Hong Kong Perketat Kunjungan ke Korsel
A
A
A
HONG KONG - Meluasnya wabah sindrom pernapasan timur tengah (MERS) di Korea Selatan (Korsel) membuat otoritas Hong Kong menyalakan lampu kuning.
Mereka meminta setiap warga Hong Kong yang ingin pergi ke Korsel untuk mempertimbangkan secara matang dan hanya pergi untuk urusan yang sangat penting. Sampai saat ini Pemerintah Korsel belum sanggup mencegah penyebaran MERS. Faktanya, pasien pengidap MERS kembali bertambah menjadi 95 orang dan korban tewas terus bergelimpangan hingga tujuh orang.
Sebanyak 2.208 sekolah juga diliburkan, termasuk 20 perguruan tinggi. ”Kami pikir pada level seperti saat ini menyampaikan isu yang jelas sangatlah penting,” ujar Kepala Sekretaris Hong Kong Carrie Lam kepada awak media, dikutip Reuters . Ancaman MERS dianggap sangat signifikan. Masyarakat Hong Kong perlu mengatur rencana penerbangan dan lebih baik tinggal di rumah jika tidak begitu penting.
Sebelumnya Hong Kong menyatakan wabah MERS di Korsel sudah memasuki tahap serius. Pemerintah Korsel terus berupaya menjinakkan virus mematikan ini. Gubernur Provinsi Gyeonggi, Korsel, Nam Kyung-pil, juga mengatakan 32 rumah sakit (RS) umum di wilayahnya siap bekerja sama melawan dan merawat pasien MERS. ”Saat ini kami menghadapi dua perang antara lain perang melawan penyakit dan perang melawan ketakutan,” kata Kyung-pil.
Kepala Asosiasi Rumah Sakit Korea Park Sang-geun yang mendampingi Wakil Perdana Menteri Korsel Hwang Wooyea ke RS Daejeon mengkritik lemahnya komunikasi yang dilakukan pemerintah. Pemerintah Korsel untuk pertama kali merilis nama RS yang merawat semua pasien MERS. Wabah MERS di Korsel mencuri perhatian dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai melakukan misi gabungan dengan dokter dan pemerintah Korsel untuk mengkaji tanggap darurat negara dan menganalisis virus. WHO tidak mengeluarkan pernyataan resmi untuk melarang kunjungan ke Korsel. Meski demikian, reputasi Korsel mulai merosot.
Ribuan wisatawan asing membatalkan rencana penerbangan ke Korsel dari seluruh negara di dunia, terutama Hong Kong dan China. Mereka khawatir akan ikut tertular. Dewan Industri Pariwisata Hong Kong mengambil langkah waspada. Mereka membatalkan semua agenda wisata ke Korsel yang terdaftar sampai 30 Juni, kecuali wisata kapal pesiar.
Artinya, 10.000-12.000 orang terpengaruh. Mereka perlu mengatur ulang jadwal atau pergi berwisata ke wilayah lain, baik domestik atau luar negeri. Juru bicara (jubir) WHO Alison Clements-Hunt mengatakan, Korsel bersama WHO berada dalam posisi yang sejajar dalam memberantas MERS.
Hal itu sesuai instruksi Presiden Korsel Park Geun-hye yang ingin mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencegah wabah MERS yang menyebar sejak pertengahan bulan lalu. Penyebaran itu terjadi di tempat perawatan. Korsel menjadi negara kedua yang mengalami wabah MERS paling banyak setelah Arab Saudi. Sekitar 2.892 orang yang dicurigai melakukan kontak dengan pasien MERS tengah dikarantina, terlepas di RS ataupun di rumah.
Kasus di Korsel memperbesar catatan kasus MERS di dunia menjadi 1.244. MERS memang menakutkan. Namun, sebagian besar ahli kesehatan, baik asal Korsel ataupun negara lain, menyatakan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan.
Seperti dikatakan dr Stanley Perlaman, penulis buku Kajian MERS , virus ini tidak mudah menular seperti Ebola atau Measles. Meski demikian, masyarakat tetap harus waspada. ”Saya bisa mengerti kekhawatiran masyarakat, tapi mereka tidak perlu begitu khawatir,” ujar Perlaman, dilansir CNN.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat ialah rajin mencuci tangan, menutup mulut dengan tangan saat batuk, dan tidak melakukan kontak jarak dekat dengan orang lain, terutama mereka yang terinfeksi virus mematikan ini.
