Transportasi Jakarta Dari Masa Ke Masa
A
A
A
1869
Tramwayatau kereta yang ditarik oleh empat kuda berjalan di atas rel besi yang dapat mengangkut 38-40 penumpang. Istilah “kuda gigit besi” terkenal pada masa ini karena kuda yang dipakai untuk menjalankan tramway harus menggigit besi yang kemudian ditambatkan di tali kendali.
Tramway ditiadakan karena banyaknya kuda yang mati akibat kelelahan dan juga akibat kotoran kuda yang menghiasi jalanan ibu kota kala itu. Delman atau alat transportasi umum yang ditarik oleh satu/dua ekor kuda turut menghiasi jalanan. Selain delman, di jalanan Batavia juga terdapat embro atau kereta kuda bertenda.
1881
Kereta uap (trem uap) mulai beroperasi di Jakarta. Trem uap ini beroperasi dengan tarif berdasarkan warna kulit, yakni kelas 1 (tarif 20 sen) untuk warga Eropa dan keturunannya), kelas 2 (tarif 10 sen) untuk warga Tionghoa, Arab, dan bangsawan pribumi, dan kelas 3 untuk warga pribumi umum, dan kelas yang diperuntukkan bagi warga yang membawa binatang peliharaan
1897
Munculnya trem listrik, namun pada 1960 (masa Wali Kota Sudiro), ditiadakan oleh Presiden Sukarno
1930
Kereta rel listrik (KRL) mulai dioperasikan di Batavia dengan rute Batavia – Buitenzorg (Bogor). Seiring berjalannya waktu, terdapat dua jenis kereta listrik non AC (ekonomi) dan AC hingga akhirnya pada tahun 2013, kereta ekonomi berhenti beroperasi.
1950-1960
Oplet sangat terkenal di Jakarta hingga akhirnya pada 1980, kendaraan ini punah dari jalanan ibu kota dan digantikan dengan mikrolet (singkatan mikro / mini dan oplet).
1962
Munculnya Bemo (Becak Motor) atau jenis kendaraan yang terbuka di bagian belakang dan dapat mengangkut 6 orang dan dari alat transportasi inilah, muncul istilah “adu lutut”. Hingga saat ini, bemo masih dapat ditemui di sejumlah jalanan ibukota seperti Manggarai. Metromini mulai dioperasikan di Jakarta pertama kali untuk alat transportasi selama GANEFO (kompetisi olahraga yang dibuat oleh Presiden Soekarno). Dulu, metromini disebut juga dengan Metro yang diambil dari nama perusahaan asal Jepang.
1970
Bus kota mulai menguasai jalanan Jakarta. Becak masih diminati oleh penduduk Jakarta hingga becak dilarang beroperasi di Jakarta dengan dikeluarkannya aturan Perda Nomor 8 Tahun 2007.
1971
Helicak mulai memasuki Jakarta. Nama Helicak merupakan singkatan dari Helikopter dan Becak tetapi Helicak ini memiliki mesin menyerupai mesin pada motor Vespa. Helicak dipercaya punah dari jalanan Jakarta pada 2004. 1975 Bajaj mulai masuk ke Jakarta. Nama alat transportasi ini diambil dari nama perusahaan automotif asal India, Bajaj Auto. Bajaj generasi pertama berwarna oranye kemerahan dan bajaj generasi pertama ini sering mendapatkan protes masyarakat akibat asap dan suara yang ditimbulkan.
1980an
Masuknya bus bertingkat. Bus bertingkat ini menyerupai bus bertingkat yang ada di London tetapi bus ini tidak bertahan lama. Namun, pada 2014, bus tingkat kembali beroperasi di Jakarta dengan nama “City Tour“ sehingga bus ini diperuntukkan bagi pariwisata di Ibu Kota.
2004
Trans Jakarta sebagai salah satu Bus Rapid Transit mulai beroperasi di Jakarta dengan rute Koridor 1 (Blok M – Kota). Saat ini, Transjakarta dioperasikan dengan bahan bakar gas dan terdapat beberapa Transjakarta yang mempunyai sistem gandeng. (disarikan dari berbagai sumber)
Wilujeng Mugi Rahayu
Tramwayatau kereta yang ditarik oleh empat kuda berjalan di atas rel besi yang dapat mengangkut 38-40 penumpang. Istilah “kuda gigit besi” terkenal pada masa ini karena kuda yang dipakai untuk menjalankan tramway harus menggigit besi yang kemudian ditambatkan di tali kendali.
