Pemkot Bekasi Olah Sampah Jadi Listrik
A
A
A
BEKASI - Pemkot Bekasi akan membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) di tempat pembuangan akhir (TPA) Sumur Batu, Bantar Gebang.
Pembangunan pengolahan sampah menjadi energi listrik ini untuk menekan volume sampah di Bekasi. ”Yang membangun dan mengelola pembangkit listrik tenaga sampah ini pihak swasta,” kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dalam launching PLTS di TPA Sumur Batu, Bantar Gebang, Kota Bekasi, kemarin.
Rahmat mengatakan, teknologi pemusnahan sampah berbasis energi ini akan dikelola sepenuhnya pihak ketiga tanpa menggunakan APBD Kota Bekasi. Pemkot Bekasi bahkan akan mendapatkan kompensasi dari produksi listrik berbahan sampah dari pihak swasta. Keuntungan lainnya, sampah juga terus berkurang sehingga alokasi dana bagi perluasan lahan TPA bisa ditekan.
Enam zona sampah yang menumpuk bisa dimanfaatkan untuk PLTS ini. ”Sampah bukan beban lagi, tapi menguntungkan,” tandasnya. Rahmat menjelaskan, sampah dari masyarakat Bekasi akan menjadi bahan bakar penggerak turbin hingga menghasilkan energi listrik. Energi listrik tersebut akan dijual ke PLN. Pembangunan PLTS dilakukan secara bertahap mulai tahun ini.
Setiap hari Kota Bekasi menampung hingga 1.500 ton sampah. Keberadaan PLTS itu bisa menghemat anggaran sebesar Rp5 miliar setiap tahun. Penggagas PLTS dari NWI Group Tedi Sujarwanto menambahkan, program PLTS ini sudah dilakukan di negara maju. Pembangunan tahap pertama ini bernilai Rp130 miliar dengan nilai investasi Rp780 miliar. ”Dibangun dengan beberapa tahap,” katanya.
Tahap selanjutnya pihaknya membangun 1 unit PLTS dengan jangka 12 bulan. Selanjutnya 4 unit pembangkit listrik dengan jangka waktu 18 bulan. Satu ton sampah bisa menghasilkan 250 kwh dan dapat menerangi 250 keluarga. Sebanyak 36.000 meter kubik sampah di Kota Bekasi bahkan bisa menghasilkan 120 juta watt.
Jumlah itu dapat menerangi 60.000 keluarga dengan listrik 2.000 watt. Saat ini jumlah keluarga di Kota Bekasi berdasarkan data 2014 dari Pemkot Bekasi sebanyak 567.739 keluarga. Tedi menjelaskan, mekanisme PLTS ini yakni sampah dibakar dengan suhu 1.000 Derajat Celsius. Kemudian sampah akan menghasilkan uap. Uap akan menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah sangat besar.
Sampah yang dibakar tidak akan menghasilkan polusi karena dengan pembakaran hingga suhu 1.000 derajat, karbondioksida (polutan) akan hilang dalam waktu dua detik. ”Semua sampah yang ada di Bekasi akan kami jadikan listrik,” tukasnya.
Abdullah m surja
Pembangunan pengolahan sampah menjadi energi listrik ini untuk menekan volume sampah di Bekasi. ”Yang membangun dan mengelola pembangkit listrik tenaga sampah ini pihak swasta,” kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dalam launching PLTS di TPA Sumur Batu, Bantar Gebang, Kota Bekasi, kemarin.
Rahmat mengatakan, teknologi pemusnahan sampah berbasis energi ini akan dikelola sepenuhnya pihak ketiga tanpa menggunakan APBD Kota Bekasi. Pemkot Bekasi bahkan akan mendapatkan kompensasi dari produksi listrik berbahan sampah dari pihak swasta. Keuntungan lainnya, sampah juga terus berkurang sehingga alokasi dana bagi perluasan lahan TPA bisa ditekan.
Enam zona sampah yang menumpuk bisa dimanfaatkan untuk PLTS ini. ”Sampah bukan beban lagi, tapi menguntungkan,” tandasnya. Rahmat menjelaskan, sampah dari masyarakat Bekasi akan menjadi bahan bakar penggerak turbin hingga menghasilkan energi listrik. Energi listrik tersebut akan dijual ke PLN. Pembangunan PLTS dilakukan secara bertahap mulai tahun ini.
Setiap hari Kota Bekasi menampung hingga 1.500 ton sampah. Keberadaan PLTS itu bisa menghemat anggaran sebesar Rp5 miliar setiap tahun. Penggagas PLTS dari NWI Group Tedi Sujarwanto menambahkan, program PLTS ini sudah dilakukan di negara maju. Pembangunan tahap pertama ini bernilai Rp130 miliar dengan nilai investasi Rp780 miliar. ”Dibangun dengan beberapa tahap,” katanya.
Tahap selanjutnya pihaknya membangun 1 unit PLTS dengan jangka 12 bulan. Selanjutnya 4 unit pembangkit listrik dengan jangka waktu 18 bulan. Satu ton sampah bisa menghasilkan 250 kwh dan dapat menerangi 250 keluarga. Sebanyak 36.000 meter kubik sampah di Kota Bekasi bahkan bisa menghasilkan 120 juta watt.
Jumlah itu dapat menerangi 60.000 keluarga dengan listrik 2.000 watt. Saat ini jumlah keluarga di Kota Bekasi berdasarkan data 2014 dari Pemkot Bekasi sebanyak 567.739 keluarga. Tedi menjelaskan, mekanisme PLTS ini yakni sampah dibakar dengan suhu 1.000 Derajat Celsius. Kemudian sampah akan menghasilkan uap. Uap akan menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah sangat besar.
Sampah yang dibakar tidak akan menghasilkan polusi karena dengan pembakaran hingga suhu 1.000 derajat, karbondioksida (polutan) akan hilang dalam waktu dua detik. ”Semua sampah yang ada di Bekasi akan kami jadikan listrik,” tukasnya.
Abdullah m surja
(ftr)