Muh shamil
Mereka meminta setiap warga Hong Kong yang ingin pergi ke Korsel untuk mempertimbangkan secara matang dan hanya pergi untuk urusan yang sangat penting. Sampai saat ini Pemerintah Korsel belum sanggup mencegah penyebaran MERS. Faktanya, pasien pengidap MERS kembali bertambah menjadi 95 orang dan korban tewas terus bergelimpangan hingga tujuh orang.
Sebanyak 2.208 sekolah juga diliburkan, termasuk 20 perguruan tinggi. ”Kami pikir pada level seperti saat ini menyampaikan isu yang jelas sangatlah penting,” ujar Kepala Sekretaris Hong Kong Carrie Lam kepada awak media, dikutip Reuters . Ancaman MERS dianggap sangat signifikan. Masyarakat Hong Kong perlu mengatur rencana penerbangan dan lebih baik tinggal di rumah jika tidak begitu penting.
Sebelumnya Hong Kong menyatakan wabah MERS di Korsel sudah memasuki tahap serius. Pemerintah Korsel terus berupaya menjinakkan virus mematikan ini. Gubernur Provinsi Gyeonggi, Korsel, Nam Kyung-pil, juga mengatakan 32 rumah sakit (RS) umum di wilayahnya siap bekerja sama melawan dan merawat pasien MERS. ”Saat ini kami menghadapi dua perang antara lain perang melawan penyakit dan perang melawan ketakutan,” kata Kyung-pil.
Kepala Asosiasi Rumah Sakit Korea Park Sang-geun yang mendampingi Wakil Perdana Menteri Korsel Hwang Wooyea ke RS Daejeon mengkritik lemahnya komunikasi yang dilakukan pemerintah. Pemerintah Korsel untuk pertama kali merilis nama RS yang merawat semua pasien MERS. Wabah MERS di Korsel mencuri perhatian dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai melakukan misi gabungan dengan dokter dan pemerintah Korsel untuk mengkaji tanggap darurat negara dan menganalisis virus. WHO tidak mengeluarkan pernyataan resmi untuk melarang kunjungan ke Korsel. Meski demikian, reputasi Korsel mulai merosot.
Ribuan wisatawan asing membatalkan rencana penerbangan ke Korsel dari seluruh negara di dunia, terutama Hong Kong dan China. Mereka khawatir akan ikut tertular. Dewan Industri Pariwisata Hong Kong mengambil langkah waspada. Mereka membatalkan semua agenda wisata ke Korsel yang terdaftar sampai 30 Juni, kecuali wisata kapal pesiar.
Artinya, 10.000-12.000 orang terpengaruh. Mereka perlu mengatur ulang jadwal atau pergi berwisata ke wilayah lain, baik domestik atau luar negeri. Juru bicara (jubir) WHO Alison Clements-Hunt mengatakan, Korsel bersama WHO berada dalam posisi yang sejajar dalam memberantas MERS.
Hal itu sesuai instruksi Presiden Korsel Park Geun-hye yang ingin mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencegah wabah MERS yang menyebar sejak pertengahan bulan lalu. Penyebaran itu terjadi di tempat perawatan. Korsel menjadi negara kedua yang mengalami wabah MERS paling banyak setelah Arab Saudi. Sekitar 2.892 orang yang dicurigai melakukan kontak dengan pasien MERS tengah dikarantina, terlepas di RS ataupun di rumah.
Kasus di Korsel memperbesar catatan kasus MERS di dunia menjadi 1.244. MERS memang menakutkan. Namun, sebagian besar ahli kesehatan, baik asal Korsel ataupun negara lain, menyatakan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan.
Seperti dikatakan dr Stanley Perlaman, penulis buku Kajian MERS , virus ini tidak mudah menular seperti Ebola atau Measles. Meski demikian, masyarakat tetap harus waspada. ”Saya bisa mengerti kekhawatiran masyarakat, tapi mereka tidak perlu begitu khawatir,” ujar Perlaman, dilansir CNN.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat ialah rajin mencuci tangan, menutup mulut dengan tangan saat batuk, dan tidak melakukan kontak jarak dekat dengan orang lain, terutama mereka yang terinfeksi virus mematikan ini.
Muh shamil
(ftr)