Tramway ditiadakan karena banyaknya kuda yang mati akibat kelelahan dan juga akibat kotoran kuda yang menghiasi jalanan ibu kota kala itu. Delman atau alat transportasi umum yang ditarik oleh satu/dua ekor kuda turut menghiasi jalanan. Selain delman, di jalanan Batavia juga terdapat embro atau kereta kuda bertenda.
1881
Kereta uap (trem uap) mulai beroperasi di Jakarta. Trem uap ini beroperasi dengan tarif berdasarkan warna kulit, yakni kelas 1 (tarif 20 sen) untuk warga Eropa dan keturunannya), kelas 2 (tarif 10 sen) untuk warga Tionghoa, Arab, dan bangsawan pribumi, dan kelas 3 untuk warga pribumi umum, dan kelas yang diperuntukkan bagi warga yang membawa binatang peliharaan
1897
Munculnya trem listrik, namun pada 1960 (masa Wali Kota Sudiro), ditiadakan oleh Presiden Sukarno
1930
Kereta rel listrik (KRL) mulai dioperasikan di Batavia dengan rute Batavia – Buitenzorg (Bogor). Seiring berjalannya waktu, terdapat dua jenis kereta listrik non AC (ekonomi) dan AC hingga akhirnya pada tahun 2013, kereta ekonomi berhenti beroperasi.
1950-1960
Oplet sangat terkenal di Jakarta hingga akhirnya pada 1980, kendaraan ini punah dari jalanan ibu kota dan digantikan dengan mikrolet (singkatan mikro / mini dan oplet).
1962
Munculnya Bemo (Becak Motor) atau jenis kendaraan yang terbuka di bagian belakang dan dapat mengangkut 6 orang dan dari alat transportasi inilah, muncul istilah “adu lutut”. Hingga saat ini, bemo masih dapat ditemui di sejumlah jalanan ibukota seperti Manggarai. Metromini mulai dioperasikan di Jakarta pertama kali untuk alat transportasi selama GANEFO (kompetisi olahraga yang dibuat oleh Presiden Soekarno). Dulu, metromini disebut juga dengan Metro yang diambil dari nama perusahaan asal Jepang.
1970
Bus kota mulai menguasai jalanan Jakarta. Becak masih diminati oleh penduduk Jakarta hingga becak dilarang beroperasi di Jakarta dengan dikeluarkannya aturan Perda Nomor 8 Tahun 2007.
1971
Helicak mulai memasuki Jakarta. Nama Helicak merupakan singkatan dari Helikopter dan Becak tetapi Helicak ini memiliki mesin menyerupai mesin pada motor Vespa. Helicak dipercaya punah dari jalanan Jakarta pada 2004. 1975 Bajaj mulai masuk ke Jakarta. Nama alat transportasi ini diambil dari nama perusahaan automotif asal India, Bajaj Auto. Bajaj generasi pertama berwarna oranye kemerahan dan bajaj generasi pertama ini sering mendapatkan protes masyarakat akibat asap dan suara yang ditimbulkan.
1980an
Masuknya bus bertingkat. Bus bertingkat ini menyerupai bus bertingkat yang ada di London tetapi bus ini tidak bertahan lama. Namun, pada 2014, bus tingkat kembali beroperasi di Jakarta dengan nama “City Tour“ sehingga bus ini diperuntukkan bagi pariwisata di Ibu Kota.
2004
Trans Jakarta sebagai salah satu Bus Rapid Transit mulai beroperasi di Jakarta dengan rute Koridor 1 (Blok M – Kota). Saat ini, Transjakarta dioperasikan dengan bahan bakar gas dan terdapat beberapa Transjakarta yang mempunyai sistem gandeng. (disarikan dari berbagai sumber)
Wilujeng Mugi Rahayu
(bbg)