Curigai Prestasi TNI, Australia Arogan
A
A
A
JAKARTA - Indonesia menyesalkan sikap militer Australia dan Amerika Serikat yang mencurigai kemenangan telak prajurit TNI di ajang kejuaraan menembak Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015.
Sikap kedua negara yang meminta agar senjata TNI dibongkar pasca lomba itu merupakan bentuk arogansi yang tak boleh ditoleransi. “Itu perilaku superioritas Australia terhadap bangsa yang dinilainya lebih rendah ketimbang mereka. Di beberapa kejuaraan di waktu-waktu lalu pun mereka tidak mengakui kehebatan dan kemenangan regu tembak kita,” kata Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Menurut Tantowi, perilaku Australia jelas melukai harga diri dan perasaan bangsa Indonesia. Terlebih sikap itu berhubungan dengan reputasi TNI Angkatan Darat (AD) yang merepresentasikan bangsa Indonesia. Karena itu dia mendukung penuh sikap tegas TNI AD yang tak mau menuruti permintaan itu.
“Mengapa hanya kita yang diperiksa? Semua harus diperiksa dong kalau mau adil,” kata politikus Partai Golkar ini. Kontingen TNI AD merebut gelar juara umum dalam event tahunan AASAM 2015 yang berlangsung di Puckapunyal, Victoria, Australia, 20-23 Mei lalu. Tim TNI meraup 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu.
Perolehan medali ini jauh mengungguli Australia yang berada di tempat kedua dengan 5 emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Adapun tim AS di tempat ketiga dengan perolehan 4 emas, 1 perak, dan 6 perunggu. Kemenangan telak ini meneruskan prestasi yang diraih tahun-tahun sebelumnya. Secara keseluruhanTNI AD telah menyabet gelar juara umum delapan kali beruntun. Namun pada penyelenggaraan terakhir kemarin, agaknya Australia dan AS tak puas.
Mereka melayangkan protes ke panitia dan selanjutnya panitia memerintahkan agar senjata SS2 V4 dan pistol G2 buatan Pindad dibongkar. “Setelah tim berkonsultasi dengan Jakarta (Mabes TNI AD), permintaan tersebut kita tolak. Kita bersedia (membongkar senjata) bila semua kontingen juga diperlakukan sama,” kata Kadispen TNI AD Brigjen TNI Wuryanto di Jakarta kemarin.
Laman berita ABC asal Australia menyatakan, atas tindakan itu militer Indonesia melayangkan protes ke panitia AASAM. “Sebab selama kompetisi berlangsung, tidak pernah ada satu pun senjata peserta dari 15 partisipan yang dibongkar,” kata dia. Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Tubagus Hasanuddin menegaskan hal serupa.
Menurutnya, permintaan Australia menunjukkan rasa iri atas prestasi cemerlang TNI. “Sebelum pertandingan kan ada inspektur yang mengecek senjata, misalnya panjang laras, kaliber, konstruksi alat bidik, jenis peluru. Bahwa kemudian menang ya memang prajurit TNI sangat andal dan terlatih,” kata Hasanudin. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebelumnya menanggapi santai ketidakpuasan Australia.
Dengan berkelakar dia menyebutkan pembongkaran senjata Pindad tidak akan menghasilkan apaapa karena memang tidak ada hal aneh di dalamnya. “Kalau diminta dipreteli, paling hanya ada baca-bacaan (jimat) saja itu isinya,” kata Ryamizard sambil terkekeh. Mantan KSAD itu memastikan kejadian tersebut tidak akan memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara.
Ryamizard mengklaim Perdana Menteri Tony Abbott bahkan beberapa kali meminta dirinya untuk datang ke Australia. Ryamizard mengaku bisa saja datang ke Australia asalkan Abbott sudah menyelesaikan masalah dalam negerinya. Masalah dimaksud adalah gelombang protes setelah eksekusi mati dua terpidana Bali Nine. Seperti diberitakan, Kejaksaan Agung mengeksekusi mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, dua gembong heroin asal Australia.
Dua warga Australia ini ditembak mati setelah permohonan grasinya ditolak Presiden Joko Widodo. Eksekusi mati Chan dan Sukumaran menuai kemarahan publik Australia. Abbott bahkan beberapa kali mengeluarkan pernyataan pedas dan mengancam menarik duta besarnya di Jakarta karena hukuman mati tersebut. Sentimen negatif itu pula yang diduga memicu sikap Australia di kejuaraan AASAM.
