Berkompetisi untuk Menangkan Hadiah Senilai Rp46,66 Miliar
A
A
A
Sebanyak 24 robot dari berbagai dunia akan berkompetisi. Siapa yang menjadi pemenang, robot tersebut akan dijuluki jagoan paling canggih teknologinya.
Perlombaan paling bergengsi dalam industri robot itu digelar Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) di bawah Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) dengan hadiah senilai USD3,5 juta (Rp46,66 miliar). Tema perlombaan bukan strategi perang atau mempertahankan diri di medan pertempuran. Robot tersebut harus berlomba untuk menjalankan tugas di medan bencana dalam waktu secepatcepatnya.
Kompetisi itu digelar Jumat (hari ini) dan Sabtu (besok) di Los Angeles, California, AS. Semua robot tersebut harus mampu menjalankan delapan tugas utama, di antaranya mengendarai mobil, keluar mobil, membuka dan berjalan, dan membuka katup. Selain itu, robot tersebut juga harus mampu menggunakan alat untuk membuat lubang, harus bisa melewati tebing yang curam, serta memiliki kemampuan mendaki. Setiap tim robot diberikan waktu dua kali untuk menyelesaikan semua tugas tersebut.
“Estimasi saya, kompetisi kali ini 10 kali lebih berat dibandingkan sebelumnya,” kata Gill Pratt, manajer kompetisi. Energi robot tidak boleh disuplai dengan kabel, tetapi menggunakan baterai. “Robot juga tidak diperbolehkan alat pengaman agar tidak jatuh,” tambahnya. Lomba robot itu diikuti dari Massachusetts Institute of Technology, NASA Jet Propulsion Lab, Lockheed Martin, dan Universitas Nevada, Las Vegas.
Juga terdapat peserta dari luar negeri seperti China, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Hong Kong, dan Italia. Tim robot China awalnya diperkirakan bergabung, tetapi mereka mundur. Namun demikian, China diwakili HKU yang beranggotakan mahasiswa asal Hong Kong dengan menggunakan peranti lunak Atlas.
“Tujuan kompetisi ini adalah penyelamatan di zona bencana. Ini bisa diterapkan di masa saja, termasuk China,” kata anggota tim HKU, Tommy Hu. Keunggulan robot HKU mampu melakukan tugas logistik dan bekerja sama dengan manusia. Hal berbeda ditunjukkan robot Walk-Man yang didesain Institut Teknologi Italia. Robot yang didesain dengan motor sebagai tenaga utama itu didanai Komisi Eropa.
“Kita yakin akan menang,” kata pemimpin tim robot Walk- Man, Nikos Tsagarakis, dikutip BBC . Dia mengungkapkan, tugas yang paling berat adalah ketika robot harus keluar dari mobil. Menurut Sabine Hauert dari Robohub, komunitas peneliti robot itu memaksa teknologi harus mampu menghadapi ancaman nyata.
“Namun, masih banyak kesulitan dalam pengembangan teknologi robot saat ini, katanya. Dia menambahkan, penyempurnaan teknologi robot membutuhkan waktu selama satu dekade lagi. Sayangnya, Atlas besutan Boston Dynamics anak perusahaan Google yang difavoritkan memenangkan kompetisi ternyata tidak bergabung dalam perlombaan tersebut. Google mundur karena kompetisi tersebut terkait dengan militer, meskipun bertema ”kemanusiaan”.
ARVIN
Perlombaan paling bergengsi dalam industri robot itu digelar Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) di bawah Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) dengan hadiah senilai USD3,5 juta (Rp46,66 miliar). Tema perlombaan bukan strategi perang atau mempertahankan diri di medan pertempuran. Robot tersebut harus berlomba untuk menjalankan tugas di medan bencana dalam waktu secepatcepatnya.
Kompetisi itu digelar Jumat (hari ini) dan Sabtu (besok) di Los Angeles, California, AS. Semua robot tersebut harus mampu menjalankan delapan tugas utama, di antaranya mengendarai mobil, keluar mobil, membuka dan berjalan, dan membuka katup. Selain itu, robot tersebut juga harus mampu menggunakan alat untuk membuat lubang, harus bisa melewati tebing yang curam, serta memiliki kemampuan mendaki. Setiap tim robot diberikan waktu dua kali untuk menyelesaikan semua tugas tersebut.
“Estimasi saya, kompetisi kali ini 10 kali lebih berat dibandingkan sebelumnya,” kata Gill Pratt, manajer kompetisi. Energi robot tidak boleh disuplai dengan kabel, tetapi menggunakan baterai. “Robot juga tidak diperbolehkan alat pengaman agar tidak jatuh,” tambahnya. Lomba robot itu diikuti dari Massachusetts Institute of Technology, NASA Jet Propulsion Lab, Lockheed Martin, dan Universitas Nevada, Las Vegas.
Juga terdapat peserta dari luar negeri seperti China, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Hong Kong, dan Italia. Tim robot China awalnya diperkirakan bergabung, tetapi mereka mundur. Namun demikian, China diwakili HKU yang beranggotakan mahasiswa asal Hong Kong dengan menggunakan peranti lunak Atlas.
“Tujuan kompetisi ini adalah penyelamatan di zona bencana. Ini bisa diterapkan di masa saja, termasuk China,” kata anggota tim HKU, Tommy Hu. Keunggulan robot HKU mampu melakukan tugas logistik dan bekerja sama dengan manusia. Hal berbeda ditunjukkan robot Walk-Man yang didesain Institut Teknologi Italia. Robot yang didesain dengan motor sebagai tenaga utama itu didanai Komisi Eropa.
“Kita yakin akan menang,” kata pemimpin tim robot Walk- Man, Nikos Tsagarakis, dikutip BBC . Dia mengungkapkan, tugas yang paling berat adalah ketika robot harus keluar dari mobil. Menurut Sabine Hauert dari Robohub, komunitas peneliti robot itu memaksa teknologi harus mampu menghadapi ancaman nyata.
“Namun, masih banyak kesulitan dalam pengembangan teknologi robot saat ini, katanya. Dia menambahkan, penyempurnaan teknologi robot membutuhkan waktu selama satu dekade lagi. Sayangnya, Atlas besutan Boston Dynamics anak perusahaan Google yang difavoritkan memenangkan kompetisi ternyata tidak bergabung dalam perlombaan tersebut. Google mundur karena kompetisi tersebut terkait dengan militer, meskipun bertema ”kemanusiaan”.
ARVIN
(bbg)