Kibun dan Nunchi, Tradisi Korsel Bantu Cegah Penyebaran MERS
A
A
A
Masyarakat Korea Selatan (Korsel) tetap percaya diri dan berani dalam menghadapi isu penyebaran sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Mereka juga tetap bekerja seperti biasa. Tidak ada yang berbeda. Sekelompok masyarakat Korsel bahkan berfoto bersama dengan para pengantin. Mereka tidak menganggap MERS sebagai suatu hal serius dan mengancam jiwa. Upacara pernikahan berlangsung normal di Seoul dan tidak ada yang aneh. Pesta kebahagiaan itu dihadiri keluarga dan teman. Tradisi kedekatan keluarga dan harmonisnya hubungan sosial menjadikan rakyat Korsel tidak memedulikan hal berbahaya di sekitar mereka.
”Pengantin dan anggota keluarganya serta teman dekat berfoto bersama awalnya tanpa menggunakan masker. Tapi, mereka memutuskan menggunakan masker sebagai bentuk lelucon saja,” ungkap salah satu pengatur pernikahan, Hwang Myung-Hwan, kepada AFP. Dia menjelaskan, foto pernikahan dengan masker itu tidak menunjukkan ketakutan sama sekali dengan MERS atau menakuti orang lain. ”Itu hanya sebagai pesan kalau pasangan pengantin itu hidup sehat,” imbuhnya.
Para aktor dan penyanyi Korsel juga mulai mengunggah foto mereka mengenakan masker di media sosial. The Korea Herald melaporkan aksi para bintang K-Pop itu menjadi gelombang ”selfie bermasker”. Itu bentuk kampanye untuk mendorong kebiasaan hidup bersih. ”Cuci tanganmu, kenakan masker untuk menghindari MERS,” tulis penyanyi K-Pop, Zico, dalam status media sosialnya.
Selain itu, ribuan warga Korsel yang dikarantina karena diduga mengalami gejala MERS juga dilacak melalui telepon seluler (ponsel). Tidak ada protes. Seluruh orang Korsel yang dikarantina menerima perlakuan tersebut. Seluruh penduduk Desa Sunchang, sekitar 240 km selatan Seoul yang berjumlah 105 orang, bahkan dikarantina. Itu karena satu orang penduduk desa tersebut dipastikan terinfeksi MERS.
Penduduk Sunchang juga tidak mengeluh. Apa yang membuat warga Korsel tidak terkesan panik dan takut dalam menghadapi MERS? Ternyata mereka memiliki tradisi kibun dan inhwa yang memang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dua tradisi tersebut melekat dan menjadi identitas dalam aktivitas sosial dan pekerjaan. Tradisi tersebut menjadikan warga Korsel sebagai orang berani dan percaya diri. Apa itu kibun? Kibun dapat didefinisikan secara bahasa sebagai kebanggaan, paras, perasaan, dan cara pandang.
Sedangkan dalam sudut pandang filsafat, kibunadalah sikap untuk menghormati orang lain dan menghindari segala tindakan yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan muka ataupun kecewa. Konsep kibunitu bertujuan untuk menjaga keharmonisan sosial. Agar mampu menerapkan kibun, warga Korsel kerap mengembangkan sikap nunchi. Nunchiyakni kemampuan orang Korsel untuk menafsirkan pemikiran orang lain. Itu dilakukan untuk menjaga ikatan sosial demi tercapainya keharmonisan.
Dalam tradisi rakyat Korsel, keharmonisan dalam hubungan personal menjadi kekuatan yang dominan dalam kehidupan mereka. Fakta dan logika terkadang dikesampingkan. Persahabatan dan pertemanan dalam sosial merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi warga Korsel. Memberikan rasa nyaman dan bahagia bagi kawan atau orang di sekitar menjadi kebutuhan utama. Kibun dan nunchi juga diterapkan dalam kebijakan Pemerintah Korsel dalam menangani MERS.
Pemerintah Korsel berusaha melakukan berbagai upaya yang tidak menyinggung perasaan pasien MERS dan mereka yang dikarantina. Bagi mereka, berita buruk adalah hal yang harus dihindari. Deputi Perdana Menteri (PM) Choi Kyung-hwan meminta publik tidak panik dan bekerja sama dengan pemerintah untuk meminimalisasi dampak ekonomi. ”Kita menjamin situasi bisa dikontrol. Wabah tidak akan menyebar ke luar komunitas,” sebut Choi. Dia juga melakukan kunjungan ke warga masyarakat. Choi tidak takut bersalaman dengan warga masyarakat meskipun wabah MERS mengancam.
Menteri Kesehatan Korsel Moon Hyungpyo mengungkapkan, berita buruk dan kepanikan tentang MERS berbahaya bagi warga. ”Komentar berlebihan akan memicu kekhawatiran publik,” ujar Moon. Sebagai bentuk kepedulian terhadap wabah MERS, Presiden Korsel Park Geun-hye menunda kunjungan ke Amerika Serikat. ”Saya berjanji mengakhiri wabah MERS,” janji Park.
