Polisi Malaysia Gali 139 Kuburan
A
A
A
KUALA LUMPUR - Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM) menggali 139 kuburan yang diyakini sebagai tempat persemayaman imigran ireguler korban perdagangan manusia di Wang Kelian, negara bagian Perlis, dekat perbatasan antara Malaysia-Thailand, kemarin.
Kepala PDRM Khalid Abu Bakar mengatakan, penggalian dilakukan untuk mencari jawaban atas dugaan ada jenazah imigran ireguler. Kuburan massal tersebut berada dekat dengan 28 perkemahan yang dicurigai tempat penampungan imigran ireguler milik pelaku perdagangan manusia. ”Polisi masih belum dapat memastikan apakah semua kuburan itu berisi mayat atau tidak karena itu semuanya digali,” kata Khalid, di Wang Kelian, kemarin, dikutip Sinar Harian.
”Kami yakin perkemahan yang kami temukan digunakan sejak 2013. Dua perkemahan bahkan baru ditinggalkan antara dua hingga tiga minggu lalu,” sambungnya. Penemuan itu hasil operasi 300 anggota pasukan khusus Malaysia (VAT 69) dan pasukan infanteri ringan (Pasukan Gerakan Am/PGA) PDRM yang dilakukan sejak 11- 23 Mei silam. Polisi yakin kuburan dan perkemahan itu masih berkaitan dengan kuburan dan perkemahan imigran ilegal yang ditemukan kepolisian Thailand beberapa waktu lalu.
”Penemuan ini membuktikan Malaysia berusaha bersikap transparan dan tidak menyembunyikan sedikit pun isu perdagangan manusia,” sebut Khalid. Dia menambahkan, dari hasil pengamatan dan penyelidikan awal, ada tanda-tanda imigran ireguler ditahan sebelum diselundupkan ke Malaysia melalui Thailand. Mereka terkekang dan tidak bisa bergerak bebas.
Menurut Khalid, Malaysia melakukan operasi tersebut menyusul penemuan kuburan massal dan perkemahan di Padang besar dan Songkhla, Thailand. Saat itu, polisi Thailand menemukan banyak tulang belulang imigran ireguler etnis muslim Rohingya, Myanmar, dan Bangladesh. Data itu diperoleh dari kesaksian imigran yang masih hidup. Sampai berita ini diturunkan, PDRM belum memberikan laporan terbaru mengenai hasil penggalian mereka yang direncanakan selesai sore waktu setempat.
Sekitar 31 petugas dari tim forensik diturunkan ke tempat kejadian perkara (TKP) sejak pagi kemarin. Mereka dibagi ke sektor A, B, dan C yang membentang hampir 60 kilometer. ”Sektor A luasnya 11 kilometer, berbukit dan bertebing sangat curam. Di situlah 28 perkemahan ilegal ditemukan, tapi kami tidak menemukan gua atau jejak manusia,” tandas Khalid.
”Sektor B luasnya 24 kilometer dan sukar diakses. Sektor C luasnya 14,5 kilometer, kampung dan sawah. Aktivitas kemungkinan hanya di sektor A,” tambahnya. Lokasi perkemahan di sektor A sekitar 100 meter dari perkemahan yang ditemukan polisi Thailand di Thailand Selatan. Menurut Khalid, setiap perkemahan digunakan untuk menampung imigran ireguler dengan pembagian yang beragam.
Ada yang satu kemah hanya dua orang, ada yang 10- 20 orang, dan ada yang sampai 200 orang. ”Informasi yang kami peroleh menunjukkan para sindikat membawa masuk imigran ireguler ke Malaysia melalui jalur umum atau lorong tikus di Padang besar atau Wang Kelian setelah mereka mendapat bayaran dari orang-orang tertentu,” tutur Khalid.
Dia berharap PDRM dapat menciduk semua pelaku dan memutus jaringan perdagangan manusia. Saat ini PDR Mmenangka p37 tersangka perdagangan manusia sejak awal Januari lalu. Sekitar 90% tersangka merupakan warga yang bermukim di wilayah perbatasan Kedah, Perlis, Perak, dan Kelantan. Sementara itu, jumlah imigran ireguler yang ditemukan bermukim di Perlis mencapai 1.914 orang sejak Januari- April tahun ini.
”Tahun lalu kami menahan imigran ireguler sebanyak 2.094 orang di wilayah perbatasan Kedah, 3.462 orang di Kelantan, dan 966 orang di Perak, sedangkan tahun ini kami menahan 853 orang di Kedah, 88 orang di Kelantan, dan 498 orang di Perak,” kata Khalid. Perwakilan dari Thailand Mayor Jenderal Ekaphop Prasitwattanchai mengatakan, Pemerintah Thailand siap bekerja sama dengan Malaysia, termasuk saling tukar informasi mengenai isu ini. ”Sama dengan Malaysia, kami juga ingin memberantas perdagangan manusia, khususnya di kedua negara,” tutupnya.
