Penembakan di Area KTT, Satu WN Singapura Tewas
A
A
A
SINGAPURA - Hari terakhir KTT Pertahanan Asia-Pasifik di Singapura diwarnai penembakan terhadap seorang warga negara Singapura. Dia diduga mencoba kabur di titik pemeriksaan lantaran membawa narkoba.
KTT Pertahanan yang juga dikenal dengan nama Shangri- La Dialogue dihadiri sejumlah pejabat penting negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, di antaranya Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Ashton Carter. Insiden di dekat venue pertemuan, Hotel Shangri-La itu terjadi pagi hari kemarin.
Tiga orang warga Singapura yang berada dalam mobil yang sama memasuki titik pemeriksaan di dekat area KTT. Melakukan pemeriksaan rutin, polisi meminta pengemudi membuka bagasi. Namun pengendara mobil justru mempercepat laju kendaraannya dan menabrak barikade polisi. Petugas lantas melepaskan tembakan karena pengendara mobil membahayakan nyawa polisi.
Satu orang yang berada di belakang kemudi meninggal dunia. Penghuni apartemen dekat Shangri-La mengatakan kepada Straits Times bahwa dia mendengar dua kali tembakan sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Identitas yang ditembak mati belum diketahui. Pihak kepolisian hanya merilis pengemudi tersebut berusia 34 tahun.
Adapun satu orang lainnya terluka dan mendapat perawatan di rumah sakit. Setelah lukanya dirawat, dia dan satu orang lainnya ditahan polisi. Dalam keterangannya, polisi menyebutkan tidak ditemukan senjata tajam atau peledak di dalam kendaraan tersebut. ”Ditemukan zat yang diyakini adalah narkoba. Ada pula alat untuk memakai narkoba di dalam kendaraan itu.
Pengemudi dan salah satu penumpangnya memiliki sejumlah catatan pelanggaran,” papar polisi dalam keterangannya. Singapura dikenal tidak kompromi terhadap kasus narkotika. Beberapa pelanggar dijatuhi hukuman mati. ”Penyelidikan terus dilakukan,” imbuh keterangan polisi. Penembakan sangat jarang terjadi di Singapura.
Seperti diketahui, negara tersebut memiliki catatan kriminal yang sangat rendah. Namun dalam beberapa kesempatan Pemerintah Singapura selalu menyatakan negaranya sangat potensial sebagai target terorisme. Setelah insiden penembakan, polisi menutup seluruh akses ke venue KTT. Baru menjelang siang barikade dibuka, berbarengan dengan didereknya mobil yang dipakai oleh tersangka.
Sementara itu, KTT Pertahanan diakhiri dengan China yang membela kebijakan kontroversialnya terkait dengan pembangunan reklamasi di Laut Cina Selatan. Sebelumnya Carter memberi kritikan keras pada proyek-proyek reklamasi China di Laut China Selatan. Carter menegaskan China sudah melanggar aturan internasional.
Bahkan Pemerintah China dilaporkan berencana membangun zona pertahanan udara di kawasan Laut China Selatan. Menurut Wakil Kepala Staf tentara China, Laksamana Sun Jianguo, realisasi pembangunan zona militer itu tergantung pada perkembangan situasi di lapangan. Menurut Sun, banyak faktor yang akan dipertimbangkan China dalam membangun zona militer tersebut.
Salah satunya adalah faktor keamanan. Ia menambahkan, jika memang pihaknya merasakan adanya ancaman baik dari udara ataupun laut di wilayah itu, China akan langsung membangun zona tersebut. ”Realisasi pembangunan ini tergantung pada apakah ada ancaman udara atau keamanan maritim di kawasan itu dan ada beberapa faktor lain yang lebih luas, yang akan dipertimbangkan dalam pembangunan tersebut,” kata Sun seperti dilansir Reuters.
Ananda nararya
KTT Pertahanan yang juga dikenal dengan nama Shangri- La Dialogue dihadiri sejumlah pejabat penting negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, di antaranya Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Ashton Carter. Insiden di dekat venue pertemuan, Hotel Shangri-La itu terjadi pagi hari kemarin.
Tiga orang warga Singapura yang berada dalam mobil yang sama memasuki titik pemeriksaan di dekat area KTT. Melakukan pemeriksaan rutin, polisi meminta pengemudi membuka bagasi. Namun pengendara mobil justru mempercepat laju kendaraannya dan menabrak barikade polisi. Petugas lantas melepaskan tembakan karena pengendara mobil membahayakan nyawa polisi.
Satu orang yang berada di belakang kemudi meninggal dunia. Penghuni apartemen dekat Shangri-La mengatakan kepada Straits Times bahwa dia mendengar dua kali tembakan sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Identitas yang ditembak mati belum diketahui. Pihak kepolisian hanya merilis pengemudi tersebut berusia 34 tahun.
Adapun satu orang lainnya terluka dan mendapat perawatan di rumah sakit. Setelah lukanya dirawat, dia dan satu orang lainnya ditahan polisi. Dalam keterangannya, polisi menyebutkan tidak ditemukan senjata tajam atau peledak di dalam kendaraan tersebut. ”Ditemukan zat yang diyakini adalah narkoba. Ada pula alat untuk memakai narkoba di dalam kendaraan itu.
Pengemudi dan salah satu penumpangnya memiliki sejumlah catatan pelanggaran,” papar polisi dalam keterangannya. Singapura dikenal tidak kompromi terhadap kasus narkotika. Beberapa pelanggar dijatuhi hukuman mati. ”Penyelidikan terus dilakukan,” imbuh keterangan polisi. Penembakan sangat jarang terjadi di Singapura.
Seperti diketahui, negara tersebut memiliki catatan kriminal yang sangat rendah. Namun dalam beberapa kesempatan Pemerintah Singapura selalu menyatakan negaranya sangat potensial sebagai target terorisme. Setelah insiden penembakan, polisi menutup seluruh akses ke venue KTT. Baru menjelang siang barikade dibuka, berbarengan dengan didereknya mobil yang dipakai oleh tersangka.
Sementara itu, KTT Pertahanan diakhiri dengan China yang membela kebijakan kontroversialnya terkait dengan pembangunan reklamasi di Laut Cina Selatan. Sebelumnya Carter memberi kritikan keras pada proyek-proyek reklamasi China di Laut China Selatan. Carter menegaskan China sudah melanggar aturan internasional.
Bahkan Pemerintah China dilaporkan berencana membangun zona pertahanan udara di kawasan Laut China Selatan. Menurut Wakil Kepala Staf tentara China, Laksamana Sun Jianguo, realisasi pembangunan zona militer itu tergantung pada perkembangan situasi di lapangan. Menurut Sun, banyak faktor yang akan dipertimbangkan China dalam membangun zona militer tersebut.
Salah satunya adalah faktor keamanan. Ia menambahkan, jika memang pihaknya merasakan adanya ancaman baik dari udara ataupun laut di wilayah itu, China akan langsung membangun zona tersebut. ”Realisasi pembangunan ini tergantung pada apakah ada ancaman udara atau keamanan maritim di kawasan itu dan ada beberapa faktor lain yang lebih luas, yang akan dipertimbangkan dalam pembangunan tersebut,” kata Sun seperti dilansir Reuters.
Ananda nararya
(bbg)