Jokowi Baiknya Tak Pilih KaBIN yang Punya Beban Masa Lalu
A
A
A
JAKARTA - Dipilihnya Ketua Umum PKPI Sutiyoso sebagai calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dinilai melukai hati para korban peristiwa penyerangan Kantor DPP PDIP atau yang dikenal dengan peristiwa Kudatuli periode 1996.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago, dalam penyerangan Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat nama Bang Yos sapaan akrab Sutiyoso diduga ikut terlibat di dalamnya. Saat itu Bang Yos menjabat Pangdam Jaya.
"Akibat kerusahan tersebut lima orang meninggal dunia, 149 orang sipil luka-luka dan 130 ditahan," kata Pangi ketika dihubungi Sindonews, Sabtu 13 Juni 2015.
Pangi berpandangan, dipilihnya mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjadi kepala BIN selain menimbulkan duka yang mendalam bagi korban peristiwa Kudatuli, juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri lantaran merasa kurang dihargai Presiden Jokowi.
"Janji kampanye Presiden Jokowi terkait akan menyelesaikan semua kasus pelanggaraan HAM patut dipertanyakan kembali itikadnya untuk menegakkan HAM," jelasnya.
Dia menambahkan, alangkah baiknya Jokowi memilih kepala BIN yang tidak punya beban masa lalu. Hal ini sekaligus untuk menegaskan rumusan program nawacita yang digaungkan pemerintah.
"Jokowi sendiri sadar dan menyakini rasanya masi banyak calon lain yang pantas dan punya kapasitas termasuk dari sipil profesional, sehingga mampu mereformasi institusi dan membawa BIN lebih maju, kan enggak melulu militer," pungkasnya.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago, dalam penyerangan Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat nama Bang Yos sapaan akrab Sutiyoso diduga ikut terlibat di dalamnya. Saat itu Bang Yos menjabat Pangdam Jaya.
"Akibat kerusahan tersebut lima orang meninggal dunia, 149 orang sipil luka-luka dan 130 ditahan," kata Pangi ketika dihubungi Sindonews, Sabtu 13 Juni 2015.
Pangi berpandangan, dipilihnya mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjadi kepala BIN selain menimbulkan duka yang mendalam bagi korban peristiwa Kudatuli, juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri lantaran merasa kurang dihargai Presiden Jokowi.
"Janji kampanye Presiden Jokowi terkait akan menyelesaikan semua kasus pelanggaraan HAM patut dipertanyakan kembali itikadnya untuk menegakkan HAM," jelasnya.
Dia menambahkan, alangkah baiknya Jokowi memilih kepala BIN yang tidak punya beban masa lalu. Hal ini sekaligus untuk menegaskan rumusan program nawacita yang digaungkan pemerintah.
"Jokowi sendiri sadar dan menyakini rasanya masi banyak calon lain yang pantas dan punya kapasitas termasuk dari sipil profesional, sehingga mampu mereformasi institusi dan membawa BIN lebih maju, kan enggak melulu militer," pungkasnya.
(kri)