Rumah Sakit di India Dibanjiri Pasien
A
A
A
NEW DELHI - Ribuan rumah sakit di India dibanjiri pasien jatuh sakit akibat gelombang panas yang menewaskan sedikitnya 1.500 jiwa.
Banyak rumah sakit yang tidak dapat menampung korban gelombang panas. Banyak pasien yang ditolak tersebut tewas karena tidak mendapatkan perawatan cepat. Tak ingin korban jiwa bertambah banyak, pejabat rumah sakit berjuang keras untuk menangani membeludaknya pasien.
”Rumah sakit tidak mampu menampung korban gelombang panas,” kata Ajay Lekhi, presiden Asosiasi Medis New Delhi, dikutip AFP. ”Banyak pasien mengeluh sakit kepala dan pusing. Gejala pasien lainnya adalah demam karena dehidrasi akut,” ujarnya. Pemerintah India melarang dokter meninggalkan rumah sakit dan pusat kesehatan. Tenaga paramedis juga tidak diperbolehkan izin cuti. Pasokan obat-obatan juga ditingkatkan ke berbagai fasilitas kesehatan di Negara Bagian Andhra Pradesh dan Telangana.
Untuk berkonsultasi dan mendapatkan obat dari dokter, ribuan warga juga harus rela mengantre di rumah sakit. Antrean panjang terlihat di luar All India Institute of Medical Sciences , salah satu rumah sakit pemerintah terbesar. Banyak perempuan rela berdiri sambil membawa minuman dingin. Beberapa warga lainnya berusaha menenangkan bayinya yang menangis karena kepanasan.
”Tidak ada aliran listrik selama lima jam semalam,” kata Seema Sharma, ibu rumah tangga berusia 31 tahun yang antre di luar rumah sakit bersama putranya berusia empat tahun. ”Anda dapat membayangkan apa yang harus kita lalui. Dia (anak) tidak bisa tidur dan terus menangis. Sekarang dia sakit panas,” imbuhnya. Di Negara Bagian Andhra Pradesh, jumlah korban tewas mencapai 1.020 orang sejak 18 Mei. Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan korban tewas akibat gelombang panas tahun lalu.
Sedangkan 340 orang meninggal dunia di Negara Bagian Telangana akibat temperatur mencapai 48 derajat Celsius. Kantor berita Press Trust of India melaporkan 43 korban tewas di Negara Bagian Orissa. Sebanyak 13 orang meninggal dunia di West Bengal dan serikat sopir taksi meminta anggotanya untuk berhenti bekerja selama musim gelombang panas.
”Durasi gelombang panas pada 2015 ini lebih pendek, tetapi jumlah korban lebih tinggi,” kata Arjuna Srinidhi, manajer Program Perubahan Iklim pada Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan (CSE), dikutip AFP . ”Gelombang panas itu disebabkan perubahan temperatur yang sangat tiba-tiba setelah musim basa pada Februari dan Maret yang menjadi suhu tetap dingin,” tambahnya. Tingginya pemakaian alat pendingin ruangan memicu kekurangan pasokan listrik di New Delhi.
Bagi warga yang tidak memiliki alat tersebut, mereka terpaksa tidur di luar rumah. Media lokal India melaporkan ribuan warga memilih tidur di jalanan pada malam hari. Otoritas memerintahkan pemasangan pendingin ruangan di fasilitas penampungan tunawisma. ”Ketika temperatur naik, sangat sulit tidur di dalam rumah, ” kata seorang pekerja konstruksi berusia 54 tahun kepada Hindustan Times .
”Tidur di jalanan merupakan opsi terbaik.” Warga yang paling menderita akibat gelombang panas adalah orang miskin. Baddula, 76, berduka setelah kematian putranya bernama Venkatesham karena dehidrasi akut. ”Dokter mendiagnosis Venkatesham meninggal karena serangan panas,” ujar Baddula kepada CNN. Venkatesham merupakan satu dari 70 orang yang meninggal di Distrik Nalgonda dan satu dari 340 orang yang tewas di Negara Bagian Telangana.
Banyak warga yang sakit juga tidak memilih untuk pergi ke dokter atau rumah sakit. ”Saya mengalami sakit kepala. Tapi, itu tidak terlalu sering,” ujar Akhlaq, 28, pedagang barang seni, kepada Reuters . Dia memprotes seruan pemerintah yang meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah.
”Bagaimana saya mendapatkan uang?” ucapnya. Pakar meteorologi mengungkapkan ada sedikit harapan gelombang panas akan mengalami jeda sebentar di India utara karena dipicu angin kering. ”Dalam waktu empat atau lima hari mendatang, gelombang panas akan mereda,” ujar Brahma Prakash Yadav, direktur Departemen Meteorologi India. Gelombang panas itu disebabkan embusan udara kontinental dari Iran dan Afghanistan.
Dampak buruk gelombang panas adalah tingginya sinar ultraviolet (UV) seperti yang dilaporkan Institut India untuk Meteorologi Tropis (IITM). Tingginya sinar UV itu ditemukan di New Delhi sejak dua pekan lalu. ”Tingginya kuantitas sinar UV berdampak buruk pada kesehatan,” demikian ungkap IITM.