Andika hendra m
Mereka juga tetap bekerja seperti biasa. Tidak ada yang berbeda. Sekelompok masyarakat Korsel bahkan berfoto bersama dengan para pengantin. Mereka tidak menganggap MERS sebagai suatu hal serius dan mengancam jiwa. Upacara pernikahan berlangsung normal di Seoul dan tidak ada yang aneh. Pesta kebahagiaan itu dihadiri keluarga dan teman. Tradisi kedekatan keluarga dan harmonisnya hubungan sosial menjadikan rakyat Korsel tidak memedulikan hal berbahaya di sekitar mereka.
”Pengantin dan anggota keluarganya serta teman dekat berfoto bersama awalnya tanpa menggunakan masker. Tapi, mereka memutuskan menggunakan masker sebagai bentuk lelucon saja,” ungkap salah satu pengatur pernikahan, Hwang Myung-Hwan, kepada AFP. Dia menjelaskan, foto pernikahan dengan masker itu tidak menunjukkan ketakutan sama sekali dengan MERS atau menakuti orang lain. ”Itu hanya sebagai pesan kalau pasangan pengantin itu hidup sehat,” imbuhnya.
Para aktor dan penyanyi Korsel juga mulai mengunggah foto mereka mengenakan masker di media sosial. The Korea Herald melaporkan aksi para bintang K-Pop itu menjadi gelombang ”selfie bermasker”. Itu bentuk kampanye untuk mendorong kebiasaan hidup bersih. ”Cuci tanganmu, kenakan masker untuk menghindari MERS,” tulis penyanyi K-Pop, Zico, dalam status media sosialnya.
Selain itu, ribuan warga Korsel yang dikarantina karena diduga mengalami gejala MERS juga dilacak melalui telepon seluler (ponsel). Tidak ada protes. Seluruh orang Korsel yang dikarantina menerima perlakuan tersebut. Seluruh penduduk Desa Sunchang, sekitar 240 km selatan Seoul yang berjumlah 105 orang, bahkan dikarantina. Itu karena satu orang penduduk desa tersebut dipastikan terinfeksi MERS.
Penduduk Sunchang juga tidak mengeluh. Apa yang membuat warga Korsel tidak terkesan panik dan takut dalam menghadapi MERS? Ternyata mereka memiliki tradisi kibun dan inhwa yang memang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dua tradisi tersebut melekat dan menjadi identitas dalam aktivitas sosial dan pekerjaan. Tradisi tersebut menjadikan warga Korsel sebagai orang berani dan percaya diri. Apa itu kibun? Kibun dapat didefinisikan secara bahasa sebagai kebanggaan, paras, perasaan, dan cara pandang.
Sedangkan dalam sudut pandang filsafat, kibunadalah sikap untuk menghormati orang lain dan menghindari segala tindakan yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan muka ataupun kecewa. Konsep kibunitu bertujuan untuk menjaga keharmonisan sosial. Agar mampu menerapkan kibun, warga Korsel kerap mengembangkan sikap nunchi. Nunchiyakni kemampuan orang Korsel untuk menafsirkan pemikiran orang lain. Itu dilakukan untuk menjaga ikatan sosial demi tercapainya keharmonisan.
Dalam tradisi rakyat Korsel, keharmonisan dalam hubungan personal menjadi kekuatan yang dominan dalam kehidupan mereka. Fakta dan logika terkadang dikesampingkan. Persahabatan dan pertemanan dalam sosial merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi warga Korsel. Memberikan rasa nyaman dan bahagia bagi kawan atau orang di sekitar menjadi kebutuhan utama. Kibun dan nunchi juga diterapkan dalam kebijakan Pemerintah Korsel dalam menangani MERS.
Pemerintah Korsel berusaha melakukan berbagai upaya yang tidak menyinggung perasaan pasien MERS dan mereka yang dikarantina. Bagi mereka, berita buruk adalah hal yang harus dihindari. Deputi Perdana Menteri (PM) Choi Kyung-hwan meminta publik tidak panik dan bekerja sama dengan pemerintah untuk meminimalisasi dampak ekonomi. ”Kita menjamin situasi bisa dikontrol. Wabah tidak akan menyebar ke luar komunitas,” sebut Choi. Dia juga melakukan kunjungan ke warga masyarakat. Choi tidak takut bersalaman dengan warga masyarakat meskipun wabah MERS mengancam.
Menteri Kesehatan Korsel Moon Hyungpyo mengungkapkan, berita buruk dan kepanikan tentang MERS berbahaya bagi warga. ”Komentar berlebihan akan memicu kekhawatiran publik,” ujar Moon. Sebagai bentuk kepedulian terhadap wabah MERS, Presiden Korsel Park Geun-hye menunda kunjungan ke Amerika Serikat. ”Saya berjanji mengakhiri wabah MERS,” janji Park.
Andika hendra m
(ars)