Untuk diketahui, perintah membongkar senjata Pindad tidak pernah terjadi di event itu sebelumnya. Keikutsertaan TNI dalam lomba ini juga direaksi miring media setempat. Pendiri Mercy Campaign, Brigid Delaney, mengatakan bahwa kehadiran para penembak jitu TNI dalam lomba AASAM adalah hal memalukan.
“Saya benci membayangkan Australia menyambut orangorang untuk latihan menembak (di sini) yang mungkin di antaranya terlibat membunuh dalam rentetan kematian,” katanya dalam artikel Herald Sun. Kemarahan itu sepertinya berlanjut hingga lomba selesai. Media itu tak menuliskan Indonesia yang secara brilian berhasil memenangi lomba.
Kualitas Senjata
Tantowi Yahya menekankan kemenangan TNI merupakan pembuktian otentik bahwa senjata buatan dalam negeri sudah memenuhi standar persenjataan dunia. “Oleh karenanya layak untuk didukung baik oleh pemerintah maupun DPR,” tandasnya. Pindad bukan nama baru di jagatprodusenalat utamasistem senjata (alutsista).
Sejak 1983, BUMN itu memproduksi berbagai senjata militer mulai dari amunisi hingga kendaraan lapis baja. Namun produk Pindad diprioritaskan untuk TNI dan pihak berwenang lainnya yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanan nasional. Kualitas senjata Pindad juga mendapatkan pengakuan dari negara lain.
Faktanya, banyak negara di Asia, Amerika Latin, dan Afrika yang memesan amunisi atau senjata dari pabrik ini, terutama senjata genggam dan laras panjang. “Kami terus meningkatkan kualitas berdasarkan penelitian dan pengembangan tenaga ahli dan pengguna,” demikian bunyi pernyataan Pindad.
Selain itu, setiap produk yang dipasarkan sudah melalui tahap pengujian agar memenuhi standarinternasional. Sebutsaja standar militer AS (Mil STD). “Kami juga selalu memelihara sistem mutu dengan menerapkan sistem mutu ISO 9000-2008 yang disertifikasi LRQA (perusahaan penyedia bisnis asuransi),” lanjut Pindad. Akurasi senjata Pindad dinilai baik.
Buktinya, TNI yang memakai senjata Pindad tidak hanya memenangi kompetisi menembak se-Asia-Pasifik di Australia, tapi juga kompetisi menembak antar-angkatan darat se-Asia Tenggara (AARM) dan lomba tembak tahunan yang diselenggarakan militer Raja Brunei, BISAM 2015.
muh shamil/sucipto
Sikap kedua negara yang meminta agar senjata TNI dibongkar pasca lomba itu merupakan bentuk arogansi yang tak boleh ditoleransi. “Itu perilaku superioritas Australia terhadap bangsa yang dinilainya lebih rendah ketimbang mereka. Di beberapa kejuaraan di waktu-waktu lalu pun mereka tidak mengakui kehebatan dan kemenangan regu tembak kita,” kata Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Menurut Tantowi, perilaku Australia jelas melukai harga diri dan perasaan bangsa Indonesia. Terlebih sikap itu berhubungan dengan reputasi TNI Angkatan Darat (AD) yang merepresentasikan bangsa Indonesia. Karena itu dia mendukung penuh sikap tegas TNI AD yang tak mau menuruti permintaan itu.
“Mengapa hanya kita yang diperiksa? Semua harus diperiksa dong kalau mau adil,” kata politikus Partai Golkar ini. Kontingen TNI AD merebut gelar juara umum dalam event tahunan AASAM 2015 yang berlangsung di Puckapunyal, Victoria, Australia, 20-23 Mei lalu. Tim TNI meraup 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu.
Perolehan medali ini jauh mengungguli Australia yang berada di tempat kedua dengan 5 emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Adapun tim AS di tempat ketiga dengan perolehan 4 emas, 1 perak, dan 6 perunggu. Kemenangan telak ini meneruskan prestasi yang diraih tahun-tahun sebelumnya. Secara keseluruhanTNI AD telah menyabet gelar juara umum delapan kali beruntun. Namun pada penyelenggaraan terakhir kemarin, agaknya Australia dan AS tak puas.
Mereka melayangkan protes ke panitia dan selanjutnya panitia memerintahkan agar senjata SS2 V4 dan pistol G2 buatan Pindad dibongkar. “Setelah tim berkonsultasi dengan Jakarta (Mabes TNI AD), permintaan tersebut kita tolak. Kita bersedia (membongkar senjata) bila semua kontingen juga diperlakukan sama,” kata Kadispen TNI AD Brigjen TNI Wuryanto di Jakarta kemarin.
