HT Ajak Pemuda Muhammadiyah Berjuang Benahi Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Kondisi Indonesia semakin memprihatinkan. Rasio gini yang merupakan parameter kesenjangan sosial terus meningkat, bahkan mencapai angka tertinggi selama 20 tahun terakhir yakni 0,43 persen. Semakin besar angkanya, semakin tinggi kesenjangan sosial.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, butuh peran peran kaum muda dan intelektual. “Indonesia perlu dibenahi dan perlu berbenah. Dan yang bisa melakukannya adalah para intelektual, termasuk kita yang ada di sini,” ujar HT saat menjadi pembicara dalam Silaturahmi Nasional IV Forum Komunikasi Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Fokal IMM) di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Sabtu (6/6/2015).
Dia mengungkapkan, 91 persen penduduk Indonesia berpendidikan SMA ke bawah. Artinya, hanya 9 persen yang mengenyam pendidikan tinggi. Sekitar 50 persen pekerja Indonesia berpendidikan SD ke bawah. Karenanya, dia berharap yang 9 persen itu bergerak untuk memajukan Indonesia.
“Harapannya para intelektual berjuang agar Indonesia bisa tumbuh lebih pesat lagi. Kita harus berjuang bersama-sama agar Indonesia betul-betul jadi negara maju. Saat ini Indonesia dalam posisi memprihatinkan,” tegas HT.
Dia menambahkan, saat ini pertumbuhan ekonomi belum merata. Hanya segelintir saja yang menggerakkan perekonomian, dan itupun didominasi masyarakat menengah ke atas. “Kita harus berjuang bagaimana caranya pertumbuhan bisa dirasakan semua lapisan masyarakat, bagaimana kaum marjinal bisa lebih sejahtera. Supaya Indonesia bisa lebih cepat menjadi negara maju,” kata HT.
Kesenjangan sosial, lanjut HT, harus segera diatasi agar pertumbuhan ekonomi melesat, dan Indonesia bisa menjadi negara maju. “Kalau kesenjangan sosial diatasi, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi, sehingga Indonesia lebih cepat menjadi negara maju,” terangnya.
Dia berharap, alumni IMM bisa menjadi organisasi yang besar dan terorganisir dengan baik sehingga bisa berkontribusi dalam kemajuan Indonesia. “Kalau dikoordinasikan dengan baik, alumni IMM yang merupakan para intelektual akan menjadi suatu kekuatan yang luar bisa dalam membangun Indonesia,” tutur HT. (Erika Octaviana)
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, butuh peran peran kaum muda dan intelektual. “Indonesia perlu dibenahi dan perlu berbenah. Dan yang bisa melakukannya adalah para intelektual, termasuk kita yang ada di sini,” ujar HT saat menjadi pembicara dalam Silaturahmi Nasional IV Forum Komunikasi Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Fokal IMM) di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Sabtu (6/6/2015).
Dia mengungkapkan, 91 persen penduduk Indonesia berpendidikan SMA ke bawah. Artinya, hanya 9 persen yang mengenyam pendidikan tinggi. Sekitar 50 persen pekerja Indonesia berpendidikan SD ke bawah. Karenanya, dia berharap yang 9 persen itu bergerak untuk memajukan Indonesia.
“Harapannya para intelektual berjuang agar Indonesia bisa tumbuh lebih pesat lagi. Kita harus berjuang bersama-sama agar Indonesia betul-betul jadi negara maju. Saat ini Indonesia dalam posisi memprihatinkan,” tegas HT.
Dia menambahkan, saat ini pertumbuhan ekonomi belum merata. Hanya segelintir saja yang menggerakkan perekonomian, dan itupun didominasi masyarakat menengah ke atas. “Kita harus berjuang bagaimana caranya pertumbuhan bisa dirasakan semua lapisan masyarakat, bagaimana kaum marjinal bisa lebih sejahtera. Supaya Indonesia bisa lebih cepat menjadi negara maju,” kata HT.
Kesenjangan sosial, lanjut HT, harus segera diatasi agar pertumbuhan ekonomi melesat, dan Indonesia bisa menjadi negara maju. “Kalau kesenjangan sosial diatasi, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi, sehingga Indonesia lebih cepat menjadi negara maju,” terangnya.
Dia berharap, alumni IMM bisa menjadi organisasi yang besar dan terorganisir dengan baik sehingga bisa berkontribusi dalam kemajuan Indonesia. “Kalau dikoordinasikan dengan baik, alumni IMM yang merupakan para intelektual akan menjadi suatu kekuatan yang luar bisa dalam membangun Indonesia,” tutur HT. (Erika Octaviana)
(hyk)