Andika hendra m
Banyak rumah sakit yang tidak dapat menampung korban gelombang panas. Banyak pasien yang ditolak tersebut tewas karena tidak mendapatkan perawatan cepat. Tak ingin korban jiwa bertambah banyak, pejabat rumah sakit berjuang keras untuk menangani membeludaknya pasien.
”Rumah sakit tidak mampu menampung korban gelombang panas,” kata Ajay Lekhi, presiden Asosiasi Medis New Delhi, dikutip AFP. ”Banyak pasien mengeluh sakit kepala dan pusing. Gejala pasien lainnya adalah demam karena dehidrasi akut,” ujarnya. Pemerintah India melarang dokter meninggalkan rumah sakit dan pusat kesehatan. Tenaga paramedis juga tidak diperbolehkan izin cuti. Pasokan obat-obatan juga ditingkatkan ke berbagai fasilitas kesehatan di Negara Bagian Andhra Pradesh dan Telangana.
Untuk berkonsultasi dan mendapatkan obat dari dokter, ribuan warga juga harus rela mengantre di rumah sakit. Antrean panjang terlihat di luar All India Institute of Medical Sciences , salah satu rumah sakit pemerintah terbesar. Banyak perempuan rela berdiri sambil membawa minuman dingin. Beberapa warga lainnya berusaha menenangkan bayinya yang menangis karena kepanasan.
”Tidak ada aliran listrik selama lima jam semalam,” kata Seema Sharma, ibu rumah tangga berusia 31 tahun yang antre di luar rumah sakit bersama putranya berusia empat tahun. ”Anda dapat membayangkan apa yang harus kita lalui. Dia (anak) tidak bisa tidur dan terus menangis. Sekarang dia sakit panas,” imbuhnya. Di Negara Bagian Andhra Pradesh, jumlah korban tewas mencapai 1.020 orang sejak 18 Mei. Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan korban tewas akibat gelombang panas tahun lalu.
Sedangkan 340 orang meninggal dunia di Negara Bagian Telangana akibat temperatur mencapai 48 derajat Celsius. Kantor berita Press Trust of India melaporkan 43 korban tewas di Negara Bagian Orissa. Sebanyak 13 orang meninggal dunia di West Bengal dan serikat sopir taksi meminta anggotanya untuk berhenti bekerja selama musim gelombang panas.
”Durasi gelombang panas pada 2015 ini lebih pendek, tetapi jumlah korban lebih tinggi,” kata Arjuna Srinidhi, manajer Program Perubahan Iklim pada Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan (CSE), dikutip AFP . ”Gelombang panas itu disebabkan perubahan temperatur yang sangat tiba-tiba setelah musim basa pada Februari dan Maret yang menjadi suhu tetap dingin,” tambahnya. Tingginya pemakaian alat pendingin ruangan memicu kekurangan pasokan listrik di New Delhi.
Bagi warga yang tidak memiliki alat tersebut, mereka terpaksa tidur di luar rumah. Media lokal India melaporkan ribuan warga memilih tidur di jalanan pada malam hari. Otoritas memerintahkan pemasangan pendingin ruangan di fasilitas penampungan tunawisma. ”Ketika temperatur naik, sangat sulit tidur di dalam rumah, ” kata seorang pekerja konstruksi berusia 54 tahun kepada Hindustan Times .
”Tidur di jalanan merupakan opsi terbaik.” Warga yang paling menderita akibat gelombang panas adalah orang miskin. Baddula, 76, berduka setelah kematian putranya bernama Venkatesham karena dehidrasi akut. ”Dokter mendiagnosis Venkatesham meninggal karena serangan panas,” ujar Baddula kepada CNN. Venkatesham merupakan satu dari 70 orang yang meninggal di Distrik Nalgonda dan satu dari 340 orang yang tewas di Negara Bagian Telangana.
Banyak warga yang sakit juga tidak memilih untuk pergi ke dokter atau rumah sakit. ”Saya mengalami sakit kepala. Tapi, itu tidak terlalu sering,” ujar Akhlaq, 28, pedagang barang seni, kepada Reuters . Dia memprotes seruan pemerintah yang meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah.
”Bagaimana saya mendapatkan uang?” ucapnya. Pakar meteorologi mengungkapkan ada sedikit harapan gelombang panas akan mengalami jeda sebentar di India utara karena dipicu angin kering. ”Dalam waktu empat atau lima hari mendatang, gelombang panas akan mereda,” ujar Brahma Prakash Yadav, direktur Departemen Meteorologi India. Gelombang panas itu disebabkan embusan udara kontinental dari Iran dan Afghanistan.
Dampak buruk gelombang panas adalah tingginya sinar ultraviolet (UV) seperti yang dilaporkan Institut India untuk Meteorologi Tropis (IITM). Tingginya sinar UV itu ditemukan di New Delhi sejak dua pekan lalu. ”Tingginya kuantitas sinar UV berdampak buruk pada kesehatan,” demikian ungkap IITM.
Andika hendra m
(ars)