Muh shamil
Kepala PDRM Khalid Abu Bakar mengatakan, penggalian dilakukan untuk mencari jawaban atas dugaan ada jenazah imigran ireguler. Kuburan massal tersebut berada dekat dengan 28 perkemahan yang dicurigai tempat penampungan imigran ireguler milik pelaku perdagangan manusia. ”Polisi masih belum dapat memastikan apakah semua kuburan itu berisi mayat atau tidak karena itu semuanya digali,” kata Khalid, di Wang Kelian, kemarin, dikutip Sinar Harian.
”Kami yakin perkemahan yang kami temukan digunakan sejak 2013. Dua perkemahan bahkan baru ditinggalkan antara dua hingga tiga minggu lalu,” sambungnya. Penemuan itu hasil operasi 300 anggota pasukan khusus Malaysia (VAT 69) dan pasukan infanteri ringan (Pasukan Gerakan Am/PGA) PDRM yang dilakukan sejak 11- 23 Mei silam. Polisi yakin kuburan dan perkemahan itu masih berkaitan dengan kuburan dan perkemahan imigran ilegal yang ditemukan kepolisian Thailand beberapa waktu lalu.
”Penemuan ini membuktikan Malaysia berusaha bersikap transparan dan tidak menyembunyikan sedikit pun isu perdagangan manusia,” sebut Khalid. Dia menambahkan, dari hasil pengamatan dan penyelidikan awal, ada tanda-tanda imigran ireguler ditahan sebelum diselundupkan ke Malaysia melalui Thailand. Mereka terkekang dan tidak bisa bergerak bebas.
Menurut Khalid, Malaysia melakukan operasi tersebut menyusul penemuan kuburan massal dan perkemahan di Padang besar dan Songkhla, Thailand. Saat itu, polisi Thailand menemukan banyak tulang belulang imigran ireguler etnis muslim Rohingya, Myanmar, dan Bangladesh. Data itu diperoleh dari kesaksian imigran yang masih hidup. Sampai berita ini diturunkan, PDRM belum memberikan laporan terbaru mengenai hasil penggalian mereka yang direncanakan selesai sore waktu setempat.
Sekitar 31 petugas dari tim forensik diturunkan ke tempat kejadian perkara (TKP) sejak pagi kemarin. Mereka dibagi ke sektor A, B, dan C yang membentang hampir 60 kilometer. ”Sektor A luasnya 11 kilometer, berbukit dan bertebing sangat curam. Di situlah 28 perkemahan ilegal ditemukan, tapi kami tidak menemukan gua atau jejak manusia,” tandas Khalid.
”Sektor B luasnya 24 kilometer dan sukar diakses. Sektor C luasnya 14,5 kilometer, kampung dan sawah. Aktivitas kemungkinan hanya di sektor A,” tambahnya. Lokasi perkemahan di sektor A sekitar 100 meter dari perkemahan yang ditemukan polisi Thailand di Thailand Selatan. Menurut Khalid, setiap perkemahan digunakan untuk menampung imigran ireguler dengan pembagian yang beragam.
Ada yang satu kemah hanya dua orang, ada yang 10- 20 orang, dan ada yang sampai 200 orang. ”Informasi yang kami peroleh menunjukkan para sindikat membawa masuk imigran ireguler ke Malaysia melalui jalur umum atau lorong tikus di Padang besar atau Wang Kelian setelah mereka mendapat bayaran dari orang-orang tertentu,” tutur Khalid.
Dia berharap PDRM dapat menciduk semua pelaku dan memutus jaringan perdagangan manusia. Saat ini PDR Mmenangka p37 tersangka perdagangan manusia sejak awal Januari lalu. Sekitar 90% tersangka merupakan warga yang bermukim di wilayah perbatasan Kedah, Perlis, Perak, dan Kelantan. Sementara itu, jumlah imigran ireguler yang ditemukan bermukim di Perlis mencapai 1.914 orang sejak Januari- April tahun ini.
”Tahun lalu kami menahan imigran ireguler sebanyak 2.094 orang di wilayah perbatasan Kedah, 3.462 orang di Kelantan, dan 966 orang di Perak, sedangkan tahun ini kami menahan 853 orang di Kedah, 88 orang di Kelantan, dan 498 orang di Perak,” kata Khalid. Perwakilan dari Thailand Mayor Jenderal Ekaphop Prasitwattanchai mengatakan, Pemerintah Thailand siap bekerja sama dengan Malaysia, termasuk saling tukar informasi mengenai isu ini. ”Sama dengan Malaysia, kami juga ingin memberantas perdagangan manusia, khususnya di kedua negara,” tutupnya.
Muh shamil
(bbg)