Singapura-Thailand Siaga
A
A
A
SEOUL - Kekhawatiran terhadap penyebaran Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) tidak hanya dilakukan Korea Selatan (Korsel) ataupun Hong Kong. Sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara juga sudah mulai siaga.
Seorang perempuan di Thailand diisolasi di Samut Prakan setelah pulang dari Korsel. Rencananya, isolasi dilakukan selama 14 hari. Dr Sawat Apiwajjaneewong yang menanganinya mengatakan bahwa perempuan yang tidak diungkapkan identitasnya tersebut tidak terdeteksi mengalami MERS. Namun, perempuan berusia 30 tahun itu rela dikarantina demi keselamatan masyarakat banyak.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong mengeluarkan peringatan akan bahaya penyebaran MERS. Menurutnya, kini tinggal masalah waktu sebelum pihak terkait mendeteksi terdapat warga Singapura yang terjangkit MERS. Pasalnya, bulan sebelumnya banyak warga Singapura yang pergi-pulang ke Korsel. Sebagai langkah antisipasi, Singapura menyiapkan rumah sakit khusus yang akan menangani pasien MERS jika sewaktu-waktu ada warganya yang terinfeksi.
”Setiap bulan kami memiliki 40.000 pengunjung dari luar negeri. Sementara pada bulan liburan seperti Juni, banyak warga kami yang ke Korsel,” ujar Hsien Loong saat kemarin mengunjungi rumah sakit (RS) khusus MERS Tan Tock Seng, dikutip Straits Times. Apalagi, negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina sudah ada warganya yang terinfeksi MERS sejak tahun lalu.
Pada pertengahan April 2014 lalu, seorang warga Malaysia yang baru pulang dari Arab Saudi menjadi korban tewas pertama di Asia, sementara pada tahun yang sama Filipina juga mengisolasi pekerja kesehatan yang dinyatakan positif tertular coronavirus. China yang lebih dulu mengisolasikan satu pasien MERS asal Korsel terus memantau perkembangan pasien. Sementara itu, Hong Kong dan Taiwan kembali menggelar pemeriksaan terhadap beberapa orang.
Di Korsel, hingga kemarin penyakit menular pernapasan itu positif menginfeksi 122 orang. Angka kematian akibat MERS di Korsel terus merangkak naik. Sejauh ini, pasien yang tewas mencapai 10 orang. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Korsel menyatakan korban terbaru berusia 75 tahun.
Dia meninggal di RS Universitas Konyang di pusat Kota Daejeon. Selain terkena MERS, korban juga mengidap kanker tenggorokan. Kemenkes juga menyatakan 13 pasien MERS dalam kondisi tidak stabil. Seiring dengan bertambahnya pasien MERS, pemerintahKorseljugamenambah jumlah RS yang menangani MERS menjadi 55 dari 29 pada Senin (8/6).
Sebaliknya, dua RS ditutup lantaran staf, pasien, dan pengunjung ikut tertular MERS. Korsel mencoba mencegah MERS dengan mengarantina hampir 3.800 orang. Mereka juga tetap meliburkan sekolah dan perguruan tinggi, meski tim gabungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Korsel merekomendasikan agar pemerintah tidak perlu menghentikan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.
”Pemerintah berkomitmen untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan MERS. Kami juga akan terus melakukan komunikasi dengan negara lainnya,” kata Choi Kyung-hwan, anggota Majelis Nasional Korsel dari Partai Hannara, dilansir Yonhap. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengatakan terus memantau dengan saksama perkembangan MERS di Korsel ataupun di Indonesia.
”Kami bekerja sama dengan Kemenkes RI. Jadi semua tindakan disesuaikan dengan masukan dari Kemenkes. Sejauh ini, WNI tidak ada yang terjangkit MERS,” kata Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir di Jakarta kemarin.
Muh shamil
Seorang perempuan di Thailand diisolasi di Samut Prakan setelah pulang dari Korsel. Rencananya, isolasi dilakukan selama 14 hari. Dr Sawat Apiwajjaneewong yang menanganinya mengatakan bahwa perempuan yang tidak diungkapkan identitasnya tersebut tidak terdeteksi mengalami MERS. Namun, perempuan berusia 30 tahun itu rela dikarantina demi keselamatan masyarakat banyak.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong mengeluarkan peringatan akan bahaya penyebaran MERS. Menurutnya, kini tinggal masalah waktu sebelum pihak terkait mendeteksi terdapat warga Singapura yang terjangkit MERS. Pasalnya, bulan sebelumnya banyak warga Singapura yang pergi-pulang ke Korsel. Sebagai langkah antisipasi, Singapura menyiapkan rumah sakit khusus yang akan menangani pasien MERS jika sewaktu-waktu ada warganya yang terinfeksi.
”Setiap bulan kami memiliki 40.000 pengunjung dari luar negeri. Sementara pada bulan liburan seperti Juni, banyak warga kami yang ke Korsel,” ujar Hsien Loong saat kemarin mengunjungi rumah sakit (RS) khusus MERS Tan Tock Seng, dikutip Straits Times. Apalagi, negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina sudah ada warganya yang terinfeksi MERS sejak tahun lalu.
Pada pertengahan April 2014 lalu, seorang warga Malaysia yang baru pulang dari Arab Saudi menjadi korban tewas pertama di Asia, sementara pada tahun yang sama Filipina juga mengisolasi pekerja kesehatan yang dinyatakan positif tertular coronavirus. China yang lebih dulu mengisolasikan satu pasien MERS asal Korsel terus memantau perkembangan pasien. Sementara itu, Hong Kong dan Taiwan kembali menggelar pemeriksaan terhadap beberapa orang.
Di Korsel, hingga kemarin penyakit menular pernapasan itu positif menginfeksi 122 orang. Angka kematian akibat MERS di Korsel terus merangkak naik. Sejauh ini, pasien yang tewas mencapai 10 orang. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Korsel menyatakan korban terbaru berusia 75 tahun.
Dia meninggal di RS Universitas Konyang di pusat Kota Daejeon. Selain terkena MERS, korban juga mengidap kanker tenggorokan. Kemenkes juga menyatakan 13 pasien MERS dalam kondisi tidak stabil. Seiring dengan bertambahnya pasien MERS, pemerintahKorseljugamenambah jumlah RS yang menangani MERS menjadi 55 dari 29 pada Senin (8/6).
Sebaliknya, dua RS ditutup lantaran staf, pasien, dan pengunjung ikut tertular MERS. Korsel mencoba mencegah MERS dengan mengarantina hampir 3.800 orang. Mereka juga tetap meliburkan sekolah dan perguruan tinggi, meski tim gabungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Korsel merekomendasikan agar pemerintah tidak perlu menghentikan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.
”Pemerintah berkomitmen untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan MERS. Kami juga akan terus melakukan komunikasi dengan negara lainnya,” kata Choi Kyung-hwan, anggota Majelis Nasional Korsel dari Partai Hannara, dilansir Yonhap. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengatakan terus memantau dengan saksama perkembangan MERS di Korsel ataupun di Indonesia.
”Kami bekerja sama dengan Kemenkes RI. Jadi semua tindakan disesuaikan dengan masukan dari Kemenkes. Sejauh ini, WNI tidak ada yang terjangkit MERS,” kata Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir di Jakarta kemarin.
Muh shamil
(bbg)