Bermodal Batu Akik, Dua Pelaku Bawa Kabur Motor
A
A
A
JAKARTA - Fenomena batu akik di masyarakat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Bermodalkan batu akik, Denis Karo alias Deni, 43, dan Irwan Firdaus Ryadi, 26, berhasil membawa kabur sepeda motor milik korbannya.
Sebelumnya, dua pelaku terlebih dahulu mengelabui korban dengan berpura-pura menanyakan alamat. ”Kemudian setelah dijawab sama korban, mereka memberikan batu akik sebagai tanda terima kasih kepada korban,” ujar Kasubdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Siswo kemarin. Tidak sampai di situ, pelaku juga mengelabui korban dengan memberi tahu bahwa akik tersebut berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
”Setelah akik diterima k o r b a n , p e l a k u menyuruh korban berjalan sekitar 200 langkah dan tidak diperbolehkan melihat ke belakang serta korban diminta pelaku menitipkan tasnya sekaligus kunci kontak motor kepada pelaku,” paparnya. Saat itulah mereka dengan mudahnya membawa kabur sepeda motor dan barang-barang berharga milik korban. Kedua pelaku sudah melakukan aksi pencurian sepeda motor dengan modus serupa sebanyak enam kali.
Terakhir, mereka beraksi di flyover Jalan KH Abdullah Syafei, Kebonbaru, Tebet, Jakarta Selatan, 9 Juni 2015 dengan membawa Suzuki Satria FU 150 warna hitam milik Tri Sutrisno. Setelah melalui pengintaian, polisi berhasil menangkap dua pelaku di Jakarta Utara, Rabu (17/6). Berakhirlah petualangan Deni dan Irwan dengan modus batu akiknya. ”Ada dua temannya lagi yang masih kita buru yakni B dan C,” ucap Siswo. Tersangka Deni mengatakan nekat mencuri sepeda motor karena terbentur masalah ekonomi.
”Saya menganggur dan diajaktemankarenabutuhuang, jadi saya mau ikut,” katanya. Kriminolog Universitas Indonesia Yogo Tri Hendiarto mengungkapkan, kejahatan terjadi karena tiga faktor, yakni ada pelaku, korban, dan kesempatan. Setiap pelaku kejahatan apa pun motifnya selalu mencari peluang baru agar aksinya berhasil. ”Pelakunya mencari titik potensial ketika beraksi. Saat ada pelaku yang potensial, korban potensial, dan situasi yang mendukung, maka terjadilah tindak kriminal,” ujar Yogo.
Agar aksinya berhasil, si pelaku terus mencari cara yang belum diketahui atau belum menjadi perhatian banyak orang, sehingga terobosan cara yang dilakukan bisa memperlancar aksinya. ”Pelaku sudah memiliki pertimbangan risiko tersendiri. Dia terus melakukan upaya lain agar aksinya berhasil,” katanya. Pelaku tindak kriminal umumnya telah membekali dirinya masing-masing.
Mereka bahkan membaca situasi calon korbannya. Untuk itu diperlukan peningkatan kewaspadaan tinggi agar tidak menjadi korban kejahatan. ”Pelaku sudah melihat korbannya. Mereka mengidentifikasi korban sebelum beraksi,” ucapnya.
Helmi syarif/ r ratna purnama
Sebelumnya, dua pelaku terlebih dahulu mengelabui korban dengan berpura-pura menanyakan alamat. ”Kemudian setelah dijawab sama korban, mereka memberikan batu akik sebagai tanda terima kasih kepada korban,” ujar Kasubdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Siswo kemarin. Tidak sampai di situ, pelaku juga mengelabui korban dengan memberi tahu bahwa akik tersebut berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
”Setelah akik diterima k o r b a n , p e l a k u menyuruh korban berjalan sekitar 200 langkah dan tidak diperbolehkan melihat ke belakang serta korban diminta pelaku menitipkan tasnya sekaligus kunci kontak motor kepada pelaku,” paparnya. Saat itulah mereka dengan mudahnya membawa kabur sepeda motor dan barang-barang berharga milik korban. Kedua pelaku sudah melakukan aksi pencurian sepeda motor dengan modus serupa sebanyak enam kali.
Terakhir, mereka beraksi di flyover Jalan KH Abdullah Syafei, Kebonbaru, Tebet, Jakarta Selatan, 9 Juni 2015 dengan membawa Suzuki Satria FU 150 warna hitam milik Tri Sutrisno. Setelah melalui pengintaian, polisi berhasil menangkap dua pelaku di Jakarta Utara, Rabu (17/6). Berakhirlah petualangan Deni dan Irwan dengan modus batu akiknya. ”Ada dua temannya lagi yang masih kita buru yakni B dan C,” ucap Siswo. Tersangka Deni mengatakan nekat mencuri sepeda motor karena terbentur masalah ekonomi.
”Saya menganggur dan diajaktemankarenabutuhuang, jadi saya mau ikut,” katanya. Kriminolog Universitas Indonesia Yogo Tri Hendiarto mengungkapkan, kejahatan terjadi karena tiga faktor, yakni ada pelaku, korban, dan kesempatan. Setiap pelaku kejahatan apa pun motifnya selalu mencari peluang baru agar aksinya berhasil. ”Pelakunya mencari titik potensial ketika beraksi. Saat ada pelaku yang potensial, korban potensial, dan situasi yang mendukung, maka terjadilah tindak kriminal,” ujar Yogo.
Agar aksinya berhasil, si pelaku terus mencari cara yang belum diketahui atau belum menjadi perhatian banyak orang, sehingga terobosan cara yang dilakukan bisa memperlancar aksinya. ”Pelaku sudah memiliki pertimbangan risiko tersendiri. Dia terus melakukan upaya lain agar aksinya berhasil,” katanya. Pelaku tindak kriminal umumnya telah membekali dirinya masing-masing.
Mereka bahkan membaca situasi calon korbannya. Untuk itu diperlukan peningkatan kewaspadaan tinggi agar tidak menjadi korban kejahatan. ”Pelaku sudah melihat korbannya. Mereka mengidentifikasi korban sebelum beraksi,” ucapnya.
Helmi syarif/ r ratna purnama
(ars)