Hong Kong Waspada MERS
A
A
A
HONG KONG - Setelah 15 orang di Korea Selatan (Korsel) terjangkit virus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), Pemerintah Hong Kong memperketat pengawasan di bandara dan pelabuhan.
Kemarin sebanyak 8 orang yang diduga melakukan kontak jarak dekat dengan pengidap MERS asal Korsel langsung dikarantina di Hong Kong. Kedelapan orang itu dikirim dan diisolasi ke kamp karantina. Pemerintah Hong Kong waspada terhadap ancaman MERS. Pasalnya, selain termasuk penyakit menular, belum ada vaksin yang terbukti ampuh menyembuhkan MERS.
Posisi dan situasi itu membuat MERS menjadi penyakit berbahaya yang rentan menyebabkan kematian. Sebagai salah satu destinasi warga Korsel, Hong Kong memperketat pengawasan di setiap pintu masuk Hong Kong. Kepala Bidang Makanan dan Kesehatan Hong Kong Ko Wing-man mengatakan, awalnya dua perempuan menolak dikarantina. Mereka berkelit dan berbohong.
Namun, atas bantuan anggota diplomatik dari perwakilan Korsel di Hong Kong, dua perempuan itu akhirnya mau bekerja sama. ”Ini sangat penting. Sebab, ke-tika mereka berada di tempat karantina, petugas medis Hong Kong dari Pusat Perlindungan Kesehatan bisa memberikan pendampingan kesehatan,” ujar Ko seperti dikutip Xinhua.
Menurut Ko, mereka akan dikarantina selama dua pekan di Lady MacLehose Holiday Village, Sai Kung, Hong Kong. MERS pertama kali menyerang tubuh manusia di Arab Saudi pada 2012. Virusnya mirip sindrom pernapasan akut parah (SARS). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kasus MERS mencapai lebih dari 1.000 kasus.
Lebih dari 400 di antaranya tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, penderita MERS di Korsel bertambah. Kemarin 2 warga berusia di atas 30 tahun positif terkena MERS. Menteri Kesehatan (Menkes) Korsel Moon Hyung-pyo meminta maaf karena pihaknya belum sanggup mencegah laju pengidap MERS di negaranya.
Dia mengatakan pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik. Pasien pertama diisolasikan sejak 20 Mei setelah pulang dari Timur Tengah pada 4 Mei. Virusnya menyebar dan menjangkiti istrinya dan seorang lakilaki berusia 76 tahun yang berada satu ruangan dengan pasien pertama.
Selanjutnya pasien ketiga, yaitu anak perempuan yang sering menjenguk ayahnya di rumah sakit, juga terserang MERS dan tercatat sebagai pasien keempat. Warga Korsel yang dilaporkan pernah melakukan kontak jarak dekat dengan pasien ketiga (ayahnya) dan keempat (adiknya) pada Selasa (26/5) lalu terbang ke China melalui Hong Kong dengan menggunakan maskapai Asiana untuk memenuhi panggilan bisnis.
Dia dinyatakan positif terkena MERS hingga memaksa China dan Hong Kong mengarantina puluhan orang. Kementerian Pertahanan Korsel juga mengatakan sebanyak 30 tentara Korsel diperiksa karena dicurigai mengidap MERS. Mereka dikarantina untuk mencegah penyakit yang presentasi mematikannya mencapai 40,7% itu menular.
Kementerian Pertahanan akan memastikan dan mengonfirmasi kondisi ke-30 serdadu tersebut secepatnya. Penyebab menyebarnya kekhawatiran MERS di area militer karena ibu seorang serdadu ada dalam daftar 15 warga Korsel pengidap MERS. Kementerian Pertahanan menyatakan tidak menemukan gejala yang aneh pada diri serdadu itu. ”Namun kami harus berhati-hati karena dia baru bertemu dengan ibunya,” demikian bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan seperti dilansir Yonhap.
MERS memang menakutkan, tetapi tidak semematikan SARS yang menewaskan ribuan orang ketika pertama kali mewabah di Asia pada 2003. Meski demikian, bahaya MERS tidak dapat dipandang sebelah mata. Jumlah pengidap MERS, baik positif atau masih diidentifikasi, diduga akan bertambah mengingat penularannya sulit dicegah.
