Dua Penipu Kartu Kredit Dibekuk

Senin, 08 Juni 2015 - 10:53 WIB
Dua Penipu Kartu Kredit Dibekuk
Dua Penipu Kartu Kredit Dibekuk
A A A
JAKARTA - Peringatan bagi para pemegang kartu kredit. Polda Metro Jaya menangkap dua pelaku penipuan kartu kredit. Selama lima bulan terakhir, pelaku berhasil menguras isi kartu kredit para korban Rp394,5 juta.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Khrisna Murti mengatakan, dua pelaku adalah Budi dan Ardi. Keduanya ditangkap di sebuah bar di Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (5/6) dini hari. Keduanya diringkus saat tengah dalam kondisi mabuk. Keduanya sudah beraksi selama enam tahun sejak 2009.

Sepanjang Januari-Mei 2015, kedua pelaku sudah membelanjakan Rp394,5 juta dari kartu kredit milik sembilan nasabah bank yang mereka tipu. Pelaku menguras kartu kredit korbannya dengan berbagai cara. ”Ada yang dikuras dengan cara dibelikan emas, ponsel mahal, bahkan tarik tunai,” katanya kemarin.

Budi dan Ardi membagi tugas untuk melakukan penipuan ini. Budi bertugas mencari data nasabah bank. Sedangkan Ardi melakukan pertemuan dengan pemegang kartu kredit. Budi mengaku mendapat data nasabah bank pemegang kartu kredit dari pekerja outsourcing yang bertugas menawarkan kartu kredit. ”Saya beli data nasabah pembuat kartu kredit ini dari pekerja itu. Saya beli satu lembar Rp25.000,” ungkapnya.

Setelah data didapat, Budi menelepon nasabah pemegang kartu kredit. Dalam telepon tersebut Budi mengaku dari pihak bank dan menawarkan penambahan limit kartu kredit dengan proses yang mudah. Apabila pemegang kartu kredit tergiur, akan dijanjikan waktu bertemu. Saat bertemu itulah giliran Ardi yang beraksi.

Dalam pertemuan tersebut, Ardi menukar kartu kredit asli milik korban dengan kartu palsu yang dibuat Budi. Kartu kredit palsu itu disebut sebagai kartu kredit baru yang limitnya sudah bertambah. Bak seorang pesulap, saat itu Ardi memainkan kecepatan tangan. Dia menukar kartu asli nasabah dengan kartu palsu yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Setelah tertukar, Ardi memotong kartu yang sudah ditukar tersebut di depan nasabah. Selanjutnya, Ardi menyerahkan kartu kredit baru yang juga palsu kepada nasabah. Sementara kartu kredit asli yang sebenarnya tak terpotong itu dibawa kabur. Sampai di situ tugas Ardi selesai.

Kartu kredit asli itu kemudian diserahkan kepada seseorang berinisial B yang saat ini masih dalam pengejaran. B bertugas membuat KTP palsu atas nama pemegang kartu kredit dan menandatanganinya. Kemudian membelanjakan kartu kredit itu sesuai batas limit akhir.

Buronan Pemerintah China Ditangkap

Sementara itu, Polda Metro Jaya juga menangkap buronan kepolisian China. Empat pelaku berhasil ditangkap sementara, sisanya masih dalam pengejaran. ”Seluruhnya itu DPO kasus penipuan di China. Kerugian Pemerintah China akibat kasus penipuan yang dilakukan warganya ini mencapai jutaan dolar Amerika,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Khrisna Murti.

Penipuan yang dilakukan komplotan ini dilakukan pada 2008. Daftar DPO sudah dikeluarkan sejak 2011. Empat orang ini dibekuk di lokasi dan waktu berbeda. ”Pertama LC, 45, ditangkap 27 Mei sekitar pukul 20.00 WIB di salah satu apartemen di Jakarta Pusat. Kerugian atas penipuan yang dilakukan LC mencapai USD300.000,” sebut Krishna.

Buronan kedua berinisial CSW, 47, ditangkap di salah satu ruko di Ketapang, Kalimantan Barat pada 29 Mei pukul 14.00 WIB. Kerugian yang disebabkan aksi CSW mencapai USD2 juta. Ketiga, pada 3 Juni pelaku berinisial LQ, 47, ditangkap di rumahnya di Perumahan Cemara Hijau, Jalan Krakatau Medan, Sumatera Utara.

LQ melakukan kejahatan penipuan bisnis dengan kerugian USD10.000. Keempat, pelaku berinisial ZP, 46, ditangkap di Jakarta Pusat pada 5 Juni pukul 23.45 WIB. Kerugian yang disebabkan ZPsekitar1jutayuan. Merekasemua melakukan aksinya di China. Selanjutnya empattersangka tersebut akan dibawa kembali ke China setelah Polda Metro berkoordinasi dengan Interpol. ”Nanti kami akan berkoordinasi dengan Mabes Polri, kemudian Mabes berkoordinasi dengan Interpol di sana kapan mereka dideportasi,” tandasnya.

Khrisna menegaskan, banyaknya warga China yang lari ke Indonesia karena biaya hidup di sini lebih murah. Selain itu, banyaknya kerabat mereka yang tinggal di Indonesia juga menjadi alasan mereka memilih Indonesia sebagai tempat pelarian. ”Lagi pula mereka mudah berbaur,” ucapnya.

Dia menjelaskan, saat ini ada 22 buron yang kabur ke Indonesia dan tujuh di antaranya sudah tertangkap. Saat ini Polda Metro Jaya masih terus melacak buronan lainnya. ”Kami hanya membantu, bekerja sama dengan pemerintah China agar hubungan Interpol terjalin. Agar mereka juga membantu kita ketika kita membutuhkannya nanti,” tukasnya.

Helmi syarif
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3624 seconds (0.1#10.140)