Semarjawi Ikon Baru Pariwisata Semarang

Minggu, 24 Mei 2015 - 12:10 WIB
Semarjawi Ikon Baru Pariwisata Semarang
Semarjawi Ikon Baru Pariwisata Semarang
A A A
Tak mau kalah dengan kota-kota besar lainnya, sejak Oktober tahun lalu Kota Semarang juga mempunyai bus tingkat khusus untuk city tour. Semarjawi, nama kendaraan ini, memiliki desain unik berkonsep art deco dengan logo kepala warak di kedua sisi bodi bus.

Nama Semarjawi akronim dari Semarang Jalan-Jalan Wisata merupakan hasil dari sayembara oleh Pemerintah Kota Semarang yang melibatkan masyarakat. Dengan bus double decker merah dengan bentuk perpaduan antara bus legendaris Routemaster di London dan tram di San Francisco ini, masyarakat Semarang maupun para wisatawan dapat berkeliling kota melihatlihat berbagai lokasi pariwisata.

Rutenya berangkat dari Taman Srigunting (samping Gereja Blenduk) melintasi beberapa jalan protokol dan kembali lagi ke Taman Srigunting dengan durasi 40 menit sekali perjalanan. Tidak boleh ada penumpang yang berdiri dengan alasan keselamatan. Dalam setiap perjalanan, penumpang didampingi petugas pemandu. Hingga kini baru ada satu Semarjawi yang beroperasi.

Pada hari kerja, bus ini berjalanmulaisore hinggamalamhari (lihat infografis). Sementara pada akhir pekan, bus sumbangan PT Telekomunikasi Selular melalui program corporate social responsibility (CSR) iniberoperasi sejak pagi. Tiket bisa dibeli dengan mendatangi loket di Retro Cafe Jalan di Jalan Garuda (belakang Gereja Blenduk). Kita juga bisa melakukan booking secara online melalui website www.semarjawi.com.

Setelah mengisi data, calon penumpang akan mendapat SMS berupa kode booking. Satu jam sebelum jam keberangkatan, SMS tersebut kita tunjukkan kepada petugas di loket sekaligus melakukan pembayaran. Kantor yang juga lokasi loket dan help desk di kafe masih berstatus sewa. Saat KORAN SINDO berkunjung ke sana pekan lalu, hanya ada 1 meja pelayanan dengan sebuah laptop di atasnya, 3 kursi tunggu, dan 1 alat cetak tiket.

Secarik kertas dengan tulisan “mohon antre” terpampang di tepi meja. Ada 2 petugas pembayaran dan cetak tiket di belakang meja. Calon penumpang membentuk antrean satu baris ke belakang menunggu giliran untuk dilayani satu per satu. Tempat parkir Bus Semarjawi pun masih berstatus sewa lahan parkir di area Hotel Pelangi yang berlokasi di depan Stasiun Tawang.

Tempatnya cukup representatif meski terbuka. Biaya operasional bus ini sekitar Rp500.000 per minggu untuk bensin, ganti oli, dan perawatan suspensi plus Rp1 juta untuk biaya service bulanan di bengkel Hino di Kaligawe. Pada April lalu, Semarjawi sempat berhenti beroperasi lantaran atap lantai dua jebol saat hujan deras. Untuk sementara, seluruh atap dicopot.

Hingga kini, Semarjawi beroperasi tanpa atap alias open air. Rencananya, perbaikan atap akan dilakukan bulan depan di bengkel perakitannya di Kota Cimahi, Jawa Barat. Meski berasal dari satu bengkel perakitan dengan bus tingkat wisata di Bandung yang dijuluki Bandros, bentuk Semarjawi agak berbeda, yaitu memiliki atap. Seorang wisatawan lokal asal Majalengka, Jawa Barat, Pidin Sulaiman, 35, berharap rute Semarjawi diperluas.

“Menikmati suasana Kota Lama sangat menyenangkan. Tapi di Semarang kan masih banyak gedung bersejarah lainnya,” tutur Pidin. Wisatawan lainnya, Solikhul Muntaha, 33, wargaKabupatenDemak, Jawa Tengah, menyarankan agar Pemerintah Kota Semarang menambah armada Semarjawi mengingat tingginya antusiasme warga dan wisatawan.

Kepala Pengelola Bus Semarjawi dari LSM ERTIM Indonesia Dimas Suryo Harsono mengaku sedang mengupayakan kantor dan garasi yang lebih layak untuk Semarjawi. Dia juga berencana mendirikan bangunan semipermanen di dekat Taman Srigunting untuk loket. “Untuk garasi, saat ini kami sedang mencari tempat tertutup di kawasan Kota Lama,” ungkapnya.

Fahri Maulana, staf LSM ERTIM yang mengurusi keuangan, menyebutkan pemasukan operasional Semarjawi ratarata Rp500.000-1 juta per hari. Semarjawi juga melayani carter perjalanan eksklusif bagi kelompok 15-30 orang dengan waktu pemesanan dua pekan sebelum perjalanan. Rute bebas. Semarjawi pun bisa disewakan, misalnya untuk kegiatan pemotretan, pre-wedding hingga pembuatan film.

Balada Pengemudi

Langkah kaki Arif Susanto, 40, mantap menuju tempat kemudi. Dengan kaus pendek berkerah warna merah hati, celana cokelat, dan sepatu, dia siap mengantar wisatawan keliling Kota Lama. Arif mengaku nyaman dengan pekerjaan saat ini. Warga Perum Pondok Raden Fattah, Sayung, Demak, ini sebelumnya adalah pengemudi bus malam sejak 1997. Bertemu dengan keluarga hanya lima bulan sekali.

Tapi sejak jadi pengemudi Bus-tram Semarjawi, setiap hari Arif bisa pulang ke rumah bertemu istri dan keempat anaknya. “Dulu mengemudi hingga antarpulau, sekarang hanya di dalam kota,” katanya. Hanya dia pengemudi Bus-tram Semarjawi saat ini. Karena baru setengah bulan bekerja, Arif belum menerima gaji. Dia hanya berharap gajinya senilai upah minimum kota (UMK) sesuai kontrak, sekitar Rp1,7 juta per bulan.

M abduh
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6646 seconds (0.1#10.140)