Pasang Surut Hubungan RI-Australia

Senin, 22 Juni 2015 - 09:17 WIB
Pasang Surut Hubungan...
Pasang Surut Hubungan RI-Australia
A A A
Hubungan Indonesia - Australia sedang diuji dengan berbagai tantangan. Sebagai negara tetangga, dua negara saling membutuhkan. Namun, akhir-akhir ini berbagai isu sensitif membuat hubungan kedua negara tegang.

Ketegangan Indonesia-Australia bahkan selalu menjadi berita utama (headline ) sejumlah media kedua negara.

Kasus terbaru yang membuat hubungan kedua negara terganggu yaitu isu penyuapan yang dilakukan aparat Australia terhadap kru kapal yang membawa 65 pencari suaka asal Bangladesh, Myanmar, dan Sri Lanka saat dalam perjalanan ke Selandia Baru. Mereka meminta enam kru kapal yang mengangkut pencari suaka agar kembali ke perairan Indonesia dengan memberikan uang masing-masing USD5.000 (sekitar 66,7 juta).

Terkait laporan ini, Perdana Menteri(PM) AustraliaTony Abbotttidak membantah dan justru mengapresiasi langkah petugaspenjagapantaiAustralia. ”Pemerintah Australia akan melakukan apa pun yang perlu kita lakukan untuk menghentikan perdagangan jahat ini (penyelundupan manusia),” kata Abbott kepada stasiun radio 3AW belum lama ini.

Dalam kasus ini Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi bertemu Dubes Australia untuk Indonesia Paul Grigson dan meminta agar Australia mengklarifikasi tuduhan itu. Validasi informasi itu penting sebab Indonesia dan Australia perlu menjaga kepercayaan satu sama lain. Sebelumnya kasus yang cukup menghebohkan yaitu langkah Pemerintah Australia yang sempat memulangkan Paul Grigson untuk berkonsultasi dengan Pemerintah Australia soal hubungan bilateral kedua negara sebelum akhirnya dikembalikan lagi ke Jakarta.

Penarikan ini sebagai respons Australia atas eksekusi mati dua warga negaranya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. ”Kami menghargai kedaulatan Indonesia, tapi eksekusi mati ini bukan hal sederhana yang bisa dilupakan begitu saja,” kata Abbott dalam konferensi pers di kantornya seperti yang dilansirSydney Morning Herald, Rabu, 29 April 2015. Hubungan politik Indonesia-Australia juga memanas ketika Australia menyadap telepon seluler sejumlah pejabat tinggi Indonesia, termasuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Indonesia dan Australia sempat bersitegang sebelum akhirnya kedua negara berdamai melalui kesepakatan code of conduct di Bali pada September 2014. Tidak berhenti di situ, kemesraan kedua negara kembali diguncang dengan isu pelucutan senjata Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat mengikuti kompetisi menembak di Australia. Kemlu RI menyatakan hubungan kedua negara tidak akan terpengaruh oleh isu-isu kawasan selama isu itu bukan isu negatif mengenai hubungan bilateral.

Semua permasalahan memiliki jalan keluar. Dalam hal ini, Indonesia akan memprioritaskan jalur diskusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Juru bicara Kemlu Arrmanatha Nassir menggambarkan hubungan Indonesia- Australia ibarat sepasang suami-istri dalam menjalani biduk pernikahan.

”Kami mengerti bahwa kami saat ini sedang berada dalam masa-masa sulit dalam kemitraan kami. Namun, ada pepatah mengatakan, ketika Anda memiliki pertemanan yang dekat, masa-masa sulit selalu datang dan pergi. Seperti pernikahan, Anda bertengkar di pagi hari dan kemudian berbaikan di malam harinya,” kata Arrmanatha beberapa waktu lalu.

Beberapa ahli hubungan internasional, baik di Indonesia ataupun Australia, menilai rusaknya hubungan Indonesia dan Australia akan merugikan Australia, apalagi kalau sampai putus. Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar keempat terbesar di dunia pada 2050. Indonesia akan berada di belakang China dan India. Indonesia dan Australia tidak ditampik lagi memerlukan satu sama lain.

Dengan penduduk mencapai 253 juta jiwa, Indonesia menjadi tetangga terdekat Australia yang menguntungkan. Tidak heran jika Kemlu Australia sering menggambarkan Indonesia sebagai salah satu mitra paling penting karena potensi pasarnya yang menjanjikan. Neraca perdagangan Indonesia dan Australia mencapai AUD14,9 miliar pada 2013. Indonesia menjadi mitra perdagangan terbesar ke-12 Australia. Sebagian besar barang ekspor yang dikirim Australia ke Indonesia ialah sapi, gandum, gula, katun, dan aluminium. Sementara itu, transaksi jasa kedua negara mencapai AUD3,7 miliar.

Hubungan Indonesia- Australia diperkuat dengan kemitraan strategis pada 2010. Kedua negara sepakat untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan keamanan dan pembagian intelijen. Pada 2012, disepakati penyusunan kerja sama pertahanan (Defense Cooperation Arrangement ). Indonesia dan Australia juga bekerja sama dalam pemberantasan paham radikal, terutama sejak insiden bom Bali yang menewaskan 88 warga Australia pada 2002.

Saat ini kedua negara saling bahu-membahu dalam penerapan hukum, pengadilan, keamanan transportasi dan perbatasan, dan keamanan kimia, biologi, radiologi, nuklir, serta bahan peledak. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Australia pada akhir November 2014 untuk memenuhi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20, sedangkan PM Tony Abbott sudah tiga kali melakukan kunjungan resmi ke Indonesia sejak 2013.

SBY juga sering mengunjungi Australia sampai empat kali, lebih banyak dari pendahulunya. Namun, kerja sama kedua negara sempat menurun. Australia memotong hampir 40% bantuan ke Indonesia. Bantuan Australia cenderung untuk pendidikan seperti beasiswa.

Muh shamil
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5686 seconds (0.1#10.140)