Seni Meluangkan Waktu untuk Efisiensi Kerja dan Kebahagiaan Hidup

Rabu, 10 Juni 2015 - 08:33 WIB
Seni Meluangkan Waktu...
Seni Meluangkan Waktu untuk Efisiensi Kerja dan Kebahagiaan Hidup
A A A
Prancis terkenal dengan wine. Inggris memiliki tradisi minum teh. Sedangkan, warga Swedia memiliki fika. Apa itu fika? Fika merupakan waktu khusus untuk minum kopi lebih dari dua kali sehari.

Fikapun menjadi institusi sosial mengeratkan keharmonisan hubungan sesama warga Swedia, baik di kantor atau pun di masyarakat. Sepuluh juta penduduk Swedia merupakan penggila kopi. Itu menjadikan mereka berada di urutan kedua pengonsumsi kopi setelah Finlandia. Hampir sebagian besar warga Swedia minum kopi pada jeda waktu antara sarapan dan makan siang serta menjelang sore.

Bukan hanya ketika bekerja, tetapi itu dilakukan setiap hari. Tanpa memandang tempat, baik di rumah, liburan, hingga petualangan. Fikayang dilafalkan fee-ka itu terdiri dari satu nomina dan verba. Fikaselalu menciptakan momen bagi semua warga Swedia, baik sendirian atau bersama kawan. Bagi mereka yang tidak suka kopi, dalam tradisi fikajuga dapat diganti teh atau jus.

Selain itu, sesuatu yang manis seperti kue dan roti kerap melengkapi momen untuk bersantai tersebut. ”Fika juga merupakan seni untuk meluangkan waktu,” kata Anna Brones, penulis buku ”Fika: The Art of the Swedish Coffee Break” , dikutip AFP. Dia menjelaskan, fika bukan hanya minum kopi dan menikmati roti manis. ”Fika itu menunjukkan komitmen untuk memperlambat waktu dan beristirahat dari rutinitas pekerjaan dan aktivitas harian,” imbuhnya.

Fika berbeda dengan tradisi minum orang Amerika Serikat (AS) dan negara lain. Menurut Brones, di AS kebanyakan orang membeli kopi di kafe, kemudian pergi dan jarang menikmatinya sambil mengobrol panjang lebar. ”Di Swedia, Anda duduk, menikmati hari, dan itulah kenapa banyak orang menginginkan fika,” tutur Brones. Warga Swedia mengenal kopi sejak 1685. Itu menjadi tradisi minum kopi dan meluas sejak 1800-an.

Hingga tradisi itu berkembang dan disebut dengan fika. Penggunaan nama fika muncul pada 1913. Banyak orang percaya fika itu berasal dari kata slang coffee dan kaffe. ”Penelitian menunjukkan orang beristirahat dari pekerjaannya tidak menurunkan kinerja. Justru sebaliknya,” kata Viveka Adelsward, profesor komunikasi dari Universitas Linkoping. ”Kerja yang efisien justru didapat ketika para pekerjanya mendapatkan rasa kebersamaan dengan tradisi fika,” tuturnya.

Semisal di kantor federasi bola tangan Swedia, para pegawai berkumpul di dapur sebanyak dua kali dalam satu hari selama 15 menit. Tepat pada pukul 09.30 pagi dan 2.30 siang. Mereka menikmati kopi dan roti manis. ”Itu justru memberikan kesempatan kita untuk mengobrol tentang apa yang kita kerjakan. Ide terkadang muncul. Kita juga bisa mengurangi rapat yang formal di kantor,” ujar kepala federasi bola tangan Swedia, Christer Thelin.

Menurut salah satu pegawai federasi sepak bola, Lasse Tjernberg, fikamemberikan kesempatan semua orang berbicara tentang segalanya. ”Bisa masalah pekerjaannya. Bisa juga masalah personal,” ujar Tjernberg.

Fika selalu membuat kagum orang asing yang pernah ke Swedia. Tradisi itu pun diekspor ke luar Swedia. Fika kini sudah mulai populer di berbagai belahan dunia, mulai dari London, New York, Toronto, Australia, hingga Singapura.

”Banyak orang asing yang memiliki keingintahuan mendalam tentang fika. Namun, banyak orang asing yang tidak mengetahui seni dalam fika, ” tutur Sergio Guimaraes dari Institut Swedia yang mempromosikan fikadi luar negara itu. ”Bukan hanya tradisi fika-nya semata, namun menu roti dan kue manis Swedia juga mulai disukai,” tambahnya.

Andika Hendra M
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5348 seconds (0.1#10.140)