Chuck Blazer, Informan Rahasia Pembocor Rahasia Gelap FIFA

Jum'at, 29 Mei 2015 - 07:53 WIB
Chuck Blazer, Informan...
Chuck Blazer, Informan Rahasia Pembocor Rahasia Gelap FIFA
A A A
Cambangnya lebat, putih, memenuhi hampir sebagian mukanya yang bulat. Rambutnya juga nyaris tak menyisakan warna hitam.

Dulu, dia bukan orang sembarangan. Sebagai salah satu anggota Komite Eksekutif Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), sepak terjangnya tak jauh dari Sepp Blatter, nakhoda lembaga ”superpower” itu. Namun kini dia hanya pesakitan. Chuck Blazer telah didakwa oleh pengadilan Amerika Serikat (AS) dengan 10 dakwaan, termasuk pemerasan, penipuan, pencucian uang, dan penggelapan pajak. Siapa Blazer?

Nama pria kelahiran New York City ini kembali terangkat ke permukaan seiring operasi penggerebekan kepolisian Swiss dan Biro Investigasi Federal (FBI) terhadap sejumlah petinggi FIFA di Hotel Au Lac Zurich, Rabu (27/5) dini hari. Sejumlah media menyebutnya sebagai sang peniup peluit (whistle blower). The Daily Newsmelaporkan, Blazer yang juga telah ditetapkan sebagai tersangka dalam skandal korupsi FIFA ini merupakan informan rahasia FBI.

Sejak kasusnya ditangani biro investigasi tersebut, Blazer memilih bersikap kooperatif. Dia setuju untuk membantu penyelidikan dan mencari bukti-bukti dugaan korupsi. Daily Newsmenyebutkan bahwa Blazer memakai mikrofon tersembunyi saat pejabat FIFA melakukan diskusi dalam kompetisi olah raga Olimpiade London 2012.

Semua percakapan dalam ruangan tersebut terekam dengan baik. Kepala Penyelidikan untuk Pelayanan Pendapatan Internal (Internal Revenue Service/ IRS) AS Richard Weber mengatakan, Blazer sudah tidak pantas bermain di lapangan FIFA karena melanggar aturan hukum. Dia layak diganjar ”kartu merah”. Dalam penyidikan 25 November 2013, Blazer mengakui bahwa dirinya korup.

Konsekuensinya dia harus membayar USD 1,9 juta. Pria 70 tahun yang didiagnosis mengidap kanker ini juga harus siap kembali membayar denda dalam sidang kedua. Di kamar rumah sakit, Blazer hanya terbaring pucat, jauh dari makanan mahal, perjalanan mewah, dan kehidupan yang glamor. Bandingkan dengan ketika dia berjaya dengan burung beo di bahu dan hidup berfoya-foya. Rabu lalu dia tak mau berkata banyak. ”Saya tidak bisa bicara,” katanya.

Begitu pun pengacaranya, Mary Mulligan, memilih tutup mulut atas skandal FIFA. Karier Blazer di dunia sepak bola melesat dari tingkat regional hingga internasional. Dari April 1990 hingga Desember 2011, dia tercatat sebagai Sekretaris Jenderal Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF).

Dikenal sebagai sosok pekerja keras, dia kemudian menduduki kursi anggota Komite Eksekutif FIFA (1997–2013). Selama menjadi bagian dari FIFA, Blazer membuat sebuah blog http://chuckblazer. blogspot.com/. Di dalam artikel berjudul ”Perjalanan Chuck Blazer dan Teman-Temannya” (”Travels With Chuck Blazer and his Friends”) itu, dia mengabadikan kisah perjalanannya dengan Miss Universe, Nelson Mandela, dan Vladimir Putin.

”Putin melihat kepada saya dengan tatapan yang sangat serius dan berkata, tanpa tersenyum, ‘Anda tahu, Anda mirip Karl Marx’!” tulis Blazer. Sayangnya, sisi gelap Blazer melahap kepribadiannya. Pengadilan AS menyatakan Blazer hanya memperkaya diri sendiri melalui cara-cara yang tidak pantas saat menjabat posisi penting.

Ratusan ribu dolar mengalir ke dalam rekeningnya dari media atau hak pemasaran saat Piala Emas (Gold Cup) CONCACAF bergulir. Pada 2004, dia juga menerima uang suap senilai USD 1 juta dari Afrika Selatan untuk menjual suara delegasi FIFA agar Afsel berpeluang menjadi tuan rumah pada Piala Dunia 2010. Blazer mendapatkan pembayaran itu, tapi hanya USD750.000. Di CONCACAF, dari 1996–2011, dia terbukti menerima uang komisi, pembayaran sewa, dan biaya lebih dari USD 20,6 juta.

Blazer membeli akomodasi mewah di Miami dan Bahamas serta mobil Hummer seharga USD48.500 dengan fulusharam tersebut. ”Dia membuat CONCACAF menjadi lahan keuntungan dan memanfaatkannya untuk memperkaya diri sendiri,” kata Kepala Komite Integritas CONCACAF David Simmons. Menurutnya, dari 2005 hingga 2010, Blazer juga tidak pernah membayar pajak dan menyembunyikan total pendapatannya dari IRS. Selain Blazer, dunia juga memberi perhatian khusus terhadap Jaksa Agung AS Loretta Lynch.

Hanya beberapa pekan menjabat, dia mengobrakabrik FIFA, lembaga yang selama ini dikenal kebal hukum. Lynch mengumumkan langsung sangkaan korupsi kepada 14 orang, termasuk sembilan petinggi FIFA. Hal ini seolah menggambarkan kobaran semangat diri sebagai jaksa AS yang agresif dan tanpa kompromi.

”Sangkaan korupsi (oleh para pejabat FIFA) itu adalah (tindakan) merajalela, sistemik, dan mengakar baik di luar maupun di dalam negeri AS,” kata Lynch, perempuan yang dijuluki campuran antara baja dan beludru oleh Senator Demokrat Diane Feinstein. Lynch perempuan Afro- Amerika pertama yang menempati posisi jaksa agung menggantikan Eric Holder, orang kulit hitam pertama yang memangku jabatan itu.

Sebagai jaksa penuntut di New York, dia terkenal sebagai penuntut yang gigih, mengirim sejumlah mafia dan teroris ke penjara. Ketika membentengi operasi penyidikan pejabat FIFA oleh FBI, organisasi sepak bola tertinggi di dunia itu sedang bersiap menggelar pemilihan presiden yang dijadwalkan hari ini. Seperti diketahui, Sepp Blatter, orang nomor satu yang telah menjabat sejak 1998, enggan turun dan terus menyatakan ambisinya untuk menjabat kembali sebagai presiden.

”Mereka telah mengorupsi bisnis sepak bola seluruh dunia demi kepentingan mereka dan memperkaya diri mereka sendiri,” kata Lynch. ”Mereka melakukan ini berulang-ulang, dari tahun ke tahun, dari turnamen ke turnamen,” katanya seperti dikutip AFP.

Muh Shamil
Jakarta
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0545 seconds (0.1#10.140)