Jadi Sorotan, Bercita-cita Ubah Mitos di Jepang

Kamis, 11 Juni 2015 - 09:16 WIB
Jadi Sorotan, Bercita-cita...
Jadi Sorotan, Bercita-cita Ubah Mitos di Jepang
A A A
Ada yang menarik dari ajang ratu kecantikan di Jepang tahun ini. Meski pagelaran ini sudah berlangsung pada akhir Maret lalu, hingga beberapa hari terakhir pemenang Miss Jepang 2015 masih mencuri perhatian dunia.

Sejarah baru dicatat Jepang karena untuk pertama kalinya perempuan yang terpilih menjadi Miss Jepang adalah turunan Jepang-Amerika- Afrika. Dialah Ariana Miyamoto, wakil dari Provinsi Nagasaki yang akan mewakili Jepang dalam ajang Miss Universe 2015.

Seperti kontestan lain, Ariana memiliki tubuh langsing semampai. Namun, ada perbedaan yang cukup menonjol yakni kulitnya yang lebih gelap dibanding para kontestan lain. Dari cara bicaranya yang memiliki suara lembut dengan nada mendayudayu serta gerakan tangan halus dan ekspresi sopan, Ariana memang sangat identik seperti kebanyakan perempuan Jepang lain.

Ariana lahir di Jepang dan selama hidupnya tinggal di Negeri Sakura. Ibunya yang asli Jepang menikah dengan pria keturunan Amerika-Afrika. Ariana mengakui dirinya tidak sepenuhnya Jepang. Warga keturunan sepertinya disebut Hafu, diambil dari kata bahasa Inggris, half atau setengah. Namun, dengan bijak dia tidak merasa tersindir dengan sebutan itu.

Menurutnya, itu sebuah identitas untuk anakanak campuran di Jepang. ”Kalau bukan karena kata Hafu akan sangat sulit untuk menggambarkan siapa saya, orang seperti apa saya di Jepang. Jika saya mengatakan bahwa saya orang Jepang, pasti akan dijawab tidak. Anda bukan orang Jepang. Orang tidak akan percaya. Tapi, jika saya mengatakan bahwa saya Hafu , orang akan setuju,” ucapnya, dikutip BBC .

Di Jepang reaksi kemenangan Ariana tidak terlalu membuat heboh. Sebaliknya, media internasional membuat sorotan berlebihan. ”Saya merasa mendapatkan lebih banyak perhatian dari luar Jepang. Saya lebih banyak diwawancara media non- Jepang dibandingkan dengan media lokal,” terang Ariana.

Ucapan selamat kepadanya pun banyak terucap dari para wisatawan non-Jepang, dan reaksi yang berbeda diterimanya di media sosial. Banyak orang Jepang mengungkapkan dukungan dan sukacita atas kemenangannya, tetapi yang lain jauh dari kata menyenangkan, bahkan memusuhinya.

Di Jepang cukup asing bila harus memiliki keturunan dari luar negara mereka. Kekhawatiran tentang pencampuran ras, menurut New York Times, hadir di Jepang sejak zaman dahulu karena sifat bangga homogen negara. Itu adalah sesuatu yang ingin Ariana ubah saat mahkota Miss Jepang disematkan kepadanya.

Ketika ibu Ariana mengandung dirinya, komentar bermunculan selain ucapan selamat. ”Ini tidak mudah bagi kita, warga Jepang untuk hamil dengan orang asing,” tutur Ariana, menirukan ucapan ibunya.

Jepang sebetulnya memiliki banyak etnis hasil migrasi yang berbeda selama ribuan tahun, mulai dari semenanjung Korea, China, dan Asia Tenggara. Tapi mitos yang kuat membuat para Hafu seperti Ariana di Jepang kerap sulit bertindak bebas. Tumbuh di sebuah kota kecil di Jepang barat, Ariana pernah mengalami pengalaman buruk saat sahabatnya yang juga Hafu di sekolah bunuh diri.

Penyebabnya, dia tidak bisa menghadapi perlakuan sebagai orang luar selama hidupnya. Pengalaman dikucilkan juga pernah dialaminya, namun hal tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk mengukir prestasi. ”Di sekolah saya dilempar sampah dan kemudian ditertawakan, tapi semua orang pura-pura tidak melihat,” kenangnya dikutip 10 News .

Kemenangan Ariana di ajang Miss Jepang 2015 kemungkinan menjadi tanda ada perubahan mitos bagi Hafu diJepang. Ariana berharap ketenaran barunya dapat membantu anak-anak Hafu untuk lebih percaya diri dan berharap akan lebih banyak Hafu seperti dia yang bisa berprestasi. ”Saya pikir Jepang suka stereotip. Tapi, kita perlu mengubah itu,” harap perempuan berusia 21 tahun itu.

Jepang kini berubah. Apalagi jika nanti Ariana Miyamoto berhasil mengangkat mahkota Miss Universe? Tentu nama Jepang semakin harum oleh warga negara keturunan campuran yang pernah diasingkan.

Ananda Nararya
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4487 seconds (0.1#10.140)