o 1710.90” Bujur Timur, dan 7o4455,11”-8o 2635.45 Lintang Selatan. Kemudian sejak tahun 2001, KWB memisahkan diri dari wilayah administrasi Kabupaten Malang. Batas administrasi wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, dan Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dau, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, serta dengan Kabupaten Blitar. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Jumlah penduduk Kota Batu mencapai 200 ribu jiwa. Mereka tinggal di 19 desa dan lima kelurahan.
Luas wilayah Kota Batu mencapai 19.908.72 Ha (199.08 km2). Suhu udara rata-rata di kota ini mencapai 18-24o C. Dilihat dari topografinya, wilayah KWB terdiri dari perbukitan dan lembah sehingga menyajikan sebuah keindahan alam yang tiada tara. Hutan, gunung, lembah, dan kesediaan air yang melimpah menjadikan kota ini sangat nyaman dijadikan sebagai tempat peristirahatan dan tempat berwisata.
Dengan kekayaan alam melimpah, KWB inginmenyapa dunia. Pada awal kepemimpinan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko (ER) bersama Budiono tahun 2007- 2012, salah satu visinya adalah pengembangan pariwisata berbasis pertanian. Sekarang pada masa kepemimpinannya yang kedua bersama Punjul Santoso. ER memiliki visi pengembangan pariwisata bertaraf internasional.
Gayung bersambut, ide cemerlang dari ER langsung ditangkap berbagai pihak. Investor dari luar kota terus berlomba- lomba menanamkan modal di Kota Batu. Masyarakat Kota Batu yang setiap bekerja sebagai petani, peternak sapi perah, dan berdagang, juga tidak mau ketinggalan.
Masyarakat mendirikan home stay, warung makan, pusat oleh-oleh, dan usaha lain yang menunjung visi dan misi Wali Kota Batu ER. Gagasan wali kota mengembangkan pariwisata internasional terkesan nyeleneh . Karena di KWB tidak terdapat bandara internasional sebagai pintu keluar masuk wisatawan asing layaknya seperti di Pulau Bali.
Namun, konsep dan pemikiran wali kota terhadap pengembangan pariwisata bertaraf internasional tidak semata-mata harus mendatangkan wisatawan asing ke KWB. Menurut wali kota, konsep pengembangan pariwisata internasional wujudnya bisa berupa wahana permainan di dalam objek wisata menyerupai dengan permainan yang ada di luar negeri.
Hal lain yang bisa dicontoh dari pengembangan pariwisata berbasis internasional adalah budaya tertib, budaya menjaga kebersihan, serta budaya sopan santun terhadap seluruh tamu yang hadir di Kota Batu. “Sebagian besar rakyat KWB tinggal di perdesaan. Mereka terus kami dorong supaya tertib dan patuh berlalu lintas. Disiplin menjaga kebersihan lingkungannya serta tidak mengambil keuntungan sesaat pada wisatawan yang berlibur ke Kota Batu.
Hal-hal semacam itu merupakan bagian dari pengembangan pariwisata internasional,” katanya. ER kemudian bercerita tentang kebersihan dan ketertiban kota di Singapura. Masyarakat Singapura sangat patuh terhadap peraturan lalu lintas dan selalu menjaga kebersihan dan keindahan kotanya. Dia berharap masyarakat Kota Batu bisa berbuat semacam itu. Harapannya, wisatawan yang berlibur ke Kota Batu merasa nyaman dan aman.
Apabila wisatawannya merasa aman dan nyaman, pasti mereka akan tinggal lebih lama di kota ini. Berikutnya keuntungan yang diraih masyarakat sangat banyak. Penjual makanan dan minumannya akan meraih untung besar. Pengusaha hotel juga merasakan hal sama. Kalau jumlah wisatawan yang bermalam di KWB tambah banyak, pasti mendongkrak penghasilan petani.
Produk sayur-mayur dan buah-buahan dari petani pasti terjual dengan laris. Kemudian imbasnya lagi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Batu. Gagasan Wali Kota Batu mengembangkan pariwisata bertaraf internasional diawali dengan pembuatan logo “Shining Batu”, yang artinya Kota Batu akan terus bersinar.
Logo Shining Batu terdiri dari tiga warna dasar, hijau mewakili potensi pertanian, merah mewakili potensi pendidikan, dan kuning mewakili potensi pariwisatanya. Sebagai gambaran, tahun 2007-2008, awal ER menjabat sebagai Wali Kota Batu. Jumlah objek wisatanya hanya Pemandian Songgoriti, Pemandian Selecta, dan Jatim Park 1. Memasuki tahun 2009, investor dari luar Kota Batu terus menanamkan investasinya. Dengan begitu kini muncul objek wisata dan pusat perbelanjaan modern.
Mulai tahun 2009 telah berdiri objek wisata malam Batu Night Spectacular (BNS) di Desa Oro Oro Ombo. Disusul berdiri Museum Satwa dan Batu Secret Zoo. Menurut ER, pertumbuhan usaha pariwisata telah membawa banyak perubahan bagi penduduk Kota Batu. Dengan begitu manfaat yang bisa dirasakan antara lain jumlah pengangguran dan angka kemiskinan turun.
Kondisi kota lebih tertata dengan rapi dan indah, angka kriminalitas juga turun tajam, dan peluang usaha tambah banyak. “Rakyat kami memang tinggal di desa-desa dan bekerja sebagai petani dan peternak. Alhamdulillah, rezeki mereka seperti orang kota. Karena sanggup mengembangkan potensi sumber daya alamnya,” ujarnya.
Maman adi saputro
(bbg)