Ciptakan Perusahaan Humanis dan Tak Pernah Kredit Bank

Kamis, 11 Juni 2015 - 09:13 WIB
Ciptakan Perusahaan...
Ciptakan Perusahaan Humanis dan Tak Pernah Kredit Bank
A A A
Mohed Altrad, 65, berhasil terpilih sebagai Entrepreneur of the YearPrancis tahun lalu. Prestasi itu diraihnya tidak mudah. Jalan terjal menjadi miliarder dilalui dengan penuh tantangan.

Kurang tidur. Sering berpikir. Altrad lahir di gurun Suriah. Seorang badui Suriah. Ayahnya adalah pemimpin suku. Kakak kandungnya dibunuh ayahnya. Ibunya meninggal saat Altrad lahir. Sebagian hidupnya dihabiskan di Raqqa, wilayah yang kini menjadi basis kekuatan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Kemiskinan melekat pada masa lalunya.

Dulu neneknya berasumsi kalau Altrad hanya akan menjadi penggembala dan tidak perlu sekolah. Tapi dia memberontak. Bagi dia, sekolah adalah salah jalan menuju kesuksesan menjadi miliarder. Prestasi di sekolah membuat Altrad mendapatkan kesempatan beasiswa short course di sebuah universitas di Kiev, Ukraina.

Selanjutnya, dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di salah satu universitas tertua di Eropa, Montpellier, di Prancis. Gelar PhD dalam bidang ilmu komputer diraihnya. Dia pernah bekerja di beberapa perusahaan Prancis. Dia juga pernah mengadu nasib di perusahaan minyak nasional Abu Dhabi. Altrad memilih kembali ke Prancis, dan menjadi warga negara Prancis.

Takdir menjadi miliarder diciptakan Altrad sendiri. Dia mendirikan perusahaan yang membuat laptop. Saat perusahaan tersebut dijual, dia mendapatkan banyak modal. Sebuah perusahaan scaffolding (perancah) dibelinya. Bukan bisnis berbasis teknologi tinggi, tetapi scaffoldingselalu dibutuhkan. Dari sana dia mengembangkan penyewaan gerobak dan pencampur semen. ”Anda bertanya kenapa saya melakukan ini?” tanya Altrad.

Dia menambahkan, semua orang yang bermitra dengannya harus meraih kebahagiaan untuk kehidupan yang lebih baik. ”Saya melakukan itu semua bukan untuk uang. Saya ingin membangun perusahaan humanis yang membuat orang yang bekerja dengan saya mendapatkan kebahagiaan,” imbuhnya, dikutip BBC.

Konsep perusahaan humanis itu terbilang sukses. Dalam waktu 30 tahun, bisnis kecil itu berkembang menjadi 170 perusahaan dalam payung Altrad Group dengan proyek senilai USD2 miliar (Rp26,6 triliun) dan keuntungan bersih sebanyak USD200 juta (Rp2,6 triliun) setiap tahun.

Sebanyak 17.000 karyawan bekerja pada Altrad. Dia sudah memperluas bisnisnya ke luar negeri. Dia juga mengakuisisi perusahaan Belanda yang sudah lama menjadi rival bisnisnya. Altrad ternyata tidak mengandalkan kredit bank. ”Jika Anda pergi ke pasar finansial, Anda akan menjadi tahanan bank. Kita menginvestasikan kembali uang yang kita peroleh,” jawabnya.

Dia juga selalu menganggap kalau perusahaan adalah identitas dan kepingan sejarah. ”Saat saya membeli perusahaan baru, saya tidak mengubah banyak hal. Biarkan dengan identitas perusahaan tersebut,” ungkapnya.

Hal paling menarik dalam kehidupan Altrad adalah menulis novel. Menulis cerita fiksi itu dilakukannya di malam hari saat dia terjaga. Dia juga menulis novel otobiografi. Karyanya menjadi bahan bacaan resmi di sekolah Prancis. Jutaan buku telah dicetak.

Cerita kehidupannya menjadi resonansi di Eropa, di mana imigran menjadi isu besar. Ternyata, Altrad sendiri tidak merasakan kebahagiaan. Dia menceritakan, utangnya adalah membalas kebaikan ibunya. ”Ibu saya usianya sangat pendek, 12 atau 13 tahun. ” ujarnya.

Andika Hendra M
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8608 seconds (0.1#10.140)