Laman berita ABC asal Australia menyatakan, atas tindakan itu militer Indonesia melayangkan protes ke panitia AASAM. “Sebab selama kompetisi berlangsung, tidak pernah ada satu pun senjata peserta dari 15 partisipan yang dibongkar,” kata dia. Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Tubagus Hasanuddin menegaskan hal serupa.
Menurutnya, permintaan Australia menunjukkan rasa iri atas prestasi cemerlang TNI. “Sebelum pertandingan kan ada inspektur yang mengecek senjata, misalnya panjang laras, kaliber, konstruksi alat bidik, jenis peluru. Bahwa kemudian menang ya memang prajurit TNI sangat andal dan terlatih,” kata Hasanudin. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebelumnya menanggapi santai ketidakpuasan Australia.
Dengan berkelakar dia menyebutkan pembongkaran senjata Pindad tidak akan menghasilkan apaapa karena memang tidak ada hal aneh di dalamnya. “Kalau diminta dipreteli, paling hanya ada baca-bacaan (jimat) saja itu isinya,” kata Ryamizard sambil terkekeh. Mantan KSAD itu memastikan kejadian tersebut tidak akan memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara.
Ryamizard mengklaim Perdana Menteri Tony Abbott bahkan beberapa kali meminta dirinya untuk datang ke Australia. Ryamizard mengaku bisa saja datang ke Australia asalkan Abbott sudah menyelesaikan masalah dalam negerinya. Masalah dimaksud adalah gelombang protes setelah eksekusi mati dua terpidana Bali Nine. Seperti diberitakan, Kejaksaan Agung mengeksekusi mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, dua gembong heroin asal Australia.
Dua warga Australia ini ditembak mati setelah permohonan grasinya ditolak Presiden Joko Widodo. Eksekusi mati Chan dan Sukumaran menuai kemarahan publik Australia. Abbott bahkan beberapa kali mengeluarkan pernyataan pedas dan mengancam menarik duta besarnya di Jakarta karena hukuman mati tersebut. Sentimen negatif itu pula yang diduga memicu sikap Australia di kejuaraan AASAM.
Untuk diketahui, perintah membongkar senjata Pindad tidak pernah terjadi di event itu sebelumnya. Keikutsertaan TNI dalam lomba ini juga direaksi miring media setempat. Pendiri Mercy Campaign, Brigid Delaney, mengatakan bahwa kehadiran para penembak jitu TNI dalam lomba AASAM adalah hal memalukan.
“Saya benci membayangkan Australia menyambut orangorang untuk latihan menembak (di sini) yang mungkin di antaranya terlibat membunuh dalam rentetan kematian,” katanya dalam artikel Herald Sun. Kemarahan itu sepertinya berlanjut hingga lomba selesai. Media itu tak menuliskan Indonesia yang secara brilian berhasil memenangi lomba.
Kualitas Senjata
Tantowi Yahya menekankan kemenangan TNI merupakan pembuktian otentik bahwa senjata buatan dalam negeri sudah memenuhi standar persenjataan dunia. “Oleh karenanya layak untuk didukung baik oleh pemerintah maupun DPR,” tandasnya. Pindad bukan nama baru di jagatprodusenalat utamasistem senjata (alutsista).
Sejak 1983, BUMN itu memproduksi berbagai senjata militer mulai dari amunisi hingga kendaraan lapis baja. Namun produk Pindad diprioritaskan untuk TNI dan pihak berwenang lainnya yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanan nasional. Kualitas senjata Pindad juga mendapatkan pengakuan dari negara lain.
Faktanya, banyak negara di Asia, Amerika Latin, dan Afrika yang memesan amunisi atau senjata dari pabrik ini, terutama senjata genggam dan laras panjang. “Kami terus meningkatkan kualitas berdasarkan penelitian dan pengembangan tenaga ahli dan pengguna,” demikian bunyi pernyataan Pindad.
Selain itu, setiap produk yang dipasarkan sudah melalui tahap pengujian agar memenuhi standarinternasional. Sebutsaja standar militer AS (Mil STD). “Kami juga selalu memelihara sistem mutu dengan menerapkan sistem mutu ISO 9000-2008 yang disertifikasi LRQA (perusahaan penyedia bisnis asuransi),” lanjut Pindad. Akurasi senjata Pindad dinilai baik.
Buktinya, TNI yang memakai senjata Pindad tidak hanya memenangi kompetisi menembak se-Asia-Pasifik di Australia, tapi juga kompetisi menembak antar-angkatan darat se-Asia Tenggara (AARM) dan lomba tembak tahunan yang diselenggarakan militer Raja Brunei, BISAM 2015.
muh shamil/sucipto
(bbg)