Penuhi Kebutuhan Industri lewat Pendidikan Vokasi

Senin, 15 Juni 2015 - 09:34 WIB
Penuhi Kebutuhan Industri...
Penuhi Kebutuhan Industri lewat Pendidikan Vokasi
A A A
Perkembangan dunia industri membuat kebutuhan tenaga kerja yang ber-qualified sesuai dengan profesi dan keterampilan terkait sangat tinggi. Posisi untuk tenaga kerja profesional itu biasanya diisi oleh orang yang memiliki sertifikasi atau tergolong profesional.

Para profesional itu kerap lahir dari jenjang pendidikan nonsarjana alias diploma yang dikemas dalam bentuk pendidikan vokasi. Dalam jenjang pendidikan ini, mahasiswa ditempa dengan banyak praktik atas ilmu yang ditimba sehingga asupan pengajaran praktik lebih banyak dibandingkan dengan teori.

Berbeda dengan mahasiswa di jenjang kesarjanaan, mereka lebih banyak diberikan ilmu teoritis. Ketika mereka lulus dari perkuliahan, banyak yang terjun ke bidang karier di luar ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Tidak sedikit pula yang menambah ilmu dengan melanjutkan studi ke tingkat magister.

Dengan demikian, keterampilan dari mahasiswa jalur vokasi ini jauh lebih memadai untuk terjun ke dunia kerja dibandingkan jalur kesarjanaan. Mereka diharapkan mampu menjadi profesional di bidang masing-masing. Meski tingkatan gelar yang diperoleh mahasiswa lulusan vokasi hanya berupa ahli madya (Amd) atau ahli muda (AM). Sudah banyak perguruan tinggi maupun swasta yang mengembangkan model pendidikan seperti ini.

Perguruan tinggi tersebut membuka beberapa program studi yang sangat relevan dengan kebutuhan industri seperti bidang pariwisata, manajemen, keuangan, teknologi, teknik sipil, pemasaran, dan sebagainya. Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis mengungkapkan, sejak 2011 UI sangat berkomitmen untuk mengembangkan jenjang pendidikan vokasi.

Program tersebut dibuat untuk memenuhi kebutuhan tenaga profesional yang sangat tinggi. Apalagi, Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015. Bila tidak ada tenaga siap pakai di bidang-bidang yang dibutuhkan industri, peluang kerja itu bisa saja diisi oleh tenaga kerja asing. Akibatnya, tenaga produktif dari Indonesia semakin mendapatkan peluang yang kecil dalam mengembangkan keahlian di dunia kerja.

”Pada MEA nanti industri lebih mencari tenaga kerja siap pakai dengan keahlian yang dimiliki. Bukan orang berpendidikan lebih tinggi,” ungkapnya kepada KORAN SINDO. Selama empat tahun dibuka, jalur vokasi UI terus diminati para lulusan SMA dan SMK. Hingga kini UI membuka enam bidang studi. Semua dikembangkan dalam 11 program studi (prodi) turunan dari masing-masing bidang.

Misalnya pada bidang kedokteran lebih diarahkan untuk keahlian di bidang rumah sakit, fisioterapi, dan okupasi terapi. Begitu juga dengan bidang studi lain. Di bidang komunikasi terdapat beberapa konsentrasi prodi penyiaran, hubungan masyarakat (humas), dan periklanan. Bidang studi lain di UI yakni ilmu manajemen informasi dan dokumen, pariwisata, administrasi, serta akuntansi.

”Lulusan vokasi itu keahliannya antara tingkat manajer dengan operator. Tanpa profesional ini, seorang manajer di sebuah perusahaan tidak bisa bekerja optimal,” sebut Anis. Lebih jauh Anis menuturkan, selama ini masyarakat kurang meminati pendidikan vokasi karena dari penyedia tenaga kerja atau user lebih memandang calon tenaga kerja dari gelar yang dimiliki.

Artinya, lebih memilih lulusan sarjana. Padahal, belum tentu lulusan sarjana yang diterima sesuai kebutuhan posisi karyawan yang dibutuhkan. Akibatnya, industri harus memberikan pendidikan lanjutan. Sedangkan lulusan vokasi, mereka benar-benar diyakini mampu diterjunkan ke lapangan.

Apalagi bagi lulusan vokasi yang sudah mendapatkan sertifikasi profesi dari asosiasi profesinya sehingga tenaga itu lebih dicari oleh user. ”Saya berharap industri lebih memperhatikan skill dari calon tenaga kerja yang akan diterima daripada gelar,” ucapnya.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rochmat Wahab menambahkan, tujuan pendidikan vokasi adalah menciptakan lulusan yang memiliki soft skill tinggi, kreatif, mampu mengembangkan hubungan dan kerja sama dengan lingkungan kerja, serta sanggup mengatasi masalah. ”Biasanya itu tercermin dari watak si calon tenaga kerja,” katanya.

Tingginya keterampilan para lulusan pendidikan vokasi karena mereka diberikan ilmu praktik yang banyak. Sebelum diwisuda, mahasiswa pendidikan vokasi bahkan dimagangkan atau mengikuti praktik kerja industri selama satu hingga dua bulan. Selama di lingkungan itu, mahasiswa vokasi bakal mendapatkan tantangan yang sebenarnya atas ilmu yang mereka miliki.

Ketika menghadapi masalah, mereka mencari solusi dengan baik. Kemampuan mencari solusi tersebut disebabkan oleh interaksi calon lulusan dengan tenaga profesional yang sudah lebih dulu terjalin di ruang industri tersebut. ”Di sini dituntut kemampuan komunikasi yang baik,” ungkapnya.

UNY, di samping telah eksis dengan prodi untuk vokasi, kini tengah mengembangkan keterampilan bidang perhotelan dan pariwisata. Pengembangan dua bidang tersebut dilatarbelakangi industri pariwisata di Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya yang semakin tinggi. Sedangkan kesiapan tenaga kerja untuk mengisi posisi untuk industri ini masih terbatas.

”Di Yogyakarta banyak dibangun hotel baru, lokasi wisata baru. Semua itu memerlukan tenaga terampil untuk mengembangkan potensi yang ada,” tandasnya.

Ilham safutra
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1056 seconds (0.1#10.140)