Muh shamil
Kemarin sebanyak 8 orang yang diduga melakukan kontak jarak dekat dengan pengidap MERS asal Korsel langsung dikarantina di Hong Kong. Kedelapan orang itu dikirim dan diisolasi ke kamp karantina. Pemerintah Hong Kong waspada terhadap ancaman MERS. Pasalnya, selain termasuk penyakit menular, belum ada vaksin yang terbukti ampuh menyembuhkan MERS.
Posisi dan situasi itu membuat MERS menjadi penyakit berbahaya yang rentan menyebabkan kematian. Sebagai salah satu destinasi warga Korsel, Hong Kong memperketat pengawasan di setiap pintu masuk Hong Kong. Kepala Bidang Makanan dan Kesehatan Hong Kong Ko Wing-man mengatakan, awalnya dua perempuan menolak dikarantina. Mereka berkelit dan berbohong.
Namun, atas bantuan anggota diplomatik dari perwakilan Korsel di Hong Kong, dua perempuan itu akhirnya mau bekerja sama. ”Ini sangat penting. Sebab, ke-tika mereka berada di tempat karantina, petugas medis Hong Kong dari Pusat Perlindungan Kesehatan bisa memberikan pendampingan kesehatan,” ujar Ko seperti dikutip Xinhua.
Menurut Ko, mereka akan dikarantina selama dua pekan di Lady MacLehose Holiday Village, Sai Kung, Hong Kong. MERS pertama kali menyerang tubuh manusia di Arab Saudi pada 2012. Virusnya mirip sindrom pernapasan akut parah (SARS). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kasus MERS mencapai lebih dari 1.000 kasus.
Lebih dari 400 di antaranya tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, penderita MERS di Korsel bertambah. Kemarin 2 warga berusia di atas 30 tahun positif terkena MERS. Menteri Kesehatan (Menkes) Korsel Moon Hyung-pyo meminta maaf karena pihaknya belum sanggup mencegah laju pengidap MERS di negaranya.
Dia mengatakan pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik. Pasien pertama diisolasikan sejak 20 Mei setelah pulang dari Timur Tengah pada 4 Mei. Virusnya menyebar dan menjangkiti istrinya dan seorang lakilaki berusia 76 tahun yang berada satu ruangan dengan pasien pertama.
Selanjutnya pasien ketiga, yaitu anak perempuan yang sering menjenguk ayahnya di rumah sakit, juga terserang MERS dan tercatat sebagai pasien keempat. Warga Korsel yang dilaporkan pernah melakukan kontak jarak dekat dengan pasien ketiga (ayahnya) dan keempat (adiknya) pada Selasa (26/5) lalu terbang ke China melalui Hong Kong dengan menggunakan maskapai Asiana untuk memenuhi panggilan bisnis.
Dia dinyatakan positif terkena MERS hingga memaksa China dan Hong Kong mengarantina puluhan orang. Kementerian Pertahanan Korsel juga mengatakan sebanyak 30 tentara Korsel diperiksa karena dicurigai mengidap MERS. Mereka dikarantina untuk mencegah penyakit yang presentasi mematikannya mencapai 40,7% itu menular.
Kementerian Pertahanan akan memastikan dan mengonfirmasi kondisi ke-30 serdadu tersebut secepatnya. Penyebab menyebarnya kekhawatiran MERS di area militer karena ibu seorang serdadu ada dalam daftar 15 warga Korsel pengidap MERS. Kementerian Pertahanan menyatakan tidak menemukan gejala yang aneh pada diri serdadu itu. ”Namun kami harus berhati-hati karena dia baru bertemu dengan ibunya,” demikian bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan seperti dilansir Yonhap.
MERS memang menakutkan, tetapi tidak semematikan SARS yang menewaskan ribuan orang ketika pertama kali mewabah di Asia pada 2003. Meski demikian, bahaya MERS tidak dapat dipandang sebelah mata. Jumlah pengidap MERS, baik positif atau masih diidentifikasi, diduga akan bertambah mengingat penularannya sulit dicegah.
Muh shamil
(bbg)